Tembi

Berita-budaya»REUNI UNTUK BANGKIT

23 Apr 2011 07:03:00

REUNI UNTUK BANGKITSeingkali, pertemuan antar satu angkatan yang disebut sebagai reuni, bisa memberikan inspirasi bagi masing-masing individu peserta reuni. Atau setidaknya, semangat yang mulai redup, bisa bangkit kembali setelah bertemu teman lama, apalagi pada jalur yang sama.

Satu pameran seni rupa yang diselenggarakan ‘Detik 96’ dengan mengambil tema ‘Uprising’ merupakan bentuk reuni dari mahasiswa ISI Yogya jurusan seni rupa angkatan 96. Mereka bersama bertemu, untuk saling membangkitkan semangat, atau mungkin malah mendorong teman satu angkatan yang kelihatan lesu, supaya bisa aktif kembali. Maka, tema ‘Uprising’ diambil untuk menandai pameran agar semangatnya kembali menyala. Pameran dilakukan 17-21 April 2011 di Taman Budaya Yogyakarta.

Tentu saja, karena sifatnya reuni dan melibatkan cukup banyak perupa, pastilah ditemukan macam2 tema dan beragam visual. Masing-masing perupa, meski dalamREUNI UNTUK BANGKITsatu angkatan, pastilah memiliki mimpi dan imajinasi yang berbeda. Karena itu, pilihan visualnya juga berlainan. Tema yang digarap, meski ada yang sama, tetapi fokus yang diambil berbeda. Hal ini sekaligus bisa menunjukkan, bahwa angkatan 96 ISI Yogyakarta, mempunyai ragam visual dan style melukis yang berbeda-beda.

Ada satu karya menarik, setidaknya sekaligus untuk mengenang sahabat mereka, yang (sudah) tidak bisa hadir dalam pameran, lantaran pergi ke Surga, beberapa hari sebelum pameran diselenggarakan. Wajah NurcholisREUNI UNTUK BANGKITdihadirkan di kanvas, setidaknya reuni ini juga ‘dihadiri’ Nurkholis.

Satu karya instalasi yang cukup menarik dan diberi judul “Sembilan’, karya Imron Safti. Visulnya berupa angka sembilan. Beberpa orang, mungkin jumlahnya 6 orang, tampak menaiki angka sembilan dalam ukuran 80 x 130 x 300 cm. Terbuat dari kaca, multiplek dan kawat. Angka sembilan dalam ukuran besar ini, tampaknya memberikan isyarat pada angkatan ‘ Detik 96’. Atau mungkin Imron Safti hendak berkata, pada detik ke 9, semangat akan menyala dan kita bersama harus bangkit.

Ada karya yang lain, dan tidak memberikan gambaran menyangkut reuni, melainkan menyajikan kisah lain. Kisah sejarah yang tidak terjadi di Indonesia, melainkan peristiwa di Jerman. ‘Nazi’ demikian judul lukisan karya Slamet ‘Soneo’ Santosa.REUNI UNTUK BANGKITTidak tahu kenapa, dalam reuni, Slamet menampilkan figur dari simbol kekejeman (yang pernah perjadi) di Jerman.

Dari pameran reuni, memiliki harapan, bahwa selain rasa keakraban antar satu angkatan kembali terjalin, masing-masing agar ‘dibangkitkan’ untuk terus berkarya. Meski ada anggota angkatan yang mengambil ‘jalur lain’, tetapi tetap berkarya dan tidak jauh dari ranah seni. Reuni ini, bagi ‘Detik 96’ sekaligus untuk saling meneguhkan untuk terus berkarya.

Hanya saja, dari 15 tahun yang lalu, adakah perubahan sudah terjadi diantaraREUNI UNTUK BANGKITmereka?

Wisnu Sasongko, salah seorang dari ‘Detik 96’ dan ikut dalam pameran ini, menuliskan mengenai ‘Detik 96’ seperti bisa disimak berikut ini:

“Perupa-perupa Detik 96 yang tengah berpameran keempat kalinya kini, mau tak mau dituntut menjadi bagian kolektif dalam mengumpulkan bekal-bekal bagi pembentukan seni rupa Indonesia!. Apakah muncul teknik-teknik artistik yang unik? Apakah karya-karya di sini sedang menyuguhkan kesegaran spiritual? Sanggupkah karya-karya teman-teman ini sedang menyikapi persoalan linieritas kebudayaan? Ragam tema atau isu-isu yang sedang dibahasakan oleh masing-masing peserta, disusun dari komplemen, harmoni, komposisi agar kita boleh menyusun sendiri keindahannya kembali”.

Dari pameran ‘Detik 96” apa yang diharapkan dari ‘Uprising’ melalui pameran ini, kiranya bisa hadir betul dalam diri perupa yang melakukan reuni dalam bentuk pameran seni rupa.

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta