UNTUNG BASUKI 'MERAYAP WAKTU'

UNTUNG BASUKI 'MERAYAP WAKTU'Puisi dan Untung Basuki rasanya tidak bisa dipisahkan. Bukan karena Untung Basuki adalah seorang penyair. Dia adalah seorang aktor teater dari Bengkel teater, yang menggubah puisi menjadi lagu. Terkadang dia juga menciptakan puisi untuk dilagukan. Tahun 1970-an sudah dikenal apa yang disebut sebagai poetry singing. Tapi Untung Basuki menyebut apa yang dia kreasi itu sebagai lagu puisi.

Sudah hampir 40 tahun Untung Basuki tidak meninggalkan lagu puisi, bahkan semakin lekat. Bahkan juga bisa dikatakan Untung Basuki identik lagu puisi, setiap menyebut lagu puisi, atau istilah lainnya, musikalisasi puisi, misalnya, nama Untung Basuki, rasanya pertama yang disebut. Lagu puisi, lagi-lagi telah menjadi nafas kehidupan Untung Basuki.

Seringkali, musik Sabu, kelompok dari lagu puisi Untung Basuki, tampil dalam pertunjukan di Yogya. Seperti halnya Jum’at malam lalu (16/12) di Bentara Budaya Yogyakarta, diselenggarakan satu acara untuk Untung Basuki yang diberi tajuk ‘Merayap Waktu’ yang menampilkan perbincangan dengan Untung Basuki, dan tentu saja sekaligus menampilkan kelompok Sabu dan Untung Basuki sendiri.

Lagu-lagu puisi Untung Basuki dikenal oleh kalangan seniman di Yogya, dari seniman tua sampai seniman muda. Setiap menyanyikan lagu puisi, apalagi yang sudah dikenal, yang mendengar seperti langsung diajak ikut menyanyi, seperti misalnya, setidaknya seperti Jum’at malam lalu itu, lagu puisi ‘Lepas-Lepas’, “Kususuri sungai’ ketikaUNTUNG BASUKI 'MERAYAP WAKTU'dinyanyikan dengan segera direspon oleh hadirin yang datang di Bentara Budaya Yogya.

Jum’at malam itu, hujan deras mengguyur Yogyakarta, rupanya tidak membuat sahabat-sahabat Untung Basuki dan para penggemarnya menunda untuk datang. Banyak kawan dan penggemar, yang tua sampai yang muda, termasuk Landung Rusyanto Simatupang, Genthong Hariono Seloali ikut hadir dalam acara ‘Merayap Waktu’.

Memang Untung Basuki tidak ‘seuntung’ Ebiel G. Ade, yang juga melagukan puisi dan sukses di dunia rekaman. Padahal bisa dikatakan, Untung seniornya Ebiet. Selain Untung Basuki dan Ebiet G. Ade, ada seorang lain yang juga melagukan puisi ialah Deded el Moerad. Deded diantaranya melagukan puisi karya Ashadi Siregar yang berjudul ‘Mahesa Jenar’. Atau juga puisi karya Umbu Landu Paranggi, ‘Apa ada angin di Jakarta’, demikianlah kalimat yang mengalun dari puisi Umbu.

Lagu puisi dari Untung Basuki, selain menyanyikan karya-karya diaUNTUNG BASUKI 'MERAYAP WAKTU'sendiri, juga menyanyikan puisi karya penyair lainya, misalnya Linus Suryadi AG, Rendra, atau juga puisi karya Japen Wisnujati.

Tajuk ‘Merayap Waktu, tampaknya untuk menandai kreativitas Untung Basuki yang terus merayap tiada henti. Dalam usianya yang sudah lebih dari 60 tahun, Untung Basuki masih setia dengan lagu puisi dan rasanya, sepanjang hidupnya, Untung Basuki tidak akan menjauh dari lagu puisi. Generasi yang bermain bersama Untung Basuki terus berganti, dan Untung selalu setia menemani siapa yang datang untuk bermain di Sabu.

Sejumlah lagu puisi dialunkan Untung Basuki di tajuk ‘Merayap Waktu’. Kelompok Sabu juga mengalunkan lagu puisi. Jadi, dalam deras hujan yang mengguyur Yogya, lagu puisi Untung Basuki menghibur teman-teman dan penggemarnya yang duduk lesehan di Bentara Budaya Yogyakarta.

Sampai hari ini, sudah 40 tahun lebih yang lalu, Yogya tidak bisa jauh dari lagu puisi. Selain anak-anak muda yang tampil dengan beragam musikalisasi puisi, masih ada Untung Basuki, yang terus ‘Merayap Waktu’ untuk menghidup (-hidupkan) lagu puisi.

Tak ada kata lain, kita hanya bisa kagum pada Untung Basuki.

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta