- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
Berita-budaya»TULISAN AJAKAN BERBUAT BAIK DI BULAN RAMADHAN
19 Aug 2011 06:57:00Ketika bulan puasa atau bulan Ramadhan tiba banyak spanduk dan baliho yang bertuliskan himbauan, peringatan, atau ajakan untuk menuju kebaikan. Tulisan-tulisan yang disertai ilustrasi gambar atau foto itu ditempatkan di tempat-tempat strategis seperti perempatan jalan, tikungan jalan, jalan protockl, atau di seputaran kompleks masjid.
Dengan tulisan-tulisan itu orang seperti diingatkan untuk berbuat kebajikan, menahan hawa nafsu, bersembayang, suka menolong, tidak arogan, jujur, adil, tidak memfitnah, dan sebagainya. Hal demikian tentu saja baik karena pada galibnya manusia atau orang itu mudah lupa. Manusia bekecenderungan untuk memenuhi segala keinginan kedagingannya yang kebanyakannya didorong oleh nafsu-nafsunya. Entah nafsu amarah, nafsu syahwat, nafsu keserakahan, nafsu ingin menang sendiri, nafsu ingin dihormati dan dipuja, nafsu untuk memiliki harta benda sebanyak-banyaknya, sifat iri dan dengki, dan sebagainya.
Tulisan yang dipasang saat bulan Ramadhan itu seperti semacam cermin-cermin kecil yang ditempatkan di berbagai sisi yang mengacai siapa saya yang membacanya. Seolah tulisan itu juga berkata atau memiliki makna lain: Berkacalah pada dirimu sendiri. Orang yang paling tahu hati orang tentu saja ya orang itu sendiri di samping tentu saja, Tuhan. Cermin-cermin berupa tulisan itu mengajak orang untuk melihat belang, borokk kebusukan, dan kejahatan di dalam hatinya untuk kemudian menyembuhkannya atau membersihkannya.
Tulisan, himbauan, dan bahkan juga khotbah tentu saja lebih mudah dituliskan atau dikhotbahkan daripada dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Betapa beratnya untuk menjadi orang baik. Betapa beratnya untuk menjadi orang yang bisa rendah hati, sabar, tawakal, berbicara baik, bertindak baik, berpikir baik, berkehendak baik, tidak menyakiti, tidak memfitnah, tidak merendahkan, tidak mencela, tidak menghakimi, tidak menyebarkan dan mengorek kekurangan dan kesalahan orang lain, ikhlas bekerja dan membantu sesama, jujur, sabar, alim, suka berderma, dan seterusnya. Sifat atau sikap semacam ini perlu diperjuangkan. Perjuangan memperbaiki sikap dan tindakan adalah perjuangan yang berat namun tidak kelihatan. Hal demikian tentu tidak bisa dan tidak untuk dipamerkan. Tidak untuk dipamrihkan. Tidak untuk supaya dipuji mendapatkan tepuk tangan.
Ketika usaha berbuat, berkehendak, berpikir baik itu diperjuangkan dan kemudian di dalamnya ada maksud supaya dipuji atau supaya di”wah” orang, maka apa yang diperjuangkan itu sebenarnya telah kehilangan maknanya. Hal demikian tidak buruk, namun nilai hakikinya menjadi terkurangkan.
Puasa dan perubahan sikap menjadi baik tentu saling berkaitan. Akan tetapi alangkah menjadi ideal jika selesai puasa segala hal yang baik itu justru terus hidup dan bahkan dikembangkan. Mekar dan terus berbuah. Tidak berhenti hanya pada kurun waktu 30 hari saja.
Spanduk dan aneka macam tulisan yang menghimbau pada sikap atau tindakan menuju kebaikan sebaiknya juga tidak hanya muncul di bulan Ramadhan. Himbauan untuk berbuat kebajikan sebaiknya bisa dipasang sepanjang tahun karena manusia hampir selalu lupa. Manusia hampir selalu menganggap dirinya sendiri yang paling benar, suci, baik, saleh, rajin, produktif, rendah hati, dermawan, dan seterusnya.
Selamat berpuasa. Mari berbuat kebajikan tidak hanya ketika datang bulan Ramadhan, namun juga di bulan-bulan dan hari-hari lainnya di sepanjang tahun.
a.sartono
Artikel Lainnya :
- TANAMAN HIAS DI RUAS-RUAS JALAN KOTA JOGJA(01/01)
- 25 September 2010, Jaringan Museum - FESTIVAL MUSEUM YOGYAKARTA 2010(25/09)
- Denmas Bekel(09/02)
- Siti karo Slamet. Jilid 1(16/05)
- FATHER AND SON DI RIMBA SENJAKALA(08/10)
- Ketika Musik Memaknai Kemerdekaan(03/09)
- JUDUL BUKU(02/12)
- Puisi Lama(16/01)
- 16 Juli 2010, Kabar Anyar - 'PETRUK DAN GARENG' KARYA B. MARGONO(16/07)
- DOLANAN GULA GANTHI(26/04)