DOLANAN GULA GANTHI-2
(PERMAINAN ANAK TRADISIONAL-58)

DOLANAN GULA GANTHI-2 (PERMAINAN ANAK TRADISIONAL-58)Apabila anak-anak sudah siap bermain Gula Ganthi, misalkan pemain A,B,C,D,E,F,G, dan H, maka mereka segera berkumpul di suatu tempat yang sudah disepakati, sambil membawa sebuah kerikil ukuran kecil. Salah satu di antaranya membawa batu yang agak besar, yang juga sering disebut sebagai “dhenggung”nya atau semacam gacuk penentu. Setelah itu, mereka duduk bersimpuh membuat lingkaran sambil memegang masing-masing gacuknya yang diletakkan di tanah di hadapannya. Pemain tertua atau sudah ditentukan sebelumnya memegang gacuk dhenggungnya. Setelah itu, mereka secara bersama-sama menyanyikan tembang “Lur Ganthi” sambil berdendang dengan syair seperti di bawah ini:

//Lur ganthoi, lur ganthoi pantesa sinjang loka/ aja cengkah aja boreh, boreha mbang cengkeha/ cithut grawut nyenyeh gonyeh sambel lodheh/ sapa sinten ketiban dhenggung mojoka lor ngidula/ jeruk gulung anom jeruk gulung mentiyung kabotan mendhung/ ela-ela katela isine mrica/ kocar-kacir anom kocar-kacir mecicil dadi golekan/ rokok cendhak tali blarak rokok dika tali sutra/ baguse kaya kencana keplok setan dadi apa/ selarik kondhe sekonyang-konyangane bapakmu lara guna/ prit ganthil tiba ndhandha, dhadhane baureksa/ rondhe-rondhe wong ayu pira regane/ adhuh kangmas melu kowe//

Saat mereka menyanyikan lagu “Lor Ganthi” tersebut seraya memutarkan batu-batu kerikil di hadapannya ke arah kanan sesuai dengan syairnya. Apabila lagu belum selesai, batu-batu kerikil tersebut terus berputar berulang kali. Setelah lagu berakhir pada kata “kowe”, maka mereka secara serentak juga mengakhiri memutarkan batu-batu kerikil (termasuk batu gacuk dhenggung). Bagi pemain terakhir, misalkan pemain C yang di depannya kejatuhan atau terkena batu dhenggung,DOLANAN GULA GANTHI-2 (PERMAINAN ANAK TRADISIONAL-58)maka ia harus memilih sebuah nama kembang (atau bunga), yang sebelumnya ditanya secara bersama-sama oleh pemain lain, yakni “milih kembang apa?” (memilih bunga apa?)

Setelah ditanya bersama-sama lalu pemain C menjawab “kembang Jambu”. Lalu pemain lain (yakni pemain A,B,D,E,F,G, dan H) segera kembali menyanyikan sebuah lagu kedua berjudul “Kembang-Kembang” sambil memutarkan kembali kerikil-kerikil yang ada di depannya (termasuk batu dhenggung), seperti pada langkah awal. Lagu “Kembang-Kembang” syairnya seperti berikut ini://Mbang epring, mbang epring, Sariyem entuk wong giring/ wong durung tresna bola-bali ninggal lunga/ ko rangki-rangko cenik ora sida tikne ngapa/ sida apa ora nek ra sida tikne ngapa/ cithut grawut.../..//

Usai lagu pada kata “cithut grawut”, maka semua anak yang bermain berhenti bernyanyi. Biasanya nyanyian berakhir dengan gelak tawa riang dari para pemain yang merasa bersuka cita, karena usai bernyanyi bersama. Dengan demikian, usainya lagu kedua tersebut menandakan usainya permainan “Gula Ganthi”. Namun demikian, biasanya, anak-anak akan meneruskan permainan ini dari awal lagi. Langkah bermain seperti semula. Jika anak-anak berasa lelah atau bosan, mereka akan mengakhiri permainan ini dan akan beralih ke permainan lain.

Jadi, permainan ini hanya mengandalkan nyanyian sambil berdendang saja. Sementara pada permainan “Dhoktri” yang mirip dengan dolanan ini, setiap berakhirnya sebuah lagu, maka anak yang kejatuhan atau terkena batu kodok menjadi anak yang dadi, dan bertugas mengejar anak-anak lain yang berlari-lari di halaman atau lapangan.

Suwandi

Sumber: Permainan Rakyat DIY, Ahmad Yunus (editor), dkk., 1980/1981, Jakarta, DeparSa’Unine P&K.




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta