Ketika Musik Memaknai Kemerdekaan
Mengalir dengan lancar, penuh semangat dan semarak. Begitulah lagu-lagu kemerdekaan yang dinyanyikan di penghujung bulan Agustus, 31/8. Malam itu, Forum Musik Tembi (Fombi) memaknai peringatan hari kemerdekaan Indonesia dengan menggelar pentas musik ‘Indonesiaku, Indonesiamu, Indonesia Kita’ di pendapa Tembi Rumah Budaya.
Fombi tidak sekadar menjadi penyelenggara tapi para anggotanya muncul sebagai penampil, berkolaborasi dengan band Sunflower. Dengan mengenakan atribut-atribut keindonesiaan, mereka bermain musik dan menyanyi. Diselingi narasi yang menjembatani pergantian lagu, begitulah mereka menawarkan perspektif dalam merenungi kemerdekaan. Perspektif yang optimis, pantang menyerah dan terus maju melangkah.
Sekitar 11 lagu yang dibawakan, nyaris semuanya menghentak dengan penuh semangat. Kecuali lagu Indonesia Pusaka dibawakan dengan khidmat, bertumpu pada getaran cinta vokal Putri yang hanya diiringi k Dinda dan cello Indra. Kesederhanaan yang justru mencuatkan kecintaan mendalam, membuat penonton ingin menundukkan kepala. Sedangkan Rayuan Pulau Kelapa yang karakternya mendayu-dayu pada pertengahan bagian dijadikan irama keroncong yang santai, membuat kepala manggut-manggut sambil sedikit menggoyang badan.
Semua lagu-lagu ini diaransemen kembali oleh para penampilnya. Pada umumnya mereka tidak sekadar jago mengaransemen tapi juga membuat komposisi. Para anggota Fombi yang tampil malam itu sebagian besar mahasiswa jurusan musik ISI Yogyakarta, sisanya baru lulus kuliah. Bahkan di antara mereka yang menerima beasiswa Tembi Rumah Budaya baru menginjak tahun pertama kuliah.
Lagu-lagu lama seperti Satu Nusa Satu Bangsa (L. Manik), serta Indonesia Pusaka (Ismail Marzuki) dan Rayuan Pulau Kelapa (Ismail Marzuki) terasa mendapat greget baru sehingga tidak klise dan monoton.Lagu-lagu baru tak lupa dibawakan seperti Berkibarlah Bendera Negeriku (Gombloh), Kebyar-kebyar (Gombloh), Bendera (Eros Chandra), Indonesia Jaya (Chaken M) dan Zamrud Khatulistiwa (Guruh Sukarnoputra). Ada pula Indonesia Jaya, puisi yang dimusikalisasikan oleh mereka.
Kolaborasi Fombi dan Sunflower membawakan Bendera, Zamrud Khatulistiwa dan Indonesia Jaya menjadikannya lebih semarak dan meriah. Peran kehadiran sebuah band antara lain memang itu. Instrumen anggota Fombi sendiri biasanya dipakai membawakan musik klasik, kecuali keyboard yang dimainkan Natan dan Dinda. Sebutlah biola yang dimainkan Suta, biola alto (Wibi, Rena), cello (Edo, Indra), clarinet (Osep), perkusi mallet (Gusti).
Lagu pembuka dan penutupnya bisa dikatakan sebagai lagu-lagu yang sangat kental keoptimisannya, yakni Hari Merdeka (17 Agustus 1945) karya H. Mutahar dan Zambrud Khatulistiwa. Lagu pertama adalah kegembiraan kemerdekaan dari penjajahan, lagu terakhir yang dipopulerkan oleh Chrisye adalah kebahagiaan dan rasa syukur tinggal di Indonesia. Semua lagu yang ditampilkan agaknya ingin menularkan keoptimisan ini secara penuh. Sehingga lagu semisal Jangan Menangis Indonesiaku (Harry Roesli) yang sendu, atau puisi-puisi Taufik Ismail mengenai Indonesia yang kritis tidak masuk dalam pilihan. Sisi-sisi kelam kemerdekaan ini sempat diangkat dalam narasi namun diimbangi ajakan untuk terus maju dan semangat bersama untuk membangun Indonesia.
Begitulah kreativitas anak muda memaknai kemerdekaan Indonesia dengan semangat optimisnya.
barata
Artikel Lainnya :
- Bisma (5) Sentanu Jatuh Cinta(26/01)
- Bondan Prakoso, Sang Penyebar Virus(05/01)
- DAFTAR BUKU PERPUSTAKAAN RUMAH BUDAYA Tembi(01/11)
- DOLANAN ENDHOG-ENDHOGAN-1 (PERMAINAN ANAK TRADISIONAL-28)(23/03)
- 5 Januari 2011, Perpustakaan - Pembinaan Budaya dalam Lingkungan Keluarga Daerah Istimewa Yogyakarta(05/01)
- 25 Januari 2011, Kabar Anyar - SEKOLAH INTERNASIONAL SINGAPURA DI SURABAYA BELAJAR SENI TRADISI DI Tembi(25/01)
- Menonton Pawai Hari Angkatan Perang Tahun 1950(12/02)
- Makam Kyai Muntahal, Srandakan, Bantul(28/06)
- 8 Maret 2011, Ensiklopedi - DOLANAN MUL-MULAN (08/03)
- Kampung-kampung Ramadhan di Jogja(25/07)