Tugu Triangulasi di Jogja, Apa Pula Itu ?
Di puncak Pegunungan Sepikul yang secara administratif terletak di Dusun Jalakan, Kalurahan Triharjo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul, Propinsi DIY terdapat sebuah Tugu Triangulasi yang menurut sumber setempat dibuat atau dibangun pada zaman penjajahan Belanda. Menurut tulisan berhuruf Jawa yang diteriakan di tembok pintu masuknya dapat diketahui bahwa tugu yang menjadi tanda titik triangulasi ini dibangun pada tanggal 18 Juli 1917.
Tugu Triangulasi dengan ketinggian sekitar 130 Cm ini diberi pengaman berupa pagar tembok dengan ketinggian sekitar 150 Cm. Luas tembok pengaman sekitar 7,5 m x 7,5 m. Tugu ini pada bagian tengahnya berisi satu batang tembaga dengan diameter sekitar 3 Cm. Tembaga ini diberi pengaman berupa lapisan tembok dengan ukuran sekitar 80 Cm x 80 Cm dan ketebalan lapisan tembok tersebut sekitar 15 Cm.
Sekalipun tugu ini berada di Triharjo, Pandak, Bantul banyak orang yang tidak tahu apa sebenarnya fungsi dari Tugu Triangulasi ini. Mengapa tugu itu justru dibangun di puncak bukit di tengah rimbunan hutan (saat itu). Saat itu keberadaan Tugu Triangulasi ini demikian terpencil.
Mungkin titik triangulasi yang ”ditetapkan” dengan pendirian Tugu Triangulasi ini hanya dimengerti oleh orang-orang yang biasa berkecimpung dengan urusan ukur tanah, pemetaan, dan sebagainya. Menurut wikipedia, triangulasi adalah mencari titik koordinat dan jarak sebuah titik dengan mengukur sudut antara titik tersebut dan dua titik referensi lainnya yang sudah diketahui posisi dan jarak antara keduanya. Koordinat dan jarak dihitung dengan menggunakan hukum Sinus. Triangulasi sendiri banyak digunakan dalam bidang pemetaan, navigasi, metrologi, astrometri, binokular, dan pembidikan senjata artileri. Barangkali oleh karena fungsinya yang demikian itu, bisa jadi pembuatan peta-peta di Jogja pernah juga menggunakan fungsi Tugu Triangulasi di Pandak ini.
Di Jogja mungkin tidak banyak terdapat tugu semacam itu. Mungkin Tugu Triangulasi di Pandak ini merupakan sesuatu yang cukup langka atau mungkin juga satu-satunya di Jogja. Tempatnya yang terpencil dan tersembunyi di puncak bukit dalam naungan kerimbunan pepohonan menyebabkan keberadaannya tidak dapat cepat diketahui orang. Sosoknya memang bukan untuk tujuan popularitas atau supaya dikenali oleh sebanyak-banyak orang. Keberadaan Tugu Triangulasi ini lebih dimaksudkan untuk memudahkan kinerja bidang-bidang yang telah disebutkan di atas.
Pada perkembangannya, entah karena apa, Tugu Triangulasi di puncak bukit di Pandak ini justru sering didatangi orang dengan kepentingan untuk ziarah. Tidak jelas benar apa kaitan Tugu Triangulasi dengan kepentingan peziarahan yang lebih mengacu kepada fungsi dan tujuan-tujuan yang berkaitan dengan daya-daya adikodrati itu. Mungkin hal demikian terjadi karena ketidakmengertian atau ketidaktahuan dari orang yang melakukan peziarahan. Namun di samping itu, pada perkembangannya kemudian Tugu Triangulasi ini juga sering didatangi orang dengan tujuan melihat-lihat dan untuk memenuhi rasa penasarannya. Maklum sosoknya memang mungkin tidak akrab di penglihatan banyak orang.
a.sartono
Artikel Lainnya :
- Ini Buku Apa Ya, Kok Tulisannya Aksara Jawa(14/11)
- Denmas Bekel(06/10)
- 10 Januari 2011, Kuliner - SAYUR LODEH, SAMBAL DAN BACEMAN(10/01)
- Camera-Beelden van Sumatra, Java, dan Bali(21/01)
- Malioboro (18/05)
- 23 September 2010, Situs - MASJID PATHOK NEGORO MLANGI(23/09)
- Reog Ponorogo. Menari di Antara Dominasi dan Keragaman(12/01)
- TRANSPORTASI DI YOGYAKARTA(08/08)
- Ruwatan di Daerah Surakarta(27/05)
- FKY ke-24 Tahun 2012 Hadir Lagi di Yogyakarta(27/06)