Tari Topeng Losari
Karya Salah Seorang Wali Songo yang Nyaris Punah
Seni Tari Topeng Losari nyaris punah. Tarian itu, yang konon diciptakan oleh salah seorang dari Wali Songo, kini hanya ditarikan oleh Noor Anani Maska Irman, yang merupakan pewaris ketujuh. Petunjukan Tari Topeng Losari di Bentara Budaya adalah salah satu cara agar tarian ini tetap ada dan terjaga.
Noor Anani Maska Irman pentaskan Tari Topeng Losari di Bentara Budaya Jakarta
Noor Anani Maska Irman, adalah satu-satunya penjaga warisan Topeng Losari Cirebon. Nani, nama panggilannya, adalah cucu pendiri sanggar Purwa Kencana, Sawitri, yang merupakan generasi ketujuh pewaris Tari Topeng Losari. Ia mendapatkan warisan langsung dari Sawitri untuk meneruskan sanggar yang didirikan pada tahun 1984.
Tari topeng ini, yang konon diciptakan pertama kali oleh salah seorang Wali Songo, awalnya digunakan sebagai media komunikasi dalam penyebaran agama Islam. Kesenian ini kemudian berkembang menjadi seni pertunjukan yang biasanya digelar pada di acara hajatan seperti pernikahan atau sunatan.
Pada Kamis, 11 Oktober 2012 di Bentara Budaya Jakarta, Tari Topeng Losari dipentaskan oleh Nani dan anak muridnya, Dinda, bersama sanggar Purwa Kencana. Sebelum pentas tari dilaksanakan, siang harinya Nani memberikan pengetahuan tentang Tari Topeng Losari dan memberikan kursus singkat menari topeng losari.
Panggung Tari Topeng Losari di Bentara Budaya Jakarta
Malamnya harinya, panggung yang ada di halaman rumah kudus Bentara Budaya terlihat meriah. Diantara tiang-tiang panggung bergantungan makanan untuk persembahan, ada terong, ada rokok, kacang panjang, minuman botol, dan lainnya.
Nani yang ditemani pemain gamelan bersama dalang pementasannya, membawakan tiga judul tarian, yaitu Pamindo (Panji Sutrawinangun), Bodoran versi Babakan Losari, serta Kelana Bandopati.
Tari pertama yang dibawakan selama 20 menitan, adalah tarian yang memerankan tokoh Panji Sutrawinangun. Gerakannya terlihat gagah. Dengan mengenakan topeng berwarna putih, Nani menari mengikuti tabuhan gendang, dengan gerakan bak lelaki.
Babak kedua, tarian diselingi dengan cerita lucu atau yang disebut Bodoran. Selain Nani, ada tiga orang laki-laki yang berperan sebagai komedian, menceritakan sebuah kisah sambil sesekali diselingi tarian. Sayang percakapan mereka menggunakan bahasa daerah, sehingga banyak penonton yang tidak mengerti apa yang mereka bicarakan.
meliukkan badan ke belakang
Cerita kemudian berpindah. Tarian selanjutnya dibawakan oleh murid Nani yang masih duduk di kelas 5 sekolah dasar. Dinda, begitu panggilannya, mengaku sudah sejak usia 3 tahun senang menari, dan akhirnya memilih Tari Topeng Losari karena keinginannya sendiri. Murid Nani ini sudah berkeliling Nusantara membawakan dan mengenalkan tarian tersebut.
Pada babak terakhir, Nani kembali menari membawakan tarian Klana Bandopati, sebuah tarian yang menceritakan tentang tokoh raja dengan karakter angkara murka, sombong, dan congkak. Kali ini Nani mengenakan topeng berwarna merah menyala. Ia meliukkan badan dan sesekali gerakan menghentak mengikuti irama gendang.
Bicara soal tari topeng, ada banyak tari sejenis dari berbagai daerah. Tidak hanya ada di Cirebon, kita juga mengenal Tari Topeng Betawi, Tari Topeng Bali, Tari Topeng Ireng dan masih banyak lagi. Tari topeng Losari yang mewakili bagian timur Cirebon memiliki beberapa ciri khas, antara lain teknik kayang atau galeyong, gerakan meliukkan badan ke belakang, dan gerakan menggantung kaki lebih dari 10 menit.
mengenakan Topeng Klana
Gerakan-gerakan tersebut diturunkan langsung kepada Nani dari leluhurnya. Hanya penari yang memiliki keturunan langsung yang diperbolehkan menarikan gerakan itu, pun masih harus disertai dengan berbagai macam ritual dan syarat, yang terkesan magis.
Natalia S.
Artikel Lainnya :
- Ruwatan di Daerah Surakarta(27/05)
- TOMBRO BACEM PANDAN DI Tembi(25/04)
- Visualisasi Kontemporer Mulur Mungkret di Cemeti(05/03)
- PAKAIAN PERANG ALA JAWA ABAD 18(02/03)
- Menek Jambe-1 (Permainan Anak Tradisional-83)(19/06)
- Fombi Rilis Album Kompilasi Musik Tradisi 2012(13/12)
- Kuliner Kuno dari Serat Centhini(29/01)
- Alih Fungsi, Jalan Sepur Pun Jadi Jembatan Kampung(07/11)
- MASUK MUSEUM BENTENG GRATIS DENGAN MENUNJUKKAN PIN(30/11)
- Dewi Durgandini(21/09)