Menek Jambe-1
(Permainan Anak Tradisional-83)
Dolanan atau permainan yang satu ini memang merata ada di berbagai daerah di Jawa dan luar Jawa, yaitu Menek Jambe. Dalam bahasa Indonesia, “menek” berarti memanjat dan “jambe” artinya pinang. Pohon ini sebenarnya banyak dijumpai di hutan-hutan. Sekarang banyak dibudidayakan. Pohon inilah yang sering dipakai sebagai alat utama dalam permainan menek jambe atau panjat pinang.
Namun sekarang ini dolanan panjat pinang sudah sangat jarang dilakukan, karena memang harus membutuhkan biaya yang cukup besar. Namun begitu di kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, dan lainnya, khususnya dalam peringatan tujuh belasan, permainan ini kadang-kadang masih dijumpai. Memang dolanan ini termasuk jenis dolanan kompetisi dan harus dilakukan berkelompok.
Permainan ini termasuk dolanan yang sudah lama dilakukan oleh anak-anak termasuk orang dewasa. Anak atau orang laki-laki lebih dominan dalam permainan ini, karena membutuhkan kerjasama, fisik kuat, berani jatuh, dan berani menanggung risiko kotor. Jika untuk anak-anak biasanya tinggi tiang jambe tidak terlalu tinggi. Dan untuk perlombaan dolanan ini bisa juga diganti dengan batang bambu atau pisang, khususnya yang untuk lomba anak-anak. Sementara jika untuk orang dewasa, tinggi tiang jambe lebih tinggi.
Biasanya lomba panjat pinang ini dilakukan pada pagi, siang atau sore hari. Jarang dilakukan pada malam hari, karena harus membutuhkan tempat yang terang. Lomba dolanan ini sering dilakukan di tanah lapang, sebab biasanya pohon pinang yang dipakai untuk lomba jumlahnya banyak. Namun kadang pula bisa jumlahnya hanya satu atau dua. Selain itu tempat luas juga dipakai untuk arena penonton yang menyemarakkan dolanan ini.
Regu yang ikut dalam permainan ini biasanya mendaftar terlebih dahulu ke panitia lomba. Jumlah orang dalam 1 regu tergantung ketentuan panitia, bisa 3,4 atu 5 orang. Semua itu juga disesuaikan dengan ketinggian pohon pinang yang dipakai. Semakin banyak regu yang ikut lomba semakin ramai. Begitu pula dengan jumlah pohon pinang dan hadiah yang disediakan, semakin banyak akan semakin ramai dan semakin semarak.
bersambung
Suwandi
Sumber buku “33 Permainan Tradisional yang Mendidik, Dani Wardani, 2010, Yogyakarta: Cakrawala; Pengamatan dan Pengalaman Pribadi
Artikel Lainnya :
- 11 April 2011, Klangenan - LEMBAGA KEBUDAYAAN DAN DINAMIKA KEBUDAYAAN(11/04)
- 23 Juni 2010, Perpustakaan - Majalah berbahasa Belanda di perpustakaan Tembi Rumah Budaya(23/06)
- Katalog Pameran 2 (08/02)
- 14 Desember 2010, Bothekan - ANGGONE NGANDHANI/NYRENGENI NGANTI ENTEK AMEK KURANG GOLEK (14/12)
- Denmas Bekel(21/05)
- Priadi, Kembali Ke Jalan Hidup(16/10)
- MASIH ADA PRODUKSI WAYANG KARDUS DI JOGJA(13/01)
- 14 Mei 2010, Figur Wayang - Pandhawa Papa(15/05)
- DOLANAN UDHING(20/12)
- ABON CAP LUMPANG KENCANA, SALAH SATU ABON KHAS DARI BANTUL(05/10)