DOLANAN UDHING-2
(PERMAINAN ANAK TRADISIONAL-72)

DOLANAN UDHING-2Sekarang pemain A dan D menjadi pemain dadi. Dengan posisi berdiri keduanya mulai memutar tali karet tersebut seperti pada awal permainan. Sekarang giliran pemain E untuk meloncati tali agar bisa lolos ke sisi kiri. Ternyata ia sangat mahir meloncati tali. Bahkan sampai meloncat kelima tetap berhasil. Setelah itu ia segera melompat ke sisi kiri. Pemain E berhasil melompat. Giliran pemain F melakukan hal yang sama. Kalau pemain F terjaring, maka ia menjadi pemain dadi dan menggantikan posisi pemain A. Sekarang yang menjadi pemain dadi adalah pemain D dan F. Ia melakukan hal yang sama seperti di awal. Giliran kemudian adalah pemain G dan H. Ternyata keduanya juga lolos dan bisa melompati tali dengan baik. Lalu dilanjutkan dengan pemain A dan B. Ternyata keduanya juga mampu melompati tali dan berlari ke sisi kiri.

DOLANAN UDHING-2Pada tahap awal seperti ini, ternyata dua pemain gagal melompati tali yakni pemain D dan F. Sebagai hukumannya, ia menjadi pemain dadi dan bertugas memutar-mutar tali karet secara terus-menerus hingga semua pemain mentas bisa ke seberang lainnya. Jika dalam satu putaran ini semua sudah melompat, maka permainan bisa dihentikan sementara, untuk memberi kesempatan kepada pemain dadi untuk beristirahat. Sebab, kedua pemain akan merasa lelah kalau terus memutar-mutar tali karet tanpa berhenti. Jika itu terjadi, bisa jadi, pada putaran selanjutnya, mereka dalam memutar tali karet tidak kompak sehingga putaran tali tidak sejalan dan membuat pemain mentas tidak bisa melompat dengan baik.

Setelah dari satu sisi, kemudian dilanjutkan seperti awal, hingga ada pemain mentas lain yang gagal sehinggaDOLANAN UDHING-2menjadi pemain dadi. Demikian dolanan udhing dilakukan secara terus-menerus sehingga anak merasa lelah, bosan, dan ingin berhenti bermain.

Dalam dolanan ini mengajarkan kepada anak-anak untuk bisa bersosialisasi, menjaga emosi, pemberani, dan trampil meloncat. Sayang, dolanan secara berkelompok saat ini sangat jarang dilakukan oleh anak-anak secara spontan di kala senggang, karena telah disibukkan dengan kegiatan sekolah yang padat dan juga permainan lain yang lebih individual. Hanya saja, kadang-kadang dolanan ini masih muncul jika ada festival atau sejenisnya yang lebih bersifat acara seremonial belaka.

Suwandi

Sumber: 33 Permainan Tradisional yang Mendidik, Dani Wardani, 2010, Yogyakarta: Cakrawala; Baoesastra Djawa, WJS. Poerwadarminta, 1939, Groningen, Batavia: JB. Wolters’ Uitgevers Maatscappij NV, Pengamatan dan Pengalaman Pribadi




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta