Saatnya Masyarakat Peduli Museum

Saatnya Masyarakat Peduli Museum

Beberapa waktu lalu, di dekat gedung D dan F di Museum Benteng Vredeburg ada sebuah gazebo berdiri di atas benteng sisi selatan. Namun hanya beberapa saat, dan sekarang sudah tidak ditemukan lagi. Bangunan kecil yang asing di Museum Benteng itu ternyata membuat penasaran bagi sebagian warga Yogyakarta, kenapa bisa muncul bangunan baru di atas benteng? Bukankah Museum Benteng Vredeburg termasuk bangunan cagar budaya? Keresahan sebagian warga itu kemudian disebarkan lewat facebook dan twitter. Dan akhirnya bisa menggugah kepada pihak Benteng Vredeburg untuk membongkarnya. Itulah sikap kepedulian warga Yogyakarta terhadap Museum Benteng Vredeburg atau dengan kata lain “Museum Benteng sudah di Hatiku”. Demikian paparan Djaduk Feriyanto, Seniman Yogyakarta selaku narasumber dalam acara sarasehan dengan tema “Museum Benteng Vredeburg di Hatiku”.

Saatnya Masyarakat Peduli Museum

Sarasehan yang diselenggarakan oleh Museum Benteng Vredeburg tersebut bertempat di Gedung E lantai 2 pada Kamis (5/4) lalu. Djaduk menambahkan bahwa hingga saat ini, kebanyakan museum di Indonesia masih lemah di sisi marketing, pemandu, dan cara menggaet pengunjung. Padahal untuk bisa menuju “Museum di Hatiku”, ketiganya sangat penting, sekaligus bisa bersaing dengan obyek lainnya seperti Mall, Gedung Bioskop, Cafe, dan lainnya. Walaupun sisi intern museum juga harus dibenahi sehingga semakin menyenangkan bagi pengunjung. Pada kesempatan itu, Djaduk juga menambahkan bahwa kiat-kiat untuk menarik pengunjung agar berkunjung ke museum, antara lain: menempel stiker di setiap mobil yang berkunjung, melibatkan publik figur, membuat game-game menarik di museum, dan sebagainya. Jika hal itu dilakukan, tentu museum akan semakin banyak dikunjungi oleh pengunjung.

Saatnya Masyarakat Peduli Museum

Sementara itu, menurut Herry Zudianto, mantan Walikota Yogyakarta sebagai pembicara lain mengatakan bahwa museum yang mempunyai tujuan sebagai sarana transformasi nilai, sumber informasi, sarana pembelajaran, dan penanaman nilai harus menyenangkan untuk dikunjungi. Selain itu penataan koleksi harus menarik, informasi yang disampaikan akurat sesuai dengan koleksinya, pemandunya harus ramah, koleksinya terawat, dan mampu memunculkan imajinasi. Penggagas Taman Pintar ini juga berpendapat kalau boleh, tiket masuk Taman Pintar dijadikan satu dengan tiket masuk Museum Benteng Vredeburg dan Taman Budaya. Sehingga 1 tiket bisa melihat 3 lokasi. Hal itu untuk mendongkrak pengunjung yang ada di Museum Benteng Vredeburg. Sebab selama ini, pengunjung Taman Pintar jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan pengunjung Museum Benteng Vredeburg. Walaupun sebenarnya untuk ukuran pengunjung, Museum Benteng Vredeburg termasuk mempunyai jumlah kunjungan yang sangat banyak jika dibandingkan dengan pengunjung-pengunjung museum lainnya.

Saatnya Masyarakat Peduli Museum

Sebelumnya, dalam sambutan pembukaan Sri Ediningsih, Kepala Museum Benteng Vredeburg berharap agar sarasehan ini dapat memberi manfaat bagi masyarakat pada umumnya dan peserta sarasehan pada khususnya. Penyelenggara juga berharap bahwa nantinya Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta mendapatkan posisi di hati peserta sarasehan.

Sarasehan dihadiri sekitar 125 peserta yang terdiri dari unsur: pelajar, guru, birokrat, peneliti, pengelola museum, budayawan, wartawan, dan tamu undangan dari Jakarta.

Suwandi




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta