- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
Berita-budaya»MENGENANG KAWAN HERU TELAH TIADA
03 Aug 2011 07:07:00Namanya Heru Kesawa Murti, tetapi dikenal juga sebagai ‘Pak Bina’. Yang terakhir ini bukan nama samaran, atau nama tua, melainkan tokoh yang diperankan Heru Kesawa Murti dalam acara .Bangun Desa, yang disiarkan oleh TVRI Yogya. Peran itu melekat dalam diri Heru sehingga seolah Heru identik dengan Pak Bina.
Sepenuhnya, hidup Heru Kesawa Murti untuk kesenian dan kebudayaan. Hari-harinya tidak lepas dari dua ranah itu. Seni pertunjukkan, khususnya teater, adalah arena Heru berkiprah sampai akhir hayatnya. Bahkan, beberapa hari sebelum dia meninggal 1 Agustus 2011 lalu, Heru sempat tampil dalam jagongan wagen yang diselenggarakan secara rutin di YBK (Yayasan Bagong Kusudiardja).
Sejak masih muda selain aktif menulis, Heru sudah aktif di teater. Dia memiliki group teater yang bernama ‘Teater Kerabat’. Pada tahun 1980-an, yang tidak diingat persis tanggalnya, Teater Kerabat pentas di Seni Sonodengan memainkan lakon ‘Tuan Residen’. Tentu, Heru sudah pegang peranan waktu itu, meski umurnya belum genap 30, atau bahkan baru sekitar 25 tahun.
Memang, sejak teater Kerabat menampilkan lakon ‘Tuan Residen’, kemudian kelompok teater itu tidak lagi ‘kedengaran’. Namun bukan berarti Heru meninggalkan dunia teater, dia bahkan menenemukan formula teater dan menjadi trend teater pada waktu itu, ialah teater Gandrik. Melalui kelompok teater inilah sejumlah lakon teater dia hasilkan, dan tentu sajadipentaskan. Bukan hanya di Yogya, tetapi Gandrik pentas di beberapa kota. Bisa dikatakan, sampai ditinggalkan Heru, Gandrki merupakan kelompok teater yang ‘terkenal’ dan setiap pentas pasti banyak penonton yang hadir.
Kini, Heru Kesawa Murti telah tiada. Dia telah meninggalkan kita semua dengan sangat cepat sehingga mengejutkan semua kawan-kawannya. Di YBK, kantornya seehar-hari, Heru 1 Agustus 2011 masih sempat datang dan, seperti disampaikan Jadug Feriyanto, masih sempat bergurau. Namun setelah itu dia merasa badannya tidak enak dan minta untuk diantar pulang. Oleh istrinya setelah ‘dirawat’ dan beberapa menit ditinggalkan istrinya dari samping Heru, setelah kembali Heru Kesawa Murti, siang itu, Senin 1 Agustus 2011 telah dipanggil Tuhan. Tentu saja istrinya syok. Tidak menyangka suaminya secepat itu meninggalkannya untuk selamanya.
Dan yang syok, bukan hanya keluarga yang ditinggalkan. Teater Gandrik pastilah sangat merasa kehilangan. Pasti juga, kalangan seniman merasa amat kehilangan. Kita tahu, Heru telah berlalu. Kita juga tahu, bahwa Heru telah menghasilkan banyak lakon pertunjukkan. Lagi-lagi kita tahu, atas jasa Heru, ada sejumlah orang yang kini ‘dikenal’ secara luas oleh publik karena memainkan peran yang diciptakan oleh Heru.
Selasa siang (2/8) lalu, kita bersama telah menghantarkan Heru berlalu dari hadapan kita, untuk menuju surga. Kita percaya, ditempat yang tidak kita ‘kenali’ sekarang, Heru Kesawa Murti akan penuh bahagia dan damai. Lakon Heru memang sudah berakhir pada 2 Agustus 2011. Kita tidak lagi bisa ketemu ‘Pak Bina’. Kita tidak lagi melihat Heru dalam pertunjukkan Gandrik, yang kelak, entah kapan akan melakukan pentas. Tetapi,pastilah, setidaknya mendengar nama Gandrik, kita tidak bisa melupakan Heru.
Dalam kata lain, Heru boleh berlalu dari hadapan kita. Tetapi karya lakon-lakonnya, tidak bisa dengan segera dilupakan. Bahkan, setiap kali kembali mementaskan lakon-lakon yang pernah Heru hasilkan, misalnya ‘Dhemit’, ‘Orde Tabung’ dan lainnya, artinya pertunjukkan itu kembali ‘menghadirkan’ Heru dihadapan publik.
Kematian memang tidak bisa diramalkan kapan akan datang. Heru sendiri, mungkin tidak menyangka, begitu cepat kematian menghampirinya. Siapa saja, tidak bisa mengelak dari kematian. Penggalan puisi Charil Anwar yang berjudul ‘Doa’ kiranya bisa memberikan imajinasi mengenai ‘kuasa kematian’, atau kuasa Tuhan atas manusia Dengarkan apa kata Chairil:
“Tuhanku
Di pintuMU aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling”
Dan Heru Kesawa Murti, aktor teater dari Yogya, tidak lagi bisa ‘berpaling’ ketika kuasa kematian menghampirinya. Kini, kita hanya bisa mengenang apa yang telah dilakukan Heru Kesawa Murti di dunia teater. Setidaknya kita tahu, kepergian Heru untuk selamanya, telah memberikan makna pada dunia teater.
Selain sebagai aktor dan penulis naskah lakon yang produktif, sebagai kawan Heru sangat menyenangkan. Kegemarannya bergurau tidak pernah berhenti. Selalu saja, setiap bertemu dengan Heru, tidak akan lepas dari humor.
Kini, Heru telah tiada. Selamat jalan ya.
Ons Untoro
Artikel Lainnya :
- 17 Januari 2011, Klangenan - BERBOHONG, LAGI-LAGI BERBOHONG(17/01)
- BEBEK GORENG H. SLAMET(31/05)
- 15 Juli 2010, Kabar Anyar - AJIP ROSIDI 'BERHENTI' DI PABELAN(15/07)
- 10 Desember 2010, Pasinaon basa Jawa - APA BENER DIY MONARKI? (10/12)
- 30 Juli 2010, Kabar Anyar - JAGONGAN WAYANG GAUL(30/07)
- Eross Chandra Pingin jadi Koki(02/07)
- BANGUNAN BARAK PENGUNGSIAN YANG MERANA(03/08)
- Anak Bangsawan Bertukar Jalan(13/02)
- RAWON KIKIL Tembi(05/07)
- 18 Februari 2011, Kolom - SUPPORTER, JIWA DAN EKSPRESI ANAK MUDA(18/02)