Tembi

Berita-budaya»TARI BEDHAYA ANGRON AKUNG: Kisah Penyamaran Raden Panji Inu Kertapati

20 Jul 2011 10:45:00

TARI BEDHAYA ANGRON AKUNG: Kisah Penyamaran Raden Panji Inu KertapatiTarian tujuh penari putri yang tampil di Pendopo Kadipaten Pura Pakualaman malam itu (Sabtu, 16/7) sangat kelihatan anggun, lembut, dan luwes. Seluruh penonton yang melihatnya dibuat terpesona oleh lembutnya gerakan tari berbalut busana gemerlap, yang diiringi gending-gending karawitan Jawa. Sekitar 30 menit mereka mempertontonkan tari Bedhaya Angron Akung yang bersumber dari cerita Panji yang muncul di sekitar abad XIII-XIV lalu. Tari Bedhaya ini mengisahkan penyamaran tokoh sentral cerita Panji, yaitu Raden Panji Inu Kertapati yang hendak mencari Dewi Anggraeni yang hilang entah ke mana perginya.

TARI BEDHAYA ANGRON AKUNG: Kisah Penyamaran Raden Panji Inu KertapatiTari Bedhaya yang telah 20 tahun terakhir tidak dipentaskan ini merupakan salah satu tarian kebanggaan Kadipaten Pura Pakualaman yang diciptakan oleh Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Aria (KGPAA) Paku Alam II (1829—1858) dan direkonstruksi/digubah kembali pada masa KGPAA Paku Alam VIII (1937—1998). Tarian ini biasanya dipagelarkan di Bangsal Sewatama Pakualaman untuk menyambut tamu-tamu kehormatan Pura Pakualaman dan dalam rangka memperingati ulang tahun Sri Paku Alam.

Tepuk tangan bersahut-sahutan memecahkan suasana hening ketika tarian telah usai.TARI BEDHAYA ANGRON AKUNG: Kisah Penyamaran Raden Panji Inu KertapatiPagelaran Tarian Bedhaya Angron Akung di hari ke-3 itu merupakan bagian pementasan dari acara Gelar Budaya Yogyakarta 2011 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan Provinsi DIY selama 3 hari sejak tanggal 14—16 Juli di Pendopo Kadipaten Pura Pakualaman. Acara tersebut diselenggarakan untuk masyarakat umum dan gratis, sehingga banyak warga masyarakat Yogyakarta yang melihat acara ini. Tidak hanya itu, turis asing yang melihat tontonan ini juga sangat banyak.

Penonton semakin menikmati gelar budaya ini setelah pada pementasan kedua, Kraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat menampilkan pagelaran Wayang Orang denganTARI BEDHAYA ANGRON AKUNG: Kisah Penyamaran Raden Panji Inu Kertapatilakon “Jumenengan Rama” yang mengambil sumber dari cerita Ramayana. Tidak kurang dari 75 penari menyemarakkan pagelaran Wayang Orang ini. Pada ringkasan cerita, dikisahkan Rama akhirnya menjadi Raja di Ayodya setelah sebelumnya telah mampu menumpaskan keangkaramurkaan Rahwana (Dasamuka) Raja Alengkadiraja yang sudah berani menculik Dewi Sinta, istri Rama.

Pada acara pembukaan Gelar Budaya Yogyakarta 2011 (Kamis, 14/7) juga dimeriahkan dengan tari kerakyatan Rewe-Rewe (Nitiprayan, Kabupaten Bantul). Sambutan pembukaan antara lain disampaikan oleh Wakil Gubernur DIY, Sri Paduka KGPAA Paku Alam IX dan Kepala DinasTARI BEDHAYA ANGRON AKUNG: Kisah Penyamaran Raden Panji Inu KertapatiKebudayaan Provinsi DIY, Drs. Djoko Dwiyanto, M.Hum. Paku Alam, antara lain mengatakan bahwa kedua kraton terbukti menjadi pusat pengembangan dan pelestarian seni tradisi dan tetap mempertahankan tradisi, biarpun pengaruh budaya Belanda di zaman penjajahan sangat kuat.

Gelar Budaya Yogyakarta merupakan agenda tahunan pagelaran seni budaya di Yogyakarta yang berusaha menampilkan seni budaya dari dalam kraton Yogyakarta (Kraton Yogyakarta dan Kadipaten Pura Pakualaman) maupun luar kraton (kesenian rakyat). Pada pementasan selama tiga hari ini, pihak Kraton Yogyakarta, selainTARI BEDHAYA ANGRON AKUNG: Kisah Penyamaran Raden Panji Inu Kertapatimenampilkan seni budaya Wayang Wong, juga menampilkan Upacara Adat Supitan dan Tari Srimpi Renggawati. Sementara pihak Kadipaten Pura Pakualaman, juga menampilkan seni budaya lain, yaitu Upacara Adat Tedhak Siten dan Tari Langen Kusuma Banjaransari. Acara dari kraton ini dilaksanakan selama tiga hari dari jam 19.30—21.45 WIB.

Sementara itu kesenian rakyat yang ikut juga ditampilkan selama tiga hari dengan mengambil waktu di sore hari, mulai pukul 15.00—17.30 WIB, yaitu: Reog Dhodhog (Sedayu, Kabupaten Bantul); Reyog Wayang (Jeruk Wudel, Kabupaten Gunung Kidul); Reyog Wayang (Lendah, Kabupaten Kulon Progo); Tari Badui (Kabupaten Sleman); Angguk Putri (Kabupaten Kulon Progo); dan Jathilan (Kota Yogyakarta). Tempat pementasan kesenian rakyat dipusatkan di Alun-Alun Sewandanan Pura Pakualaman.

Suwandi




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta