Tembi

Berita-budaya»SIKLUS DAN SIRKUS DARI KLOWOR KUCING WALDIONO

26 May 2011 07:27:00

SIKLUS DAN SIRKUS DARI KLOWOR "KUCING" WALDIONOPerupa Waldiono Klowor atau lebih akrab disapa Klowor saja identik dengan objek lukisan kucing. Hampir sama dengan Popo Iskandar atau pegrafis Edi Sukarno yang sama-sama menggumuli tema kucing. Ketiganya mengemuka dan eksis sebagai perupa kucing sehingga Klowor pun sering disebut juga Klowor Kucing. Akan tetapi sekalipun mereka menggumuli tema kucing, ketiganya punya konsepsi yang berbeda. Konsepsi yang berbeda juga memunculkan presentasi visual estetik yang berbeda.

SIKLUS DAN SIRKUS DARI KLOWOR "KUCING" WALDIONOKlowor dalam konsep karyanya menyatakan bahwa jika dulu kucing diperlakukannya dengan sekehendak hatinya lewat kekayaan geraknya, sekarang kucing ia berdayakan untuk menghidupkan kisah-kisah keseharian yang sering dialami olehnya dan kita semua sebagai manusia. Dalam tulisan Kuss Indarto dikatakan bahwa dulu Klowor menempatkan ”kucing sebagai dunia kebentukan”. Sekarang Klowor menempatkan ”kucing sebagaiSIKLUS DAN SIRKUS DARI KLOWOR "KUCING" WALDIONOperangkat narasi.”

Kuss Indarto selaku kurator dalam pameran Klowor kali ini menyatakan bahwa karya Popo Iskandar yang merupakan perupa senior demikian mapan dengan citra kucing-kucingnya pada kanvas nan legam, masif, serta esensial. Sementara Edi Sukarno sebagai pegrafis senior banyak menggumuli tema-tema kucing dalam rangkaian garis yang putus-putus yang khas terbentuk dari efek cukilan hardboard cut. Sementara semula, Klowor lebih mendedahkan eksistensinya dengan presentasi visual kucing diSIKLUS DAN SIRKUS DARI KLOWOR "KUCING" WALDIONOatas kanvas dalam warna hitam-putih.

Kini, kucing yang menjadi identitas Klowor dipresentasikan dalam tampilan colour full. Bahkan juga dalam kemasan kanvas-kanvas besar dan terkesan mewah. Kuss Indarto menegaskan bahwa torehan lapis-lapis warna menjadi semacam hal yang diandalkan yang menguatkan kemungkinan imajinasi bagi apresiannya. Citra sosok manusia dibuat dari lapis-lapis warna yang bertumpuk dengan bayangan gesture yang berbeda.SIKLUS DAN SIRKUS DARI KLOWOR "KUCING" WALDIONOPerbedaan gesture pada bayangan dan subjek di depannya itulah yang dimungkinkan membangun lapis imajinasi.

Lebih jauh Pramono Edy selaku ketua YASBI juga menyatakan bahwa Klowor merupakan salah satu perupa muda yang energik, kreatif, dan kosnsiten. Secara siklis Klowor bisa kreatif dan produktif tanpa terjebak pada keinginan untuk segera laku. Hal ini dibuktikannya dengan menahan diri selama 15 tahun untuk tidak berpameran tunggal. Siklus yang sesungguhnya juga disayangkan karena dianggap terlalu lama. Klowor juga tidak asing dengan dunia sirkus mengingat alamarhum ayahnya yang bernama Gatot ”Lelono” Tjokrowihardjo adalah pemain sirkus (akrobat) yang kondang di Yogyakarta pada zamannya. Dengan sirkus itu pula Gatot menghidupi 7 orang anaknya termasuk Klowor sebagai anak nomer 6. Jurus-jurus sirkus (dalam pengertian positif) itu pula yang menginspirasi Klowor dan saudara-saudaranya untuk menjawab persoalan hidup dan kehidupan yang penuh tantangan.

Subroto SM, mantan dosen Klowor di ISI juga menyatakan rasa bangganya atas ketekunan, kreativitas, dan sikap panSIKLUS DAN SIRKUS DARI KLOWOR "KUCING" WALDIONOtang menyerah yang terus membara dalam diri Klowor untuk setia di dunianya. Bagi Subroto SM karya Klowor kali ini lebih berwarna-warni. Klowor lebih memanusiakan kucing daripada menjadikannya objek bidik kanvas dan kuasnya semata. Kali ini Klowor juga menggambarkan figur-figur secara berkali-kali dan berlapis-lapis (tumpang tindih). Banyak pola garis terputus yang membentuk pola-pola khusus dan dibuat mengitari objeknya sehingga bentuk-bentuk itu menjadi seperti bergerak. Banyak bentuk dilokalisasikan dengan latar belakang warna yang berbeda sehingga objek atau bentuk-bentuk itu menjadi kelihatan menonjol. Secara keseluruhan karya Klowor ini seperti mengajak apresian untuk ikut optimistik, tanpa beban, ceria, sekaligus kocak.

Hal yang berbeda diutarakan oleh Suwarno WiseSIKLUS DAN SIRKUS DARI KLOWOR "KUCING" WALDIONOtrotomo selaku kritikus seni. Ia menyatakan bahwa pada sejumlah karya tertentu Klowor justru seperti kehilangan fokus gara-gara intervensi garis-garis yang begitu kuat dan dominan. Oleh karenanya, secara visual mata akan tersedot pada garis-garis yang meliuk-liuk seperti beliung yang menerjang suatu kampung dan membuat porak poranda penghuninya. Sosok-sosok ganjil yang artistik, kadang dalam pose akrobatik dibentuk oleh garis-garis tumpang tindih menjadi tidak maksimal tampilannya. Demikian pula struktur (tata rupa) yang sesungguhnya tampak hidup akhirnya cenderung menjadi kacau. Hal demikian sesungguhnya lebih pada persoalan manajemen emosi atau pengendalian diri dalam hal mengorganisasi potensi artistik yang demikian melimpah dalam diri Klowor.

Lebih lanjut Suwarno Wisetrotomo juga menyatakan bahSIKLUS DAN SIRKUS DARI KLOWOR "KUCING" WALDIONOwa Klowor adalah pribadi perupa yang menarik. Ia tidak pernah merasa super sebagai perupa, tidak merasa istimewa, tidak merasa hebat, tidak merasa berbeda kecuali merasa memiliki keterampilan melukis yang dijalaninya dengan sejujur-jujurnya. Ia tidak ribet dengan berbagai kepentingan, apalagi intrik-intrik yang kadang memuakkan. Melukis bagi Klowor adalah bekerja dengan hati dan perasaan senang dan sikap yang jujur. Jiwa dan hasratnya bebas lepas, membentuk apa saja, dengan cara apa saja, membayangkan hingga yang paling khayali, mewarnai apa saja yang ia suka.

Pameran tunggal kedua Klowor setelah pameran tunggalnya 15 tahun silam, dilaksanakan di Taman Budaya Yogyakarta 23-31 Mei 2011. Tema yang diangkat Klowor adalah Siklus dan Sirkus. Pameran itu sendiri terselenggara atas dukungan YASBI (Yayasan Seni dan Budaya Indonesia), Taman Budaya, Tedjo Badut, Gong Grafis, Gejog Lesung Niti Budaya, Jasmine Akustik Band, serta berbagai pihak.

a.sartono




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta