Mangan Ora Mangan Waton Kumpul

Mangan Ora Mangan Waton Kumpul

Pepatah Jawa di atas secara harfiah berarti makan tidak makan asal ber (-kumpul).

Pepatah ini ingin menegaskan bahwa berkumpul (sebagai simbol kerukunan dan kedamaian) menjadi lebih penting daripada sekadar makan. Pada sisi ini persoalan makan sebagai seuatu yang penting bagi tubuh dipandang menjadi kurang penting dibandingkan dengan nilai kerukunan, kedamaian, dan hubungan kekeluargaan.

Hal ini menjadi petunjuk pula bahwa hubungan kekeluargaan tidak bisa disetarakan dengan sekadar makanan. Alasan inilah yang menjadi dasar munculnya pepatah Jawa ini. Pepatah ini juga mengasumsikan bahwa manusia jangan hanya memburu dan menyembah materi. Akan tetapi nilai-nilai kekeluargaan, kemanusiaan juga mesti dijunjung tinggi. Persoalan makan dapat dicari atau diupayakan sehingga ada pula pepatah yang berbunyi ana dina ana upa. Pada sisi ini sesungguhnya optimisme masyarakat Jawa dalam mengarungi hidup cukup kuat.

Pepatah Jawa di atas sesungguhnya ingin mengajarkan bahwa persoalan materi (makan) jangan sampai mencerai-beraikan hubungan keluarga atau kekerabatan. Sebab hubungan kekeluargaan yang telah terceraikan atau tercederai tidak mudah disembuhkan. Pepatah ini juga ingin mengajarkan orang agar selalu ingat akan saudara atau sesamanya. Pepatah ini juga mengajarkan agar orang menjauhkan diri dari sifat-sifat egoisme yang cenderung hanya menumpuk materi untuk diri sendiri (tanpa ingat berkumpul atau ingat akan ikatan persaudaraan atau kekerabatannya).

a.sartono




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta