Judul : Folklor Jawa. Macam, Bentuk dan Nilainya
Penulis : Suwardi Endraswara
Penerbit : Penaku, 2010, Jakarta
Bahasa : Indonesia
Jumlah halaman : ix + 226
Ringkasan isi :

Folklor Jawa. Macam, Bentuk dan NilainyaFolklor tergolong ilmu atau sebuah disiplin budaya. Folklor merupakan ilmu yang luas, apa saja bisa masuk di dalamnya. Sadar atau tidak, kehadiran folklor memperkaya khasanah budaya yang bersangkutan. Folklor Jawa, misalnya akan menjadi ciri atau identitas kejawaan yang membedakan dengan etnik lain. Jati diri orang Jawa akan memupuk jiwa kolektif kejawaan.

Kekhasan folklor terletak pada aspek penyebarannya. Persebaran folklor hampir selalu terjadi secara lisan sehingga sering terjadi penambahan dan pengurangan. Perkembangan pewarisan folklor selanjutnya lebih meluas, tidak hanya lisan tetapi juga secara tertulis. Folklor meliputi berbagai hal, seperti pengetahuan, asumsi, tingkah laku, etika, perasaan, kepercayaan dan segala praktek-praktek kehidupan tradisional, serta memiliki fungsi tertentu bagi pemiliknya. Folklor bukan milik individu melainkan milik kolektif. Sebagai sebuah karya folklor tidak jelas siapa penciptanya. Penamaan folklor yang lazim adalah menurut kondisi geografis.

Folklor Jawa pada dasarnya merupakan bagian dari kebudayaan Jawa yang tersebar secara turun temurun. Sejalan dengan eksistensi budaya Jawa, folklor Jawa ada yang adiluhung, namun sebaliknya adapula yang profan. Keduanya saling mendukung membentuk komunitas folklor. Folklor Jawa berkembang luas sejalan dengan perkembangan orang Jawa. Folklor Jawa merupakan segala karya tradisi yang telah diwariskan dan berguna bagi pendukungnya. Folklor Jawa pun memiliki variasi antar daerah. Folklor Jawa memiliki ciri-ciri antara lain:

  1. Disebarkan secara lisan dan alamiah tanpa paksaan.
  2. Nilai-nilai tradisi Jawa amat menonjol.
  3. Antar wilayah bervariasi namun hakekatnya sama. Variasi ini disebabkan keragaman bahasa, bentuk dan keinginan masing-masing wilayah.
  4. Pencipta dan perancang folklor tidak jelas siapa dan dari mana asalnya.
  5. Cenderung memiliki formula atau rumus yang tetap dan ada yang lentur.
  6. Mempunyai kegunaan bagi pendukung atau kolektiva Jawa.
  7. Kadang-kadang mencerminkan hal-hal yang bersifat tidak logis.
  8. Menjadi milik bersama dan tanggung jawab bersama pula.
  9. Mempunyai sifat polos dan spontan.
  10. Ada yang memiliki unsur humor dan wejangan.

Ciri-ciri di atas bukanlah harga mati tetapi masih bisa berkembang. Banyak faktor yang dapat menyebabkan folklor Jawa berubah, antara lain:

  1. Seringkali pencerita hanya menerima dari mulut ke mulut, sehingga ada yang terlupakan.
  2. Pencerita juga sering menggunakan bahasa lokal atau dialek dan bahkan idiolek khas, sehingga perubahan dari teks asli amat mungkin terjadi.
  3. Pencerita memunculkan kata serapan dan juga kondisi jaman, sehingga teks lisannya menjadi kaya.
  4. Folklor yang dipentaskan seringkali ada penyesuaian dengan dunia panggung dan iringan, sehingga perubahan harus dilakukan.

Berdasarkan klasifikasinya folklor Jawa dapat dibedakan menjadi satu, folklor esoterik, artinya sesuatu yang memiliki sifat yang hanya dapat dimengerti oleh sebagian orang saja. Misalnya hal-hal yang berkaitan dengan kekuatan gaib. Yang kedua folklor eksoterik, adalah sesuatu yang dapat dimengerti oleh umum tidak terbatas oleh kolektif tertentu, misalnya cerita rakyat. Selain itu ada juga folklor Jawa populer dan sakral. Folklor populer artinya folklor yang sederhana tetapi banyak diminati orang, mudah dihafal dan melekat di hati, tetapi biasanya berusia pendek. Sebaliknya folklor serius atau sakral, makna dan fungsinya bertahan lama.

Folklor merupakan wahana komunikasi budaya. Folklor sebagai budaya kerakyatan ternyata memainkan peranan yang sangat menentukan dalam kelanjutan dan pengembangan suatu kebudayaan. Dalam masyarakat Jawa folklor bisa muncul dalam berbagai hal. Misalnya bahasa rakyat, ilmu rakyat, takhayul, pendidikan, mitos dan legenda, pertunjukan rakyat, permainan dan tarian rakyat, puisi lisan, lagu dolanan, non lisan/berwujud benda, pengobatan tradisional, pengobatan alternatif, serta dukun, klenik dan magi. Masing-masing mempunyai fungsi dan perannya tersendiri bagi masyarakat Jawa.

Teks : Kusalamani




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta