Pertunjukkan Gitar Klasik Nelson Rumantir
Mengenang Masa Lalu

Pertunjukkan gitar klasik di indonesia memang sudah tak terhitung begitu juga pemain gitar klasik berbakat sampai menyabet gelar maestro. Salah satunya adalah Nelson W.Rumantir, yang menggelar pertunjukkan gitar klasik dalam rangkaian perayaan festival Para Guitarra 2010 di Gedung Kesenian Jakarta, Selasa (27/4). Dalam memperingati 50 tahun perjalanan gitar musik dan gitaris Indonesia, Nelson yang termasuk sebagai salah satu maestro gitar pop klasik dan virtuoso beraksi dalam konser nostalgia bertajuk Romantic with Soul.

Nama Nelson W.Rumantir di jaman sekarang memang tidak terlalu bunyi namun jika melihat kebelakang album-album yang mengandalkan peran gitar dalam membawakan lagu-lagu, nama Nelson sangat booming di era 70-an. Seorang gitaris yang sempat menjadi juara dalam berbagai lomba yang digagas YMI (Yayasan Musik Indonesia) untuk kategori gitar Non Klasik dalam 2 periode berturut-turut. Pria yang sempat menjadi dosen dan pengajar diberbagai sekolah musik ini sudah belajar classical guitar music sejak berusia 10 tahun, hingga kini di usianya yang mencapai 60-an, Nelson sudah memiliki Yayasan Nelson W.Rumantir Foundation, yang berkiprah di pendidikan musik gitar yang mempersiapkan generasi muda menuju target profesional gitaris.

Nelson sendiri beberapa kali tampil dalam acara-acara kehormatan di istana Kepresidenan, khususnya era Presiden BJ Habibie dan menjadi pengisi acara tetap diberbagai Kedubes. Jadi malam nostalgia yang diadakan di Gedung Kesenian Jakarta kali ini, adalah malam pertunjukkan spesial yang disuguhkan Nelson untuk pendengar dan pecinta permainan gitar klasik. Malam itu, Nelson membuat pendengar terbius dengan repertoire-repertoire dari beberapa Negara yang dibawakan, sebut saja Tanah Airku karangan Ibu Sud, Lamento Borincano milik Rafael Hernandez, atau El Chumbachero yang membuat saya teringat kelompok lawak Warkop DKI. Instrumen yang keluar dari gitar tersebut benar-benar membuat kagum meski usia Nelson tak lagi muda, tangannya tetap saja lincah mencapur-campur nada dengan tenang dan berganti sesuai lagu.

Lagu-lagu yang dibawakan ternyata tak lagu-lagu yang dikenal di era 70-an, Nelson tak lupa membawakan I Have a Dream milik ABBA, Hotel California, Dont Cry For Me Argentina milik Andrew Lloyd Webber juga dua buah lagu Latino In D Minor, dan Un Memoire Romantic Anoubliable yang diaransemen ulang oleh Nelson. Kurang lebih 23 instrumen lagu ia bawakan dengan manis, Nelson masih memegang kukuh cap pelopor dan pelaku yang berjasa dalam membangun citra dan pilar kebangkitan gitar di Indonesia, ia telah menempuh perjalanan panjang dalam karier dan karyanya. Konsistensinya selama kurang lebih 45 tahun telah teruji dalam mengisi pasang surut blantika gitar musik tanah air. Meski interaksinya sangat kurang dengan penonton malam itu, Nelson tampil memukau, dan sampai kapanpun nama Nelson akan tetap jaya sebagai senior maestro gitar di Indonesia.

Titin Natalia
Foto-foto:
http://aribowo1992.multiply.com/reviews/item/3
http://cdindonesia.multiply.com/photos/photo/417/1
http://www.antarafoto.com/seni-budaya/v1272379234/konser-nostalgia