Imajinasi Pedesaan 'Desaku Permai'

Imajinasi Pedesaan 'Desaku Permai'

Anak-anak kota, agaknya tidak lagi mengenali desa. Atau setidaknya desa dimasa lalu. Karena desa masakini sudah mengalami banyak perubahan dibandingkan desa masa lalu. Untuk memberikan imajinasi desa obyek wisata ‘Taman Pintar’ yang terletak di tengah kota Yogyakarta, di jl. P. Senapati, ada space yang diberi label ‘Desaku Permai’. Didalam space ini dibangun ikon-ikon yang menunjukkan pedesaan, ada sawah, rumah bambu, kerbau, kandang sapi, sungai. Pendeknya, ikon-ikon tentang desa.

Seperti halnya kita bisa menemukan, jika berkunjung ke desa, kandang sapi terletak tidak jauh dari rumah tinggal. Kandang sapi berada dalam satu pekarangan. Orang desa menjalaninya dengan biasa. Meski sekarang, kita bisa menemukan rumah-rumah di desa yang tidak ‘menyatu’ dengan kandang sapi. Karena, sudah ada kandang kolektif untuk sapi. Semua sapi tinggal di kandang kolektif ini, yang letaknya agak jauh dari rumah tinggal.

‘Desaku Permai’, rupanya mengajak anak-anak untuk mengenali kehidupan di desa, yang seolah jauh dari modernitas. Rasanya, ‘Desaku Permai’ ini tipikal dari kehidupan desa pada masa lalu, yang kini memang agak sulit ditemukan. Apalagi menemukan seorang anak kecil naik kerbau, seperti ikon yang bisa ditemukan di ‘Desaku Permai’. Ikon rumah petani misalnya, yang terbuat dari bambu, di dalamnya menyimpan peralatan pertanian, dan di terasnya ada sepeda onthel. Dari tanda sepeda onthel ini kita bisa tahu, bahwa desa masa lalu yang sedang diimajinasikan. Karena petani sekarang, ke sawah sudah menggunakan sepeda motor. Untuk mengangkut gabah saja menggunakan sepeda motor.

Imajinasi Pedesaan 'Desaku Permai'

Seorang anak, yang diajak orang tuanya memasuki ‘Desaku Permai’ nampak senang sekali. Ia dipotret dekat kerbau. Berdiri di depan pintu rumah bambu dan dari luar ibunya mengintip dari kamera digital. Di kandang sapi, seolah sedang membelai sapi, anak itu kembali diintip dari balik kamera digital. Berdiri didekat sawah, yang bisa ditemukan di ‘Desaku Permai’, lagi-lagi, anak kecil itu diambil gambarnya melalui kamera digital.

Keluarga muda yang berkunjung ke ‘Desaku Permai’ di Taman Pintar Yogyakarta, bersama keluarga yang masih kecil, kira-kira usia 8 tahun, atau setidaknya usia dibawah 10 tahun,seperti sedang mengenal suasana desa pada anak-anaknya. Atau juga mungkin, sekaligus orang tua dari keluarga muda sedang mengenali kehidupan desa yang belum pernah ditemuinya. Karena desa sekarang, tidak memberikan imajinasi pada kehidupan desa masa lalu. Apalagi desa yang tidak berjauhan dengan kehidupan kota, sudah bukan lagi desa, melainkan kehidupan transisi antara desa dan kota.

Di kolmpleks ‘Desaku Permai’ di Taman Pintar ini, ada satu rumah desa yang dipakai untuk display membatik. Beberapa perempuan muda menyediakan peralatan membatik siap untuk mengajari anak-anak yang ingin ‘belajar’ membatik, atau setidaknya mengenali seni batik. Membantik, seolah tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat desa.

Satu gubug kecil, yang menyerupai pos ronda, dan terletak didekat sawah di kompleks ‘Desaku Permai’, yang agaknya untuk ‘tempat istirahat’ petani, dipakai untuk duduk-duduk pengunjung dari keluarga muda. Kelihatan sekali, seolah sedang menikmati tinggal di desa. Atau barangkali membayangkan kehidupan desa yang nyaman.

Imajinasi Pedesaan 'Desaku Permai'

Taman Pintar, sebagai obyek wisata yang terletak di tengah kota, tampaknya menyadari, bahwa kota Yogya dikelilingi oleh pedesaan, dan pada masa lalu pedesaan di daerah Yogya yang menyangga kehidupan kota. Maka, untuk mengenalkan kehidupan masyarakat desa pada generasi sekarang, yang tidak mengenali kehidupan desa masa lalu, tetapi terbiasa dengan kehidupan mall, diperkenalkan model kehidupan desa melelalui ‘Desaku Permai’. Setidaknya, melalui space ini anak-anak bisa mengenali kehidupan masyarakat desa.

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta