Sie Jin Kwie di Negri Sihir
Dan 35 Tahun Teater Koma
Masih ingat cerita Sie Jin Kwie “Kena Fitnah”, kisah perjalanan panglima Jendral Besar pemimpin pasukan perang, Sie Jin Kwie yang sangat berjasa pada kerajaan Tang. Dalam cerita ini Sie Jin Kwie secara tak sengaja telah membunuh putranya sendiri, Sie Teng San yang waktu itu baru berusia 12 tahun. Kemudian jiwa Sie Teng San dihidupkan kembali oleh Dewa Onggo, dan dijadikan murid untuk belajar ilmu sakti. Setelah tumbuh menjadi pria dewasa, Sie Teng San malah ditugaskan untuk kembali ke keluargnya untuk menyembuhkan luka ayahnya Sie Jin Kwie juga membantu ayahnya memimpin pasukan perang.
Kelanjutan karya trilogi dari Sie Jin Kwie (2010), Sie Jin Kwie 2 dan Sie Jin Kwie Kena Fitnah (2011) akhirnya ditutup dengan pagelaran “ Sie Jin Kwie Di Negri Sihir” yang disadur oleh Nano Riantiarno dari roman karya Tio Keng Jian dan Lo Koan Chung, yang berlangsung selama 1 bulan, 1-31 Maret 2012 di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki. Kali ini diceritakan pertemuan Sie Jin Kwie dan putranya Sie Teng San yang kembali hidup ke dunia untuk membantu ayahnya yang sedang sekarat karena berperang. Sementara Sie Jin Kwie kaget bukan kepalang karena ia diramal akan mati oleh anak panah milik putranya sendiri, Sie Teng San.
Sementara itu, selain politik istana dan seputar kehidupan Sie Jien Kwie, ada tiga gadis dari negri yang berbeda diramalkan menjadi jodoh Sie Teng San. Jodoh pertama Sie Teng San adalah adik dari perampok Touitho, bernama Tousiangtong. Dua kakak beradik ini adalah perampok yang selalu meminta harta dan uang dari orang yang melewati wilayahnya. Pada adegan ini diceritakan Sie Teng San tidak bisa lewat karena dihadang dua kakak beradik perampok ini. “Siapapun yang melewati gunung ini, harus bayar. Percayalah konsep ini akan dipakai di masa depan oleh penguasa jalan tol,” kata Touitho sambil tertawa. Sementara si adik Tousiangtong terpesona melihat Sie Teng San dan percaya pada ramalan gurunya kalau jodohnya adalah Sie Teng San.
Sepanjang pertunjukkan selama kurang lebih 4 jam, cerita didominasi dengan kisah cinta Sie Teng San yang pelik dan diwarnai pertumpahan darah. Belum lagi pertikaian Si Teng San dengan penguasa ilmu sihir Hwan Li Hoa, putri dari musuh bebuyutan Sie Jin Kwie. Setelah akhirnya menikahi si putri sihir, keadaan semakin pelik, Sie Teng San yang tak berdaya karena harus menikah dengan Hwan Li Hoa malah di hukum oleh ayahnya Sie Jin Kwie. Cerita berakhir persis seperti yang diramalkan penjaga buku langit, bahwa Sie Jin Kwie mati ditangan anaknya sendiri.
Selain cerita yang dikemas dengan menarik, satu hal lagi yang patut diacungi jempol adalah tata panggung yang seolah-olah membawa kita betul-betul seperti di Negri Cina era klasik. Belum lagi kostum para pemeran yang mengawinkan ornamen oriental dengan kain batik nusantara. Bukan cuma itu, properti pendukung liong naga juga bersisik motif batik.
Pagelaran kali ini juga persembahan teater Koma, sebagai tanda nyata eksistensi dipanggung pertunjukkan selama 35 tahun. Sepanjang usianya tersebut, kelompok teater koma yang dibentuk sejak 1 Maret 1977, sudah mementaskan sebanyak 125 karya. Sejumlah karya yang digarap Nano Riantiarno antara lain, Rumah Kertas, Maaf.Maaf.Maaf, Kontes 1980, Trilogi Opera Kecoa, dan Rumah Pasir. Sementara lakon asal negeri China yang disadur kembali antara lain berjudul Sampek Engtay, Opera Ular Putih, dan Trilogi Siejinkwie.
Natalia S.
Artikel Lainnya :
- Topeng dari Slamet Riyadi Sabrawi(13/04)
- ATBM, ALAT TENUN BUKAN MESIN(04/03)
- Oudheidkundig verslag(27/10)
- 11 Januari 2011, Ensiklopedi - DOLANAN OBROG-2(11/01)
- BACEMAN KEPALA KAMBING(16/06)
- GEREJA HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN, GEREJA BERWAJAH JAWA(16/09)
- TIGA JADI-2 (DOLANAN ANAK TRADISIONAL-19)(03/11)
- SLONDHOK RENTENG PAK MUL CAMILAN KHAS LAIN DARI SLEMAN(28/09)
- 13 April 2010, Kabar Anyar - PAMERAN SENI RUPA 'EKSPRESIF'(13/04)
- Daftar Buku(18/07)