- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
Berita-budaya»SASTRA DI RESTO
22 Aug 2011 07:25:00Kegiatan sastra, khususnya pertunjukkan puisi, tidak pernah hilang di Yogyakarta. Meski pernah jarang diadakan, namun sebenarnya acara sastra diselenggarakan dalam kelompok-kelompok kecil. Hari-hari ini, kegiatan sastra kembali mudah ditemukan disejumlah tempat, termasuk di café-café atau resto Tentu saja, yang dimaksud café atau resto tidak selalu berada di ruangan tertutup laiknya café-café atau resto elit. Di Yogyakarta istilah café atau resto ‘menjamur’ untuk menyebut tempat nongkrong (dan makan) bagi anak-anak muda. Ruangannya terbuka dengan lampu tidak terlalu terang, bukan remang-remang. Hanya cahaya lampunya lemah.
Senin malam (15/8) lalu, di Ngeban Resto Nologaten, satu kegiatan sastra diselenggarakan oleh MMPI (mari membaca puisi) dan Indonesia Purnabudaya. Tajuk dari acara ini dinamakan The Moonlight of Ramadhan’. Dalam acara ini dipentaskan musik, baca puisi, lawakan dan monolog. Seorang penyair asal Tegal yang tinggal di Semarang, Eko Tunas ikut mengisi acara ini dengan membawakan puisi-puisi karyanya dan sekaligus Eko Tunas pentas monolog.
Perihal Eko Tunas, bagi generasi muda yang belum mengenal, atau mungkin asing mendengar namanya. Dia seorang penyair yang aktif di Persada Studi Klub (PSK) yang dikenal oleh kalangan sastrawan di Yogyakarta. Eko Tunas di PSK seangkatan Emha Ainun Najib dan (alm) Linus Suryadi AG. Ketika di Yogya, dikalangan teman-teman sastra ‘dikenal’ perkawanan ‘4 E’, yaitu; Emha Ainun Najib-Ebiet G.Ade-Eko Tunas-EH.Kartanegara. Eko Tunas tidak berhenti menulis puisi. Sejumlah puisinya dibacakan di Ngeban Resto beberapa waktu yang lalu.
Selain Eko, tampil membacakan nukilan karyanya adalah Otto Sukatno. Tampil pula seorang pembaca puisi yang membacakan puisi karya Emha Ainun Najib dan Hari Leo. Kecuali itu, dihadirkan group musik ‘Dengung Solo’. Tampil pula lawakan yang mengambil model standup comedi, Anang Batas dkk.
Bisa dikatakan ‘The Moonlight of Ramadhan’ adalah jenis karya campur-campur, yang menggabungkan antara kegiatan sastra dan lawakan. Sastra dan musik atau yang dikenal dengan musikalisasi puisi sudah lama ada di Yogyakarta. Namun campuran antara lawakan dan sastra serta musik, termasuk hadrah, merupakan sesuatu yang jarang, atau bahkan belum pernah dilakukan. Karena, acara ‘campur-campur’ seperti itu membuat nuansanya tidak utuh.
Sastra masuk café atau resto apapun bentuk café atau resto itu, memang tidak bisa ditolak kehadirannya. Pola pertunjukkan kini memang perlu terbuka terhadap berbagai kemungkinan. Apalagi kita tahu, karya sastra bukan jenis karya yang jauh dari masyarakat, malah sebenarnya merupakan karya yang (harus) dekat dengan masyarakat. Karena itu, kegiatan sastra perlu dekat dengan masyarakat dan masuk keberbagai komunitas.
Anggap saja, pembacaan puisi dan monolog memberi warna terhadap aktivitas anak-anak muda yang senang menyambangi café atau resto-resto. Setidaknya, ada nuansa lain dalam suasana café atau resto, yang acap diisi organ tunggal.
Di Yogyakarta, kegiatan pertunjukkan sastra tampak kembali tumbuh disejumlah tempat dan dikomunitas-komunitas. Masing-masing saling mengisi dan menghidupkan kegiatan sastra di Yogya. Dari acara-acara sastra,, kita menjadi tahu, bahwa puisi tidak berhenti ditulis dan terus dibacakan, baik oleh penyairnya sendiri, atau dibacakan oleh seorang pembaca puisi, atau seorang aktor teater.
Penyair yang berusia muda bermunculan di Yogya dan memanfaatkan media yang berupa panggung diisi oleh penyair-panyair muda. Setidaknya kita bisa tahu, bahwa puisi masih mudah ditemukan di Yogyakarta, dan acara sastra, meski tidak berjubel, selalu saja ada orang yang datang menikmati karya sastra, puisi atau cerpen dibacakan.
Apa yang dilakukan di ‘Ngeban Resto’ dengan menghadirkan Eko Tunas, seorang penyair dari Semarang, hanyalah salah satu dari sejumlah tempat kegiatan sastra yang ada di Yogya dan diselenggarakan dalam waktu yang berbeda-beda. Setiap minggu, selalu ada kegiatan (pertunjukkan) sastra di tempat yang berlainan.
Ons Untoro
Artikel Lainnya :
- Memilih Hari Untuk Minggu Depan(05/07)
- Mengingat Untuk (Me-) Lupa (-kan)(29/05)
- 13 Februari 2010, Kabar Anyar - PAMERAN TUNGGAL THREEDA MAYRAYANTI 'STRANGERS IN MY PILLOW'(14/02)
- Rajakaya Dari Tiga Perupa(20/03)
- MASJID KAUMAN PIJENAN(29/11)
- ABON IKAN TUNA, SATU MAKANAN KHAS LAIN DARI JOGJA(19/01)
- SEJARAH PLERED IBU KOTA MATARAM I(06/04)
- Denmas Bekel(16/04)
- RICA-RICA BEBEK(29/03)
- Matswapati(07/09)