'Rajakaya' Dari Tiga Perupa

'Rajakaya' Dari Tiga Perupa

Kali ini, tiga perupa memamerkan karya rupanya, dan diberi tajuk ‘Rajakaya’. Tidak seperti selama ini seringkali kita lihat, karya rupa yang dipamerkan berupa seni lukis di atas. Pada pameran seni rupa ‘Rajakaya’ ini yang dipamerkan seni patung. Maka, sesungguhnya lebih tepat disebut pameran seni patung. Ketiga perupa iti ialah; Karyadhi, Yusuf Dilogo dan I Nyoman Agus Wijaya.

Pembukan pameran dilakukan di Bentara Budaya Yogyakarta, Selasa (13/3) yang lalu dan akan berakhir pada (22/3). Dalam pameran patung ini kita bisa membuat sejumlah karya seni patung, sebagaimana kita bisa melihat pameran seni patung pada umumnya. Semua yang dipamerkan berwujud binatang, dan seolah masing-masing perupa sedang bercerita menyangkut makhluk hidup melalui binatang. Artinya, para perupa bukan berkisah mengenai binatang, melainkan berkisah menyangkut kehidupan.

Mungkin karena yang dipamerkan seni patung berupa binatang, agaknya yang mendasari tajuk pamerannya ‘Rajakaya’. Karena istilah ini meunnjuk kekayaan yang berupa binatang. Di masyarakat Jawa, setidaknya dulu, ketika memelihara sejumlah binatang, apalagi sapi, artinya memiliki ‘kekayaan’, dan sifat kekayaan tidak berupa uang tunai.

'Rajakaya' Dari Tiga Perupa

Dari segi artistik, karya-karya yang dipamerkan memang tidak melakukan ‘terobosan’. Artinya, ketiga perupa ini tidak memberikan ‘sesuatu yang baru’ pada ranah seni patung. Bahkan bisa dikatakan hanya biasa saja, tidak terlalu menggetarkan. Barangkali, yang membuat orang ‘terhenyak’ adalah semangat mereka berkarya seni di tengah pasar seni rupa tidak ‘melirik’ seni patung, namun ketiga perupa ini tidak ambil peduli. Mereka tetap dan terus berkarya, hasil dari karya itu dia sampaikan pada publik dalam bentuk pameran di Bentara Budaya Yogyakarta.

Dalam kata lain, melalui pameran dengan tajuk “Rajakaya’ ini, ketiga perupa ini tidak kehilangan idealismenya. Sepertinya mereka malah meneguhkan idealismenya melalui pameran kepada publik yang lebih luas. Kurator pameran ketiga perupa ini, Hendra Himawan, melihat idealisme yang dimiliki ketiga perupa ini dan menuliskannya seperti bisa disimak berikut ini:

“Menjaga seni patung ibarat menjaga idealisme kesenimanan. Bahwa menjadi seniman itu tidaklah mudah, datan resik lamun ketaman, datan susah lamun kelangan (tidak mudah sakit hati, tidak mudah sedih manakala kehilangan sesuatu). Paradigma seni kotemporer yang serba cepat dan menawarkan sesuatu yang lebih bebas dan ‘apapun boleh’, menjadi satu rambu penting untuk tetap menjaga idealisme diri sebagai seniman, untuk Aja gumunan, Aja getunan, Aja kagetan, Aja aleman ( tidak mudah terheran-heran, tidak mudah menyesal, tidak mudah terkejut, tidak mudah manja dan ngambek)”.

'Rajakaya' Dari Tiga Perupa

Ada satu karya yang ikut dipamerkan berujud burung warna-warni merpati, diletakkan di lantai dengan alas kain biru. Kain warna biru itu seolah seperti langit dan burung merpati tersebut sedang terbang di langit lepas. Dari karya ini, kita seperti hendak dipahamkan, bahwa seni patung memiliki ruang yang luas dan menjanjikan keindahan karya. Setidaknya melalui seni patung, kebebasan ekspresi bisa dituangkan dan tidak perlu tunduk pada pasar, laiknya burung terbang di langit biru. Di angkasa luas. Dalam kata lain, karya ini seperti hendak berkata, idealisme harus dijunjung tinggi dan diletakkan di ruang yang luas, karena idealisme itu indah seperti merpati.

“Idealisme yang lugas, tegas, dan tidak mendua. Ora mangro mundhak kendho (tidak berpikir mendua, agar tidak kendor niat dan semangat). Seperti Rajakaya yang tidak pernah lepas dari si empunya rumah, dalam primbon Jawa, kandang Rajakaya ana sakidul wetaning gandok. Berdekatan dengan dapur, sebagai simbol penghidupan dan praja” kata Hendra Gunawan.

Kepada perupa bertiga, yang memiliki ‘Rajakaya’, ialah Karyadhi, Yusuf Dilogo, I Nyoman Agus Wijaya, kita layak mensuport idealisme mereka. Karena, sangat jarang kita ‘menemukan’ anak muda, khususnya perupa, yang penuh idealis dan setia menempuh jalur yang dipilihnya serta tidak tergoda pada hal-hal yang sifatnya sementara seperti popularitas, misalnya. Karena untuk terkenal bisa ‘dikerjakan’ oleh media, tetapi berkarya yang baik dan konsisten butuh proses panjang. Mudah2an ketiga perupa ini, selain konsisten juga mengembangkan kualitas karyanya, semoga impinan untuk memiliki ‘Rajakaya’ dalam pengertian yang lebih luas bisa terwujud.

'Rajakaya' Dari Tiga Perupa

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta