Perang Potlot Perang Cocot Perang Otot

Perang Potlot Perang Cocot Perang Otot

Pepatah Jawa di atas secara harfiah berarti perang pensil (pena) perang mulut perang otot (fisik).

Di tengah kehidupan sering terjadi adanya pertikaian melalui media cetak atau media elektronik bahkan kemudian berkembang menjadi pertikaian fisik. Banyak orang menggunakan media untuk berpolemik, saling berbantah, dan sebagainya. Inilah yang disebut sebagai perang potlot. Pada masa lalu sebelum media cetak dan elektronik marak, tulisan (surat) dapat dijadikan sarana untuk saling berbantah, berseteru, menantang, mengkritik, dan sebagainya. Banyak negara atau bangsa terlibat perang karerna sebelumnya terlibat dalam surat-menyurat yang saling menantang atau mengancam. Surat atau tulisan yang demikian itulah yang disimbolkan sebagai perang potlot. Hal demikian juga terjadi sekarang ini melalui berbagai media. Televisi, radio, HP, facebook, twitter, e-mail, dan sebagainya bisa menjadi sarana untuk apa yang disebut sebagai ”perang potlot”.

Media modern itu juga bisa menjadi sarana bagi perang cocot atau perang mulut. Contoh dari hal itu dapat diamati dengan mudah di televisi. Orang dengan sangat mudahnya meluncurkan kata-kata bernada menantang, mengancam, menggertak, mencaci maki orang lain yang akhirnya juga dibalas dengan hal yang serupa.

Perang mulut dapat dengan mudah memancing terjadinya perang otot. Hal demikian sudah terjadi di berbagai belahan dunia yang melibatkan banyak bangsa dan negara. Dalam skala kecil pun hal demikian mudah terjadi. Misalnya ada orang yang saling mengejek melalui SMS-an, lalu berkembang menjadi saling mencaci lewat telepon. Akhirnya jumpa darat dan berkelahi.

Pepatah ini sesungguhnya ingin mengajarkan agar orang selalu bersikap berhati-hati dalam hal apa saja supaya tidak terjadi perselisihan.

a.sartono




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta