Pergola Hijau Kian Bertumbuhan di Kota Jogja
Gagasan untuk menghijaukan Kota Yogyakarta bukan lagi menjadi slogan kosong. Telah cukup banyak ruas-ruas jalan di Kota Yogyakarta yang mulai merasakan nikmatnya sentuhan keteduhan dari hadirnya pepohonan. Setidaknya hal itu turut membantu penyerapan polusi udara yang kian meningkat volumenya di Yogyakarta. Di samping pemisah jalan (devider), sisi trotoar, dan sisi jalan yang mulai banyak ditanami pohon perindang, ruas-rusa trotoar pun mulai banyak yang dilengkapi pergola dengan tanaman merambat yang mampu memenuhi seluruh permukaan atap pergola. Dengan demikian pergola tersebut mampu menghadirkan pemandangan yang hijau di tengah belantara beton, semen, besi, aspal, kaca, dan keramik di tengah kota. Dulu mungkin pemandangan sperti itu nyarius tidak kita dapatkan. Kini hal itu mulai mudah kita temukan. Kerinduan akan hadirnya tanaman di tengah kota mulai bisa terobati kembali.
Pergola hijau ternyata bukan lagi menjadi monopoli ruas-rusa trotoar yang berada di bawah pengelolaan Pemkot. Akan tetapi juga mulai merambah ruang-ruang atau katakanlah beranda pertokoan. Hal ini menjadi tanda akan kesadaran pemilik toko dan Pemkot yang semakin tinggi akan perlunya menjaga lingkungan. Manfaatnya pun jelas terasakan bagi publik (wisatawan, calon pembeli, dan umum).
Banyak orang mulai memanfaatkan keteduhan di bawah pergola hijau tersebut. Di tengah terik matahari yang memanggang tengah kota orang mulai bisa berlindung di bawahnya. Merasakan teduh dan kesegarannya. Rasa gerah dan terpanggang ketika melintas di tengah kota bisa terobati tanpa harus mencari rasa adem dalam hembusan AC yang notabene ikut andil merusak alam itu. Bahkan banyak pula orang parkir yang mulai berebut untuk bisa memarkirkan sepeda motornya di bawah pergola-pergla hijau yang mulai ”bertumbuhan” di banyak pertokoan.
Kini pertokoan di jantung Kota Yogyakarta seperti pertokoan di Jalan Pangeran Mangkubumi-Malioboro-Acmad Yani tampaknya mulai bangkit kesadarannya untuk membuat pergola hijau itu. Bahkan bukan hanya itu. Di ruas Jalan Mataram,-Suryotomo pun hal iutu mulai kelihatan bertumbuhan. Barangkali hal itu menjadi semacam tren. Akan tetapi tren ini bukan lagi sekedar untuk gaya-gayaan. Tren pergola hijau itu sungguh memberikan manfaat yang bisa langsung dirasakan masyarakat umum. Bisa langsung dirsakan tanpa membayar.
Pergola hijau di beranda atau emperan toko mungkin memang menjadi semacam pilihan bagi para pemilik toko dan juga Pemkot dengan alasan bahwa emperan toko tidak mungkin ditanami tanaman yang dapat tumbuh besar dan tinggi. Jelas tanaman yang demikian akan mengganggu penataan ruang di emperan toko. Beda dengan pergola yang ukuran panjang, lebar, dan tingginya dapat disesuaikan dengan sikon dan ketentuan-ketentuan lain.
Mungkin perlu terus dipikirkan tentang bagaimana menjaga lingkungan di Kota Joga maupun di kabupaten-kabupatennya. Mungkin pergola hijau tidak hanya bisa ditumbuhkan di ruas-ruas jalan utama atau kompelks pertokoan yang menjadi bagian dari jantung kota. Akan tetapi juga di tempat lain yang keberadaannya barangkali tidak menyolok namun panasnya mungkin sama dengan panas di tengah kota yang tanpa pepohonan. Kebersihan dan hijaunya wilayah bukan melulu tanggung jawab pemerintah, namun justru wargalah yang harus ikut aktif mewujudkannya.
a.sartono
Artikel Lainnya :
- Bisma (4) Tunas Cinta Bersemi(18/01)
- SOTO KUDUS DI BANTUL(26/04)
- 12 Agustus 2010, Situs - PESANGGRAHAN REJAKUSUMA BANTUL: SALAH SATU PENINGGALAN SULTAN HAMENGKU BUWANA II (I)(12/08)
- Tegesipun Sawatawis Tembung Krama Inggil(16/02)
- SUSAH DAN MAHAL CARI SEKOLAH(11/07)
- RAWON KIKIL Tembi(05/07)
- Pembawa Rumput dan Potensi Gangguan Lalu Lintas di Jogja(04/07)
- Art Exhibition Inspires ‘Hope Beyond Absurdity’(06/09)
- WARGA, TAK MENEMUI BUNG KARNO(26/04)
- MASIH ADA JASA PATRI DI YOGYAKARTA(01/01)