Pembawa Rumput dan Potensi Gangguan Lalu Lintas di Jogja

Pembawa Rumput dan Potensi Gangguan Lalu Lintas di Jogja

Tampaknya sudah menjadi semacam kelaziman bahwa orang-orang pedesaan di Jawa, khususnya Jogja membawa atau mencari rumput ke berbagai tempat untuk pakan ternaknya. Pada masa-masa atau musim kemarau seperti saat ini (Juli), rumput segar mulai sulit didapatkan. Orang-orang dari berbagai pelosok desa pun harus memburu tempat-tempat yang dipandang menjadi lahan subur untuk pertumbuhan rerumputan. Tempat-tempat seperti itu biasanya berada di tepi-tepi sungai, tepian saluran irigasi, atau tempat yang berdekatan dengan areal persawahan serta sumber air.

Ada kalanya tempat-tempat yang disebutkan di atas tidak lagi dapat menyediakan rumput karena tempat-tempat tersebut telah jauh dari air. Saluran irigasi banyak yang mati karena suplai air memang tidak ada lagi. Sungai-sungai pun mulai mengering. Kalaupun tidak aliran air di berbagai sungai mulai mengecil debitnya. Alhasil rumput-rumput pun mengering. Orang-orang yang mencari rumput pun makin kesulitan mendapatkan rumput segar.

Pembawa Rumput dan Potensi Gangguan Lalu Lintas di Jogja

Pada masa-masa seperti itu jerami sebagai salah satu bahan pakan ternak, terutama untuk kerbau dan sapi menjadi salah satu bahan yang diandalkan para peternak. Jerami atau tanaman padi yang telah usai dipanen buahnya ini pun menjadi buruan para peternak. Tidak mengherankan jika banyak peternak atau pencari pakan ternak bersedia bersusah payah mencarinya sampai jauh dari alamat rumahnya. Kadang dalam perburuan semacam itu dilakukan oleh para peternak secara bersama-sama (rombongan). Jika hal itu pun sulit dilakukan, banyak dari peternak ini kemudian terpaksa merogoh koceknya untuk membeli rumput atau hijauan segar untuk ternaknya.

Umumnya masyarakat pedesaan dalam memelihara hewan ternak bukan sekadar memeliharanya untuk tujuan atau kepentingan ekonomis semata. Baik disadari atau tidak hewan ternak dalam kehidupan mereka menjadi semacam bagian dari anggota keluarga sendiri. Artinya perlakuan mereka terhadap hewan ternaknya demikian penuh kasih sayang. Mereka mau berpayah-payah demi keberlangsungan hidup hewan ternaknya. Bahkan banyak di antara mereka yang kemudian tidak tega untuk menyembelih hewan ternaknya sendiri. Tidak tega untuk menyantap daging dari hewan yang dipeliharanya sendiri.

Pembawa Rumput dan Potensi Gangguan Lalu Lintas di Jogja

Rasa sayang mereka terhadap hewan ternaknya tanpa disadari sering membuat mereka dalam mencari dan membawa rumput kurang hati-hati. Di samping itu juga sering kurang mempertimbangkan ruang (space) jalanan yang akan mereka lewati. Banyak di antara mereka yang membawa rumput dengan semangat asal dapat membawa sebanyak-banyaknya. Hal demikian sering membahayakan mereka sendiri atau orang lain. Ikatan rumput atau jerami dengan bentang lebar yang melebihi lebar bodi mobil atau truk sering mengakibatkan kecelakaan lalu lintas.

Semangat untuk mendapatkan rumput dalam jumlah sebanyak mungkin pada sisi-sisi tertentu memang cukup baik untuk ternak mereka. Akan tetapi mereka semestinya sadar diri bahwa bentang rumput yang dibawa dalam (terutama) sepeda dan sepeda motor bisa menghalangi jalan pengendara lain dan hal ini potensial sekali menimbulkan kecelakaan lalu lintas. Ketertiban berlalu lintas bukan hanya ditujukan bagi pengendara kendaraan tertentu, namun bagi semua pengguna jalan umum. Seandainya para pembawa rumput atau mungkin juga barang lain dengan bentang melebihi kapasitas yang ditentukan atau kewajaran ini berjalan beriringan atau berurut-urutan di jalanan, maka potensi akan munculnya bahaya kecelakaan lalu lintas semakin besar. Mungkin pepatah Jawa yang mengatakan ngono ya ngono nanging aja ngono perlu dipegang oleh mereka agar aktivitas mereka tidak membahayakan orang lain dan dirinya sendiri.

Pembawa Rumput dan Potensi Gangguan Lalu Lintas di Jogja

a.sartono




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta