Orang Gila Di Yogya

Orang Gila Di Yogya

Kalau menyebut Yogya, yang sering ditunjuk hanyalah Malioboro, Tugu dan tempat-tempat lain yang sudah dikenal. Seolah tidak ada realitas sosial lain yang bisa ditunjuk. Padahal kita sering melihat ‘kenyataan’ itu, tetapi acapkali kita mengabaikannya. Kenyatan riil yang tidak pernah dilihat, dan mungkin tidak lagi dianggap sebagai kenyataan, karena sudah terbiasa melihat, bahkan ‘kenyataan’ itu berada disamping kita. Tetapi, kita mengabaikannya. Tidak dianggapnya ada.

Kenyatan apa itu?

Orang gila. Atau orang yang dianggap gila. Orang ini berjalan di Yogya dan bisa ditemukan di beberapa tempat, misalnya di jalan Bugisan, di bawah Jembatan layang dan beberapa tempat lainnya. Pakaian yang dikenakan lusuh dan tidak pernah berganti. Tubuhnya kotor karena tidak pernah mandi. Tidur disembarang tempat. Lalu lalang orang melewati, tetapi tidak menghiraukannya. Orang gila, bagi yang merasa waras tidak penting untuk diperhatikan. Orang gila adalah orang-orang yang diabaikan. Mereka ada, tetapi tidak dianggap sebagai ada.

Tahun 1970-an di Yogya, ada seorang gila yang dikenal bernama Kapjo, dan disebut sebagai ‘edan tahun’. Karena, kalau dalam kondisi tidak gila, dia bisa menjalani hidup keseharian sebagaimana pada umumnya orang. Namun, ketika ‘gilanya’ datang, dia bisa ngamuk dan menggangu siapa saja yang ditemui. Terkadang berdiri di tengah jalan dan menghentikan kendaraan yang lewat, sehingga ketika melihat Kapjo mulai berdiri di tengah jalan, orang tahu dia sedang gila. ‘Edan tahunnya’ kumat.

Namun, siapakah orang gila sekarang?

Inilah soalnya. Sebenarnya tidak hanya di Yogya. Di negeri kita ada banyak ‘orang gila’ yang mengganggu kehidupan orang lain. Orang gila kini, bukan hanya orang yang disebutnya sebagai hilang ingatan. Orang gila seperti ini biasanya malah tidak mengganggu orang lain, karena kebanyakan hanya asyik dengan dirinya sendiri dan tidak membutuhkan apa-apa, kecuali makan ala kadarnya. Bahkan, seringkali tidak makan.

Orang Gila Di Yogya

Tetapi, orang gila yang tidak hilang ingatan dan memiliki banyak kepentingan dan kebutuhan, bisa jauh lebih tega dari orang gila yang hilang ingatan. Jadi, sesungguhnya, di negeri kita ada banyak ‘Kapjo-Kapjo’. Di Yogya, juga ada ‘Kapjo-Kapjo’ yang suka mengganggu kehidupan orang lain, atau malah merasa sok kuasa meski hanya disertai cara berpikir sempit. Seperti halnya orang gila yang hilang ingatan, orang gila jaman sekarang, seperti orang gila yang hilang ingatan, kehidupannya tidak mutu.

Kalau orang gila yang hilang ingatan bisa berjalan, kemana saja seolah tanpa lelah dan istirahat di semabarang tempat. Orang gila sekarang, berkendaraan kemana saja, tidurnya bisa ditempat yang mewah dan abai terhadap orang lain yang menderita. Orang gila seperti ini maunya dilayani dan tidak pernah merasa bersalah.

Lalu, apakah tidak ada orang sehat?

Tentu saja ada,, tetapi jumlahnya tidak banyak. Biasanya hidupnya sederhana, meski sebenarnya bisa kaya. Hatinya jujur, dan memperhatikan orang lain, apalagi pada orang lemah dan teraniaya. Memiliki kesetiakawanan, karena itu tidak bisa berkhianat. Kita tahu, betapa susahnya mencari orang yang tidak gila, atau malah mungkin disebutnya sebagai orang gila, justru karena berpikir waras.

Rasanya, di Yogya kita bisa menemukan orang gila dalam berbagai versinya. Orang gila yang lusuh dan kotor, yang setiap hari berjalan menyusuri jalan tanpa tujuan. Orang gila, yang karena merasa paling benar sendiri, dan orang lain dianggapnya tidak ada yang beres. Orang gila yang merasa paling suci dan pasti naik ke surga. Orang gila karena uangnya melimpah sehingga tidak merasa perlu mendengar orang lain, karena merasa semuanya bisa dibeli. Dan orang yang merasa perlu menunjukkan kekuasaan, hanya sekedar untuk memberi tahu kalau sedang berkuasa, dengan mengambil keputusan yang sama sekali tidak masuk akal.

Apakah kita memang hidup di tengah orang gila yang merasa waras? Betapa mengawatirkan sekaligus menggelikan negeri kita.

Ons Untoro
Foto pinjam dari Budi Adi




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta