Nah, Buyung Mentari Berpameran

Nah, Buyung Mentari BerpameranAda beragam media bagi seniman untuk mengekspresikan diri. Demikian pula bagi Buyung Mentari yang selama ini lebih dikenal sebagai seniman seni pertunjukan. Seniman jebolan padepokan Rendra ini memang aktif tampil di banyak event, termasuk art performance pada pembukaan seni rupa. Ia pernah pula berpantomim bersama dengan Jemek Supardi di Kaliurang. Kali ini Buyung berpameran tunggal seni rupa, yang berlangsung pada 20-27 Februari 2012, di Balai Sriwijaya, Bausasran.

Pameran bertajuk ‘Nah#1’ ini merupakan pameran perdananya, yang akan dilanjutkan pameran keduanya di Galeri Biasa pada September mendatang. Salah satu yang patut dipuji dalam pameran seniman berdarah Bengkulu ini adalah semangat Buyung yang menggebu. Balai Sriwijaya lebih tepat sebagai aula yang kerap dipakai untuk hajatan ketimbang galeri. Sehari-harinya jadi tempat berlatih bulu tangkis sehingga saat menikmati karya Buyung lengkingan teriakan para pemain buluNah, Buyung Mentari Berpamerantangkis ikut menyemarakkan suasana. Semangat Buyung seakan menegaskan bahwa pameran memang bisa diadakan di mana saja, mengatasi keterbatasan ruang.

Karyanya ‘Berlandaskan Cinta’ agaknya mencerminkan semangatnya ini. Buyung menorehkan kata ‘revolusi’ besar-besar namun huruf ‘evol’ berwarna putih ditulis terbalik -- sehingga kalau dibaca dari kanan terbaca ‘love’-- diapit huruf-huruf lain berwarna merah.

Kepada Tembi, Buyung menjelaskan bahwa revolusi dimaknainya dalam konteks keseharian sebagai semangat. Semangat yang dilandasi cinta. Karena itu warna merah jilatan api dalamNah, Buyung Mentari Berpameranlukisannya sebagian ditimpali lagi dengan warna kuning sehingga lebih melembutkan. Asap berupa figur hati membumbung, mengisi blok hitam di sisi atas.

Pada pameran ini, sebagian besar karya-karya Buyung berbicara tentang lingkungan. “Saya belajar dari Rendra tentang keharusan hidup bersama kita dengan lingkungan,” katanya.

Dalam aksi pertunjukannya selama ini Buyung juga vokal mengangkat isu lingkungan.Salah satu perangkatnya yang sering dipakai dalam performance juga dipamerkan, masker yang terbuat dari kertas semen. Karya yang diberi judul ‘Awas Polusi’Nah, Buyung Mentari Berpameranini telah dipensiunkan. “Yang ini sudah selesai, ganti yang lain,” katanya sambil tertawa.

Pada karyanya ‘Selamatkan Bumi dari Emosiku’, dalam posisi judul utama tertulis ajakan ‘Save Our Earth’. Dalam lukisan bergaya kontemporer ini, Buyung tidak memoles warna hijau tapi warna-warna panas. “Ini merupakan peringatan agar kita berhati-hati menjaga bumi,” tegasnya.

Karya-karya yang dipamerkan kali ini menampilkan beragam corak, gaya dan media. Termasuk sketsa dan drawing. ‘Pesta Lalat’ misalnya berupa goresan bolpoin berwarNah, Buyung Mentari Berpameranna biru yang berpusar spiral membentuk sosok lalat yang mengesankan keriuhan dan kebisingan lalat. Sketsa ini dibuatnya pada saat workshop sampah di Salatiga.

Lukisannya ‘Damai di Hati Damai di Bumi’ mengesankan gaya lukis flower generation. Hati dalam bentukan garis berwarna warni. Di ujung kanan bawah Buyung menempel kertas bergambar bendera dari berbagai negara.

Seniman kelahiran 1977 ini belajar melukis pada tahun 2000. Ia pernah tinggal di rumah pelukis Sudargono, di kawasan Wirosaban. Dimulai dari mengamati Pak Gono melukis sambil membantu mencuci alat lukisnya, ia kemudian belajar melukis pada pak Gono. Melukis lantas menjadi kegiatannya, lalu ia ikut dalam sejumlah pameran bersama. Dan kini Buyung telah memulai pameran tunggal perdananya.

barata




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta