Menikmati Dentingan Piano dari Dr Hye-Won Jo di ISI Yogyakarta
Dr Jo memberikan master class bagi para mahasiswa piano Jurusan Musik ISI Yogyakarta. Kunjungan Dr Jo ke Indonesia merupakan rangkaian dari program ‘Piano Master Class & Recital Tour in Southeast Asia’.
Dr Jo (tengah) bersama Triyono Bramantyo (kanan)
Garis-garis melodi dalam komposisi Piano Sonata No 21 in C Major, Op 53 “Waldstein” karya Ludwig van Beethoven terdengar begitu cemerlang saat dimainkan oleh jari-jemari Dr Hye-Won Jo dalam konsernya bertajuk ‘BBB’ di Auditorium ISI Yogyakarta, Sabtu malam, 26 Oktober 2013. Dr Hye Won Jo yang akrab disapa Dr Jo adalah pianis asal Korea Selatan yang saat ini menjadi dosen senior piano di UiTM (Universiti Teknologi MARA), Malaysia. Jo menerima gelar doktoral di bidang pedagogi piano dari University of Illinois at Urbana-Champaign, Amerika pada tahun 2010.
Konser sabtu malam lalu menjadi rangkaian akhir dari program Dr Jo di Yogyakarta. Sejak berada di Yogyakarta pada tanggal 25 Oktober, Dr Jo memberikan master class bagi para mahasiswa piano Jurusan Musik ISI Yogyakarta. Kunjungan Dr Jo ke Indonesia merupakan rangkaian dari program ‘Piano Master Class & Recital Tour in Southeast Asia’. Ada tiga negara yang dikunjungi Dr Jo dalam programnya kali ini, yakni Singapura, Indonesia, dan Malaysia. Sebelum berangkat ke Yogyakarta, Dr Jo memberikan master class piano dan menggelar konser di Nanyang Technological University, Singapura pada tanggal 23 Oktober lalu.
Sejatinya kedatangan Dr Jo ke Yogyakartamerupakan inisiasi dari Triyono Bramantyo, sahabat Dr Jo yang dahulu menjabat sebagai dekan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakara. Bekerja sama dengan Tembi Rumah Budaya, maka selama di YogyakartaDr Jo tinggal di Tembi Rumah Budaya. Program ‘inisiatif’ ini memiliki tujuan untuk berbagi ilmu piano dengan rekan-rekan mahasiswa piano di Jurusan Musik ISI Yogyakarta.
Kembali ke ruang konser. Pada konsernya di Auditorium ISI Yogyakarta, Dr Jo membawakan tiga repertoar dari tiga komponis yang semua berawalan dengan huruf B, yakni Johann Sebastian ‘Bach’, Ludwig van ‘Beethoven’, dan Johannes ‘Brahms’. Saat ditemui Tembi tentang tajuk ‘BBB’ dalam konsernya kali ini, Dr Jo menjawab: “Bach, Beethoven, dan Brahms. Semuanya komponis besar yang banyak menulis komposisi hebat untuk format solo piano. Nama ketiganya berawalan dari huruf B. Maka saya pikir ‘BBB’ adalah tema yang sangat menarik bagi konser saya”. Yang menarik ketiga komponis dalam ‘BBB’ adalah komponis Jerman yang mewakili zaman masing-masing. Bach (1685-1750) merupakan komponis dari era Barok. Sedangkan Beethoven (1770-1827) dan Brahms (1833-1897) merupakan komponis dari era Romantik.
Konser Dr Jo dibuka dengan repertoar pertama karya Johann Sebastian Bach, yakni Chromatic Fantasy and Figue in D Minor, BMV 903. Dalam repertoar yang menuntut teknik tinggi ini, Dr Jo menunjukkan kepiawaian dan kematangan teknik permainan pianonya, virtuositasnya. Nada-nada dalam komposisi ini terdengar begitu jernih dan jelas. Di bagian fantasia, banyak nada yang mengalir dalam tempo sangat cepat dimainkan Dr Jo dengan baik. Ibarat seseorang yang berbicara dengan cepat, artikulasinya tetap terdengar begitu jelas.
Dr Jo tengah mencurahkan kepiawaiannya di Auditorium ISI Yogyakara
Repertoar ‘B’ berikutnya adalah Piano Sonata No. 21 in C Major, Op. 53 “Waldstein” karya Ludwig van Beethoven. Sonata piano ini diciptakan Beethoven pada periode pertengahan kekaryaannya, yakni tahun 1804. Pada periode ini, selain Waldstein, Beethoven juga menulis Sonata piano seperti Appassionata, op 57 dan Les Adieux, op 81a. Sonata ini terdiri dari 3 bagian, yakni Allegro con Brio, Introduzione: Adagio molto, dan Rondo: Allegro moderato – Presstisimo. Seperti karakter karya Beethoven umumnya yang memiliki tensi dramatis yang luas, begitu pula “Waldstein”. Gemuruh dan perubahan emosi a la Beethoven begitu terasa. Dr Jo memainkan tensi emosi ini dengan begitu terukur. Ia bisa menyampaikan dengan detail gelombang emosi dalam karya ini melalui permainan pianonya.
Repertoar ‘B’ ketiga dan terakhir dalam konser Dr Jo di Auditorium ISI Yogyakartaadalah Sonata No 3 in F Minor, op 5 karya Johannes Brahms. Sonata ini ditulis Brahms pada tahun 1853. Garis-garis melodi dalam karya ini yang berbentuk akor dengan banyak susunan nada terdengar begitu jelas di tangan Dr Jo. Sekali lagi, ia menunjukkan kematangan teknik bermain pianonya.
Seusai memainkan karya Brahms, repertoar terakhir dalam konsernya, Dr Jo disambut tepuk tangan meriah dari audien. Di antara para audien, banyak mahasiswa piano yang telah mengikuti workshop sejak hari sebelumnya turut menyaksikan permainan piano yang indah dari Dr Jo.
Cara Dr Jo membawakan karya dari Bach, Beethoven, dan Brahms yang kesemuanya menuntut ketrampilan teknik tinggi dalam bermain piano sungguh layak dicermati dan diapresiasi. Terutama bagi para mahasiswa jurusan musik ISI Yogyakarta, ini merupakan ruang belajar yang baik tentunya. Saat ditemui Tembi seusai konser, Dr Jo menjelaskan pendapatnya mengenai para mahasiswa piano setelah proses master class, “Di Korea Selatan, banyak anak-anak belajar piano sejak usia dini dan rata-rata memiliki piano di rumah. Pendidikan musik klasik dalam instrumen piano di Korea sudah menjadi ‘tradisi’. Di Jurusan Musik ini, situasinya berbeda ya. Saat saya tanyai, rata-rata mereka belajar piano secara serius saat sudah besar (bukan dari usia dini). Tentu masih banyak hal yang harus dipelajari”.
Pembelajaran memang proses yang tiada pernah berhenti.
Naskah & Foto :Gardika Gigih Pradipta
Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya
Baca Juga Artikel Lainnya :
- Siswa North Tista Singapura Mengenal Budaya Yogyakarta di Tembi Rumah Budaya(24/10)
- Gerimis Mewarnai Sastra Bulan Purnama di Tembi(24/10)
- Posteraksi: Tanah untuk Tahta(21/10)
- Pawai Budaya Memperingati HUT Kota Yogya ke-257(21/10)
- Malam ini Launching Tiga Antologi Puisi di Tembi(19/10)
- Perjalanan Hidup Pasangan GKR Hayu dan KPH Notonegoro Menurut Primbon(18/10)
- Blencong Banyumasan, Pameran dua Perupa Banyumas di Tembi Rumah Budaya(17/10)
- Budayawan Yogya Tak Tahu Ada Kongres Kebudayaan Di Yogya(14/10)
- Pameran Arsip dan Dokumentasi Seni Rupa Indonesia Bertajuk Embrio(12/10)
- Seni Rubuh-rubuh Gedhang, Meneladan Para Wali(12/10)