Malam ini di TembiPenyair Perempuan Tiga Kota Membaca Puisi
Selain pembacaan puisidari para penyair perempuan, akan ada dramatisasi puisiyang digarap oleh komunitas Sanggar Lincak, yang beranggotakan mahasisawa dari Fakultas Ilmu Budaya UGM, sekaligus akan mengolah puisimenjadi lagu.
Poster Sastra Bulan Purnama edisi ke-30
Enam penyair perempuan, yang tinggal di kota berbeda, menerbitkan antologi puisibersama yang diberi judul ‘Pulang’. Buku setebal sekitar 140 halaman ini memuat lebih dari 120 puisi. Antologi diterbitkan penerbit “Cakrawala’, Yogyakarta. Penyair Diah Rofika tinggal di Berlin, Jerman, sedangkan dua lainnya Aida Milasari dan Riries Herdiana, tinggal di Jakarta. Selsa tinggal Temanggung, JawaTengah, sedang Sri Sulandari dan Umi Kulsum tinggal di Yogya.
Antologi puisi“Pulang” akan di-launching dalam acara Sastra Bulan Purnama edisi ke-30, Jumat, 14 Februari 2014, Pukul 19.30 di Tembi Rumah Budaya, Bantul, Yogyakarta, dengan tajuk ‘Penyair Perempuan Tiga Kota Membaca Puisi’.
Diah Rofika tidak bisa hadir dalam launching ini karena terpisah jarak yang begitu jauh, tetapi penyair lainnya, Aida Milasari, Riries Herdiana (Jakarta), Sri Sulandari, Umi Kulsum (Yogyakarta) dan Selsa (Temanggung) menyatakan akan hadir.
Selain pembacaan puisidari para penyair perempuan, akan ada dramatisasi puisiyang digarap oleh komunitas Sanggar Lincak, yang beranggotakan mahasisawa dari Fakultas Ilmu Budaya UGM, sekaligus akan mengolah puisimenjadi lagu.
Selain ditulis dalam bahasa Indonesia, puisiyang terkumpul dalam antologi “Pulang” ini ada beberapa judul diterjemahkan dalam bahasa Jerman seperti puisikarya Diah Rofika, dan beberapa puisikarya Aida Milasari ditulis dalam bahasa Inggris.
Enam penyair perempuan ini sudah sering menulis puisidan menerbitkannya dalam bentuk antologi puisi. Mereka bisa disebut telah menggenapi dunia kepenyairan yang selama ini terkesan maskulin.
Selain aktif menulis puisi, Aida Milasari dan Sri Sulandari dikenal sebagai aktivis lembaga swadaya masyarakat. Aida sudah menjadi aktivis sejak masih mahasiswa tahun 1980-an, Aida.
Sastra Bulan Purnama yang diselenggarakan Tembi Rumah Budaya, telah memasuki edisi ke-30, dan selama ini telah menampilkan banyak penyair dari beragam daerah dan profesi. Konsep dari Sastra Bulan Purnama adalah pertunjukan sastra. Jadi para penampil diminta kreatif untuk mengolah karya sastramenjadi pertunjukan. Selain puidi dibacakan bisa diolah dalam bentuk teater, musik dan seterusnya.
Ons Untoro
Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya
Baca Juga Artikel Lainnya :
- Goyang Puisi Dangdut di Taman Budaya Yogya(04/02)
- Obituari Munawar Syamsudin Penyair, Dosen dan Pedagang(03/02)
- Dengan Berjalan Kaki Pelajar SMK Kesehatan Bantul Mencapai Tembi(01/02)
- Kursus MC Bahasa Jawa di Tembi Rumah Budaya Memasuki Angkatan ke-30(30/01)
- Telah Hadir VCD Teknik Membaca Puisi dari Balai Bahasa(30/01)
- Pentas Serba Kocak tapi Kritis dalam Ulang Tahun Ke-20 Dagadu Djokdja(28/01)
- Karya Ilustrator Zaman Belanda Cornelis Jetses Dipoles Ulang Seniman Yogya(28/01)
- Festival Bregada Rakyat: Pertunjukan Prajurit Rakyat(24/01)
- Obituari Suatmadji Perupa Sekaligus Pengajar(23/01)
- Karawitan Tembi Tampil di Bangsal Srimanganti Keraton Yogyakarta(22/01)