Tembi

Berita-budaya»KUNJUNGAN SINGAPORE NATIONAL ACADEMY KE Tembi

28 Oct 2011 07:13:00

KUNJUNGAN SINGAPORE NATIONAL ACADEMY KE TembiTidak kurang dari 60 siswa SMP Singapore National Academy (International School), Bahasa Department dari Surabaya bersama pendampingnya kembali mengunjungi Tembi Rumah Budaya. Mereka datang tepat pada pukul 08.00 WIB. Rombongan anak-anak ini datang di Tembi dalam dua rombongan bus. Mereka disambut dan dipilahkan menjadi tiga kelompok. Masing-masing kelompok akan belajar karawitan, membatik, dan membajak sawah dengan bajak yang ditarik dua ekor kerbau.

Pada saat belajar karawitan tampak benar bahwa mereka seperti belum pernah kenal instrumen musik yang namanya gamelan. Setidaknya mereka belum pernah membunyikannya secara langsung dalam alunan nada-nada teratur yang disebut gendingKUNJUNGAN SINGAPORE NATIONAL ACADEMY KE Tembi(lagu). Hal tampak dari cara menyikapi gamelan. Ada yang menabuh gamelan dengan cara berdiri sehingga badannya terlempar kesana-kemari tidak karuan. Ada pula yang cara memukulkan alat pemukul gamelan pada pinggiran bilah-bilah gamelan, bukan di bagian tengahnya. Ada lagi yang memukulkan alat pemukul gamelan dengan amat sangat keras sehingga menghasilkan bunyi yang sangat tidak enak dinikmati telinga.

Ketika latihan gamelan pun dimulai bahkan ada yang memukulkan alat pemukul gamelan sambil SMS-an. Ada pula yang tanganKUNJUNGAN SINGAPORE NATIONAL ACADEMY KE Tembikirinya menopang dagu. Sementara anak-anak yang merasa pegal memindah-mindahkan alat pemukulnya dari tangan kanan ke tangan kiri secara ganti-berganti. Beberapa di antaranya menabuh gamelan dengan semangat ogah-ogahan. Demikianlah tanggapan beragam anak-anak remaja itu dalam menyikapi gamelan. Dengan sabar Tembi mengarahkan mereka untuk dapat memukul gamelan sebagai mana mestinya.

Ketika secara perlahan namun pasti mereka mulai bisa menabuh dengan relatif selaras, gending pun terasa mulai enak didengarKUNJUNGAN SINGAPORE NATIONAL ACADEMY KE Tembitelinga. Mereka pun merasakan dampaknya. Mereka mulai merasa senang. Mulai menikmati. Di antara mereka juga ada yang merasa bangga karena merasa telah ”menguasai” cara memukul instrumen gamelan jenis tertentu.

Pada sesi belajar batik pun banyak yang semula terasa asing, namun setelah mulai menggores kain dengan pensil dan mengoles kain dengan malam (lilin), mereka pun sepertinya mulai menemukan keasyikannya. Demikian seterusnya hingga proses pewarnaan. Pada sisi inilah mungkin apa yang dikatakan sebagaiKUNJUNGAN SINGAPORE NATIONAL ACADEMY KE Tembipemeo tak kenal maka tak sayang itu berlaku.

Sesi membajak sawah mungkin menjadi sesi yang menghebohkan sekaligus ”mengerikan”. Mengerikan karena secara umum mereka merasa jijik dengan kubangan lumpur sawah. Cipratan lumpur sawah akibat diinjak-injak kaki kerbau mungkin menjadi semacam ”teror” tersendiri bagi anak-anak remaja itu. Belum lagi kucuran air kencing kerbau yang membaur dengan air sawah, mungkin menjadi teror kedua yang cukKUNJUNGAN SINGAPORE NATIONAL ACADEMY KE Tembiup mengerikan.

Demikianlah pengalaman berinteraksi dengan dunia di luar bangku sekolah itu mereka dapatkan langsung di Tembi. Mereka bisa melihat, merasakan, dan berpraktek sendiri tentang apa yang mereka dapat secara teoritis di bangku sekolah. Beda teori, beda praktek. Ada banyak ”kesulitan” dalam praktek. Namun di sana juga ada begitu banyak keasyikan. Pengalaman yang tidak mungkin dapat dilupakan begitu saja. Pengalaman yang akan menambah kekayaan referensi pengetahuan mereka untuk berproses ”menjadi”.

Apa yang mereka lakukan di Tembi dan tempat lain selama kunjungannya ke Jogja dan Jawa Tengah itu harus mereka tuliskan dalam format yang telah dibuat oleh pihak sekolah. Mereka harus memberikan semacam ”pertanggungjawaban” perjalanan dan pengalaman mereka ke berbagai tempat itu.

Kecuali ke Tembi mereka juga berkunjung ke Museum Kekayon, Museum Dirgantara Mandala, Borobudur, dan The House of Raminten.

a.sartono
foto: a. barata + a. sartono




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta