- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
Bale-rupa-pameran»Pameran Dysfashional Fashion Dalam Arti Luas
16 May 2011 08:44:00Pameran bertajuk Dysfashional berlangsung di Galeri Nasional, sejak tanggal 7-15 Mei 2011, pameran mode kontemporer ini mengajak seniman dan desainer untuk menampilkan karya yang melihat fashion dalam arti yang seluas-luasnya. Tidak ada baju-baju yang dipakai diatas catwalk, tidak ada pameran pakaian dan gaya, Dysfashional mengeksplorasi berbagai bahan yang mengubah mode menjadi sebuah cara yang mewakili identitas dan pengalaman pribadi. Menurut Luca Marchetti dan Emanuele Quinz sebagai kurator acara ini, Dysfashional berawal dari keinginan melihat dimensi disfungsional dari dunia fesyen. Unsur-unsur yang melawan dan bertentangan dengan definisi ‘literal’ dunia fesyen itu sendiri. Oleh karena selain seniman pameran ini juga mengajak perancang busana untuk merepresentasikan, bukan koleksi mereka, melainkan instalasi yang mengekspresikan dunia dan imaji mereka.
Setelah berkunjung ke Luxembourg (2007), Lausanne (2008), Paris (2009), Berlin dan Moskow (2010), di Jakarta, ini kali pertama Dysfashional yang menampilkan karya-karya yang merupakan gabungan dari beberapa desainer dan seniman besar seni kontemporer Eropa dan Indonesia, antara lain, Davy Linggar, Antonio Marras, Oscar Lawalata, Dita Gambiro, Ruang Rupa, dan masih banyak lagi. Dari semua seniman yang ada, Dita Gambiro mempersembahkan dua karya yang unik, berjudul ‘Safety First’ dan Mbak’ Yu yang dibuat tahun 2007. Dita mengatakan sejak ditawari untuk berpameran, dia sudah membuat beberapa gambar untuk karyanya, tapi karyanya yang dibuat tahun 2007 dianggap pas dan sesuai dengan tema yang diangkat dalam pameran ini.
Karya Dita Gambiro, adalah rangkaian 7 tongkat kayu yang digantung di dinding dengan ukuran berbeda yang terbuat dari rambut sintetis, rotan dan kayu, berjudul Mbak’ Yu. Untuk karyanya ini Dita ingin berbicara tentang ‘domestik’ yang berkaitan erat dengan perempuan. Menurutnya di jaman sekarang, emansipasi wanita, kemanapun perempuan sudah pergi jauh dan melakukan apapun, perempuan tetaplah perempuan yang akan kembali kerumah, dan mengerjakan apapun dirumah, jadi domestik masih sangat lekat dengan perempuan. Atau dengan kata lain perempuan dan posisinya dalam keluarga dan masyarakat yang tidak akan pernah berubah sepenuhnya.
Sedangkan karyanya berjudul Safety First, karya instalasi lainnya adalah lima rangkaian helm yang terbuat dari rambut sintetis, sanggul, aksesori rambut, helm, dan rotan yang dipajang diatas meja putih. Karyanya ini dibuat saat persiapan Biennale Jogja tahun 2007 silam. Untuk yang satu ini, Dita bicara tentang perlindungan terhadap kebudayaan luar. “Perlindungan disini bukan menolak kebudayaan dari luar, tapi kita berjalan beriringan dan menikmati kebudayaan yang masuk tetapi tetap ada saringan dan perlindungan untuk mencegah adanya invasi dari budaya lain atau pola-pola sosial dalam masyarakat,” ungkapnya.
Wanita lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) Jurusan Patung ini mengatakan senang bisa bergabung dengan pameran Dysfashional kali ini, karena temanya unik dan karyanya bisa merepresentasikan tema ‘Dysfashional’. “pameran ini jadi lebih kaya, karena bukan pameran fashion secara gaya dan pakaian, tetapi apapun yang dikerjakan dan bisa lebih bereksplorasi,” kata Dita.
Pameran yuk ..!
Natalia S.
Artikel Lainnya :
- PAKAIAN WANITA JAWA DI MASA LALU (ABAD 18)(02/02)
- TRANSPORTASI DI YOGYAKARTA(08/08)
- WARUNG NASI TIMBEL CIAMIS MBAK NUR(05/01)
- Para Dosen Membaca Puisi(07/06)
- 19 Maret 2010, Figur Wayang - Tiga Hari Lagi(19/03)
- KOKO-KOKO (PERMAINAN ANAK TRADISIONAL-35)(22/06)
- Pertanian Organik(25/06)
- Selalu Dipenuhi Dilema, Pilih Londo atau Jowo(21/04)
- 30 Januari 2010, Kabar Anyar - PAMERAN T.A. SENI RUPA ISI(30/01)
- 11 Maret 2011, Figur Wayang - Salya(11/03)