Guyonan Dadi Tangisan
Pepatah Jawa di atas secara harfiah berarti bercanda jadi tangisan (menangis).
Dalam kehidupan sehari-hari ada kalanya orang bersenang-senang atau bersenda gurau namun pada akhirnya senda gurau atau kesenangan itu entah disengaja atau tidak menimbulkan kesedihan atau bencana. Contoh akan hal ini dapat dilihat atau dicermati misalnya ada orang bersenang-senang dengan berpesta pora. Tanpa diketahui sebab-sebabnya tiba-tiba ada orang yang tersedak makanan lalu terpaksa dilarikan ke rumah sakit. Namun karena perjalanan ke rumah sakit tidak bisa cepat orang tersebut meninggal di perjalanan.
Bisa juga terjadi ada sekelompok orang yang berkumpul lalu bercanda ria. Tanpa terkontrol canda ria itu berubah menjadi percekcokan karena ada satu atau dua orang yang tersinggung. Percekcokan pun berubah menjadi perkelahian. Suasana gembira dari canda ria itu pun berubah menjadi kemarahan, kebencian, dendam, dan bahkan mungkin berujung pada perseteruan yang panjang. Masing-masing orang yang semula berkumpul dan berteman menjadi merasa saling terlukai hati bahkan fisiknya. Kegembiraan yang semula ada berubah menjadi permusuhan dan kesedihan.
Contoh lain dari peribahasa ini dapat dicermati dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat atau lingkungan kita masing-masing. Pepatah ini sebenarnya ingin mengingatkan orang agar bisa mengontrol diri dalam hal apa saja. Termasuk ketika sedang mendapatkan kegembiraan atau kesenangan agar semuanya bisa cukup terkendali. Jangan berlebih-lebihan sehingga lupa pada segala sesuatu atau resiko yang selalu mungkin dapat terjadi.
a.sartono
Artikel Lainnya :
- Acara Malam Chairil Anwar Siap Digelar(07/04)
- Memasuki Lorong Waktu Melalui Benda Purbakala(06/02)
- Wayang Wong Gaya Yogyakarta. Masa Gemilang dan Memudar(03/08)
- Dolanan Pong-Pong Bolong-1 (Permainan Anak Tradisional-80)(01/05)
- WAYANG MITOLOGI KREASI BARU PAKELIRAN HASIL KOLABORASI MEXICO DAN JAWA(22/09)
- 24 Juni 2010, Situs - PESANGGRAHAN AMBARBINANGUN, BANGUNAN INDAH DI LUAR KERATON YOGYAKARTA(24/06)
- Pentas Sastra Di Balai Soedjatmoko, Solo(08/05)
- SYUKUR TIADA AKHIR(17/12)
- Kwe Tiew Cak Edi(09/04)
- Tepung Umbi-Umbian Hadir di Festival Pendidikan (07/07)