Galeri Indonesia kaya Kenalkan Seni dan Budaya di Dalam Mall
Djarum Foundation membuat ruang edutainment budayaberbasis teknologi digital bernama Galeri Indonesia Kaya yang terletak di dalam mall Grand Indonesia, Jakarta Pusat. Tempat ini diharapkan bisa menjadi tujuan nongkrong kaum muda.
Wayang virtual dihadirkan di dalam mall
Satu tahun adalah proses yang lumayan singkat untuk membangun sebuah ruang edukasi tentang senidan budaya yang memadai. Ruang bernama ‘Galeri Indonesia Kaya’ yang terletak di west mall lantai 8 Grand Indonesia itu merupakan karya Bakti Budaya Djarum Foundation, yang tahun 1992 sudah mendukung 1000 kegiatan budaya.
Galeri Indonesia Kaya dibangun dengan konsep edutainment budayaberbasis teknologi digital. Dengan teknologi digital Galeri ini mengemas budayadalam unsur kekinian, juga menyajikan informasi tradisi budayadengan lebih interaktif dan menarik. Galeri ini membawa tradisi budayakedalam ruang publik.
“Sebenarnya target kita 8 bulan untuk menyelesaikan Galeri Indonesia Kaya ini, tapi karena satu dan lain hal agak mundur. Secara konten mungkin masih jauh dari sempurna, tapi perlahan-lahan akan terus dikembangkan,” ujar Renita Sari, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, baru-baru ini.
Permainan tradisional congklak digital, yang dimainkan dengan layar sentuh
Meski sempat mengalami beberapa kendala, Renita mengaku puas dengan hasilnya dan respon dari masyarakat. Bagaimana ia susah payah mencari referensi bangunan, dan dipaksa mengerti tentang instalasi, listrik dan lainnya. “Aku lama banget keliling beberapa negara untuk mengamati. Karena, jujur saja agak miris di Indonesia adanya cuma mall tapi nggak pernah ada tempat seperti ini,” tambahnya.
Lalu apa saja yang ada di dalam Galeri Indonesia Kaya? Pertama kali masuk ke dalam ruangan, kita disuguhi ‘Sapa Indonesia’ berupa sebuah layar multimedia yang menampilkan wanita dan pria yang mengenakan baju adat dari berbagai daerah di Nusantara. Kemudian mereka menyapa pengunjung dalam berbagai bahasa daerah.
Masuk sedikit ada Video Mapping, dengan bentuk berbagai macam tokoh wayang kulit yang menceritakan penggalan-penggalan Mahabarata, yakni tentang kiprah Pandawa melawan Kurawa. Ada juga ‘Kaca Pintar Indonesia’ dan ‘Jelajah Indonesia’ dalam bentuk multimedia touch screen yang membahas seluk-beluk budayaIndonesia dari berbagai sisi, geografis, kebiasaan, asal-usul, kuliner dan lainnya.
Para pengunjung mencoba berbagai fasilitas di dalam Galeri Indonesia Kaya
Hal menarik lainnya adalah ‘Selaras Pakaian Adat’. Di sini pengunjung dapat berfoto dengan pakaian adat digital dari seluruh Nusantara. Aplikasi ini terhubung dengan sosial media sehingga pengunjung bisa dengan bebas mengunggah fotonya. Permainan tradisional juga ditampilkan, antara lain congklak virtual yang dibuat mirip dengan permainan aslinya.
Seakan masih belum puas memanjakan pengunjung dengan berbagai fasilitas, tersedia auditorium berkapasitas 100-150 orang, dengan panggung seukuran 13 meter x 3 meter. Di panggung itu disediakan 3 buah screen dilengkapi projector utama 10.000 lumens dan projector pendukung 7.000 lumens, sound systems 5.000 watt, dan 4 buah moving LED serta tata lampu LED. Untuk menggunakan auditorium ini, setiap pelaku senimemiliki kesempatan yang sama, dan gratis.
Berbagai macam pertunjukan, diskusi budaya, dan lainnya sudah diagendakan, yang bisa dicek di www.indonesiakaya.com. Para seniman dan pelaku senimenilai positif keberadaan tempat ini. Renita berharap, Galeri Indonesia Kaya ini bisa menjadi tempat nongkrong generasi muda, tak hanya nongkrong di mall atau kafe saja.
Renita Sari membuka Galeri bersama sejumlah pelaku seni,
yakni Butet, Maudy Koesnaedi, Ratna Riantiarno dan lainnya
“Coba datang dulu, mari mengenal kebudayaan Indonesia lebih dekat, setelah dekat akhirnya bisa mencintai,” tutur Renita.
Naskah & foto:Natalia Sitorus
Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya
Baca Juga Artikel Lainnya :
- Gerimis Mewarnai Sastra Bulan Purnama di Tembi(24/10)
- Posteraksi: Tanah untuk Tahta(21/10)
- Pawai Budaya Memperingati HUT Kota Yogya ke-257(21/10)
- Malam ini Launching Tiga Antologi Puisi di Tembi(19/10)
- Perjalanan Hidup Pasangan GKR Hayu dan KPH Notonegoro Menurut Primbon(18/10)
- Blencong Banyumasan, Pameran dua Perupa Banyumas di Tembi Rumah Budaya(17/10)
- Budayawan Yogya Tak Tahu Ada Kongres Kebudayaan Di Yogya(14/10)
- Pameran Arsip dan Dokumentasi Seni Rupa Indonesia Bertajuk Embrio(12/10)
- Seni Rubuh-rubuh Gedhang, Meneladan Para Wali(12/10)
- Secangkir Kopi Manis di Galeri Milik Lapas Wirogunan(10/10)