DOLANAN DHUKTHER-1
(PERMAINAN ANAK TRADISIONAL-62)

DOLANAN DHUKTHER-1Dolanan Dhukther berasal dari singkatan kata “ndhudhuk” dan “ther”. Dalam bahasa Jawa, ndhudhuk berarti menggali, ther berarti suara yang ditimbulkan dari benda yang berbenturan. Dalam dolanan dhukther ini memang terdapat unsur menggali dan munculnya suara ther. Unsur menggali berasal dari lubang tanah yang dipakai untuk bermain, sementara suara ther berasal dari suara yang ditimbulkan alat yang dipakai unuk bermain. Dari situ akhirnya, anak-anak masyarakat Jawa menamakan dolanan ini dengan sebutan Dhukther. Sehingga nama dolanan ini bisa dirunut dari alat atau benda yang dipakai untuk bermain.

Umumnya anak perempuan yang sering memainkan dolanan dhukther ini. Namun kadang-kadang pula anak laki-laki ikut nimbrung dolanan ini. Sebenarnya sifat dolanan ini tidak banyak membutuhkan gerakan fisik dan tenaga. Yang diperlukan hanya kecermatan dan ketelatenan dari setiap pemain. Sehingga wajar jika dolanan ini lebih banyak dimainkan oleh anak-anak perempuan. Dolanan ini pun juga termasuk salah satu jenis dolanan yang dikenal oleh masyarakat Jawa, khususnya di daerah DI. Yogyakarta. Hanya sayang, menurut penelitian Sukirman (2004) tidak disebutkan dengan jelas daerah mana saja yangDOLANAN DHUKTHER-1mengenal jenis dolanan ini. Pada penelitiannya yang dilakukan pada tahun 1979—1982, hanya disebutkan daerah yang menjadi obyek penelitian antara lain Kecamatan Kraton Kota Yogyakarta, Kecamatan Depok Kabupaten Sleman, Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul, Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo, dan Kecamatan Ponjong Kabupaten Gunung Kidul. Bisa jadi, dolanan ini dikenal di satu daerah penelitian tersebut atau lebih dari satu. Tempat lain pun yang tidak menjadi penelitian bisa saja mengenal jenis dolanan ini. Penelitian itu setidaknya sudah dilakukan sekitar 30 tahun lalu.

Alat yang dipakai untuk bermain dhukther sangatlah sederhana, yaitu berupa lahan tanah yang dilubangi dengan kedalaman sekitar 3 cm dan lebar 5 cm, serta biji buah koro benguk. Luas lahan untuk bermain juga tidak terlalu lebar, bisa kira-kira seluas 4 meter persegi. Dolanan ini bisa dimainkan di halaman kebun, halaman depan atau samping rumah, asalkan bertanah dan tempatnya teduh. Sementara biji koro benguk (pada zaman dulu banyak ditanam dan tumbuh di kebun atau sawah) tinggal mencari di sekitar rumah dan kebun. Setiap anak setidaknya mengumpulkan 10 biji yang sudah kering.

DOLANAN DHUKTHER-1Dolanan dhukther biasa dimainkan oleh anak perempuan berumur sekitar 10—13 tahun. Jumlah mereka bermain antara 2—7 anak. Idealnya dimainkan 5 anak. Jika lebih dari 7 anak sebaiknya dibagi menjadi 2 kelompok. Waktu bermain biasanya pada waktu terang hari, bisa pagi, siang, atau sore hari dan dilakukan biasanya selepas selesai membantu pekerjaan orang tua dan usai belajar. Dolanan ini pun umum dilakukan oleh berbagai anak dari semua kalangan yang berbaur di masyarakat.

Anak-anak yang hendak bermain dhukther, sebelum melakukan dolanan, biasanya melakukan kesepakatan lisan mengenai aturan mainnya, seperti: jumlah udhu/taruhan untuk setiap pemain sudah ditentukan terlebih dahulu, misalkan masing-masing berjumlah 10 biji; bila udhu masuk lubang menjadi miliknya; waktu bermain ada udhu yang menyentuh biji lain maka dianggap mati; saat mengarahkan biji ternyata tidak masuk lubang maka dianggap mati; pemain yang paling menang menghukum pemain lain yang kalah (atau terkalah yang dihukum pemain menang lainnya); dan pemain kalah lututnya digethok (dipukul pelan-pelan dengan belakang jari tengah) sebanyak 5 kali.

bersambung

Suwandi

Sumber: Permainan Tradisional Jawa, Sukirman Dharmamulya, dkk., 2004, Yogyakarta, Kepel Press




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta