Tembi

Berita-budaya»BONEKA BAGONG DI BENTARA

21 Apr 2011 07:21:00

BONEKA 'BAGONG' DI BENTARAHari-hari ini, di Bentara Budaya Yogyakarta ada bermacam kreasi boneka. Bukan sedang ada bazaar boneka, melainkan Bagong Subarjo, seorang kartunis dan seniman boneka sedang melakukan pameran boneka karya-karyanya. Selain Bagong Subarjo, yang lebih ‘dikenal’ dengan nama Bagong. Muhamad Fajar juga ikut pameran bonkal. Jadi, sampai tanggal 25 April, di Bentara ada seniman boneka yang menyajikan karya-karya mereka.

Tentu saja, ada beragam kreasi boneka. Ada yang oleh Bagong disebut sebagai ‘bontel’ kependekan dari boneka televisi. Karena boneka karyanya itu pernah ditampilkan beberapa episode untuk tayangan televisi. Selain itu ada ‘boneka rohani’ adalah jenis boneka untuk mengisi acara siaran agama, dan beberapa episode ditayangkan di televisi pada acara mimbar agama.

Ada jenis kreasi boneka yang lain, dan bukan karya Bagong, melainkan karya Muhamad Fajar. Boneka tersebut ditempelkan di dinding dan berbentuk tulisan, yang bunyinya; Akrobat. Jadi, kata ‘akrobat’ ditulis dalam bentuk boneka. Disekitar tulisan itu ada boBONEKA 'BAGONG' DI BENTARAneka-boneka digantung. Mungkin, yang dimaksudkan sebagai boneka akrobat.

Rupanya, yang menyenangi boneka bukan hanya anak-anak. Orang dewasapun, apalagi perempuan, senang terhadap boneka. Model-model boneka, baik yang bersifat tunggal, tidak memiliki ‘kisah’ atau boneka dalam ‘kelompok boneka’, untuk kepentingan cerita, bisa ditemukan di pameran.

Agaknya, untuk menegaskan, bahwa boneka bukan hanya sebagai hasil indsutri, melainkan merupakan jenis karya seni yang bisa dipelajari.BONEKA 'BAGONG' DI BENTARA Oleh karena itu, selain pameran diadakan juga workshop membuat boneka. Bagong sudah berulangkali menyelenggarakan latihan membuat boneka untuk anak-anak, namun boleh juga diikuti orang-orang tua, apalagi guru TK. Sepertinya, dengan senang hati Bagong membagikan pengetahuan membuat boneka kepada orang lain.

Pada pameran boneka ini, ditampilkan boneka dalam bentuk ikan paus yang cukup besar. Disamping ikan paus ada kapal yang ‘ditumpangi’ para boneka. Barangkali, Indonesia yang terdiri dari banyak pulau, pada ‘boneka rohani’ hendak memberikan kisah mengenaBONEKA 'BAGONG' DI BENTARAi kehidupan di laut.

Boneka yang dipamerkan dalam ukuran kecil. Mudah sekali digenggam dengan tangan, dan tidak perlu dipanggul. Anak-anak kecil pun, tidak merasa keberatan membawa boneka yang dipamerkan ini. Warna bonekanya macam-macam, sehingga memberikan kesan boneka warna-warni.

Namun rupanya, membuat boneka bukan hanya persoalan teknis, melainkan, seperti halnya seni rupa, perlu memberikan karakter. Selain itu, pembuat boneka perlu memiliki visi edukasBONEKA 'BAGONG' DI BENTARAi, agar anak-anak yang melihat boneka bisa ‘memetik’ nilai edukasi yang dikandung dalam karya boneka.

Karena itu, melihat boneka, yang ‘dihadirkan’ dengan membawa atau memegang senjata, kita akan segera melihat, bahwa boneka tersebut mengandung nilai kekerasan. Padahal untuk anak-anak, mestinya dijauhkan dari ‘ajaran’ kekerasan. Anak-anak sudah tahu, bahwa senjata merupakan alat kekerasan. Oleh sebab itu, mestinya, karya boneka tidak menampilkan sedang membawa senjata.

Selama ini, sangat jarang pameran boneka. Yang sering diselenggarakan adalah pameran karya seni rupa. Boneka, bentuk dari karya seni rupa, selain dipamerkan bisa untuk dipentaskan. Tinggal memberi cerita, bisa menyangkut cerita fable atau lainnya, karya boneka langsung dimainkan. Tentu saja, bentuk boneka yang dipentaskan disesuaikan dengan kisah cerita yang dimainkan.

Boneka karya Bagong dan Muhamad Fajar, rasanya memberi pilihan bagi anak-anak untuk mencoba belajar berkreasi.

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta