Apa Kata Dunia? Tanggal 2 Oktober 2010, dunia kereta api negeri ini kembali mencetak foto buram. Sebuah kecelakaan kereta api Argo Anggrek jurusan Jakarta Surabaya menabrak kereta Senja Utama jurusan Jakarta Semarang yang sedang berhenti di stasiun Petarukan pukul 3 dini hari Ada yang menarik dalam sebuah tayangan berita yang menyiarkan tentang kecelakan itu. Tentu saja bukan tertarik dengan kejadian yang menyedihkan, tapi tertarik dengan beberapa orang yang tampak sibuk dengan ponselnya merekam seorang korban yang perlu pertolongan. Mengapa orang-orang itu bisa kehilangan tanggungjawabnya untuk memberi pertolongan? Apakah karena mereka melihat sudah ada orang lain yang menolong sehingga mereka bisa dengan leluasa memenuhi egonya memiliki rekaman peristiwa, buat apa? Pertanyaan yang sama sering saya temui dalam setiap kecelakaan lalu-lintas. Saya tidak pernah mengerti perilaku orang-orang yang lebih suka menonton kecelakaan daripada menolong korban. Lebih parah lagi orang-orang yang menonton selalu membuat jalan tambah macet. Bukan cuma kecelakaan atau musibah, kerusuhan yang berpotensi membahayakan orang lain yang tidak terlibatpun masih jadi tontonan. Mengapa mereka tidak berpikir bahwa tindakan mereka bisa berbahaya bagi dirinya? Saya jadi berpikir, jangan-jangan masyarakat kita sudah banyak yang sakit jiwa. Suka atau bisa menikmati sebuah kejadian yang menyedihkan, berbahaya atau menyeramkan. Coba saja perhatikan bioskop yang memutar film-film layar lebar yang sadis atau menyeramkan , jarang sekali kita lihat sepi khan? Masyarakat kita sepertinya suka juga dengan yang hal-hal yang kontradiktif, coba saja perhatikan acara televisi yang menunjukkan emosi yang selalu berlebihan. Dari hanya tayang seminggu sekali kini malah bertambah jadwal tayangnya. Ini bukti bahwa penonton suka dan penonton adalah masyarakat kita karena televisi selalu mengukur kesuksesan acara yang ditayangkan dengan menggunakan metode survey dengan keluarga sebagai satuan sample yang ditelitinya. Tidak heran rasanya fakta menunjukkan sangat sedikit stasiun televisi yang mau menayangkan acara yang nuansanya membangun rasa cinta kasih terhadap lingkungan dan sesama karena pasti tidak akan laris manis. Masyarakat kita adalah masyarakat yang suka dengan kontradiksi, emosional dan cenderung mengandalkan orang lain. Kalau begini, apa kata dunia? Ypkris |