Balapan Theklek-1
(Permainan Anak Tradisional-75)
Satu lagi permainan anak yang juga sering dimainkan oleh anak-anak masyarakat Jawa dan juga tentunya masyarakat lainnya adalah balapan theklek. Istilah theklek dalam bahasa Indonesia artinya bakiak. Dolanan ini terinspirasi dari benda alas kaki zaman dahulu yang terbuat dari kayu dan karet. Theklek yang biasanya muat 1 kaki kemudian dimodifikasi untuk dua atau tiga kaki, kemudian untuk lomba. Perlombaan sendiri, biasanya untuk memperingati tujuh belasan atau perayaan lainnya.
Tidak ada deskriminasi dari dolanan ini. Artinya, semua orang bisa memainkan, baik untuk kelompok laki-laki, perempuan, atau campuran. Itu semua sesuai dengan kesepakatan lomba. Begitu pula untuk kelompok umur, biasanya diklasifikasikan berdasarkan usia, untuk lomba anak-anak, remaja, dewasa, atau gabungan antar keluarga. Dan dolanan ini sifatnya hanya rekreatif belaka.
Biarpun dolanan ini sudah cukup lama, namun hingga kini masih dimainkan, tetapi ya itu tadi hanya sebatas dalam memeriahkan perayaan tujuh belasan atau perayaan lainnya. Bahkan dolanan ini terus dikembangkan di kantor-kantor atau klub yang memang menangani entertainment atau hiburan, seperti outbond dan sejenisnya. Dolanan balapan theklek sendiri mengandung unsur pendidikan, seperti bekerja sama dan melatih kekompakan.
Balapan theklek biasa dilakukan di tanah lapang, bisa tanah berumput, tanah, berubin, beraspal, atau berkeramik. Memang untuk menghindari luka, biasanya nyaman di area tanah atau berumput. Namun jika tidak ditemukan di sekitar pemukiman, maka terpaksa berarea ubin, aspal atau keramik. Hal ini bisa banyak ditemui di pemukiman sekarang ini, khususnya di perkotaan. Namun, di kala belum banyak perumahan dan masih banyak ditemukan tanah lapang, pada awal kemerdekaan, balapan theklek ini sering dimainkan di tanah lapang berumput atau tanah, karena tempat masih luas. Walaupun mengalami perbedaan tempat bermain, tetapi unsur permainan masih sama.
Sebelum balapan theklek dimulai, biasanya menyiapkan peralatan theklek. Theklek lebih sering disiapkan oleh panitia lomba agar thekleknya seragam. Namun bisa pula dibuat sendiri-sendiri oleh masing-masing kelompok asalkan sesuai dengan ketentuan yang dikehendaki panitia, misalkan berkaki dua, tiga, atau empat pasang. Bahan theklek biasanya dari kayu ringan, seperti kayu sengon, munggur, dan sejenisnya. Kayu dibentuk seperti sandal theklek tetapi lebih panjang agar cukup untuk kaki-kaki satu kelompok. Misalkan jika terdiri dari 3 pasang kaki, maka panjang kayu theklek panjangnya sekitar 1 meter. Sementara untuk ban karet yang berfungsi untuk menahan kaki di bagian atas agar tidak lepas, diambilkan dari sisa ban bekas bagian dalam atau jenis karet lainnya yang telah digunting memanjang dengan lebar sekitar 2—3 cm.
Kemudian karet ban bekas ini dililitkan di masing-masing kayu theklek sepasang dengan jarak sekitar 30 cm. Bagian depan dengan jarak sekitar 5 cm dari ujung. Pelilitan karet ban bekas dipasangkan di masing-masing samping kayu dengan paku agar lebih kuat. Setiap kayu dipasangi tiga lilitan bas bekas jika memang untuk tiga orang. Untuk sekelompok pemain membutuhkan sepasang sandal theklek panjang. Jadi apabila ada empat kelompok untuk setiap lomba, maka membutuhkan 8 lonjor theklek atau 4 pasang sandal theklek.
bersambung
Suwandi
Sumber: 33 Permainan Tradisional yang Mendidik, Dani Wardani, 2010, Yogyakarta: Cakrawala; Pengamatan dan Pengalaman Pribadi
Artikel Lainnya :
- SAPI CONDRODIMUKO DI Tembi(22/02)
- 20 September 2010, Klangenan - WARGA SAMPAH MENCARI NEGARA SEJAHTERA(20/09)
- 16 Desember 2010, Primbon - Watak Dasar Bayi(16/12)
- 18 Februari 2010, Situs - JEMBATAN DUWET: BCB DI ATAS SUNGAI PROGO(18/02)
- Jl. KH. DAHLAN -NGABEAN TAHUN 1930(17/10)
- PANCASILA DI LERENG MERAPI(06/06)
- NASI GORENG BAKAR(23/06)
- Hope Beyond Absurdity, Bentuk Kegelisahan Seorang Seniman(10/09)
- NAMA-NAMA WARUNG, KIOS, TOKO YANG BERBAU JAWA DI YOGYAKARTA(01/01)
- Pigunanipun Basa Krama Alus(11/01)