Affandi 'Menonton Adu Jago' Bersama Para Maesto Lainnya

“Jangan ditanya apa nama aliran lukisan saya. Saya lebih suka karya saya disebut individual style, yang tentu saja berbeda dengan pelukis lain,” kata Rusli.

Lukisan karya Affandi dalam pameran ‘Gelar Karya Maestro’ di Taman Budaya Yogyakarta, Foto: Ons Untoro
Lukisan berjudul ‘Menonton Adu Jago’ karya Affandi

Karya pelukis mendiang Affandi berjudul ‘Menonton Adu Jago’, yang dibuat tahun 1968, dipajang di ruang pamer Taman Budaya Yogyakarta. Lukisan tersebut koleksi Oei Hong Djien.

'Menonton Adu Jago’ adalah salah satu dari karya karya 10 maestro seni rupa Indonesia, yang dipamerkan dalam ‘Gelar Karya Maestro’ sejak 2 Desember hingga11 Desember 2012. Selain Affandi, 9 maestro lainnya ialah Amri Yahya, Edhi Sunarso, Fadjar Sidik, G Sidharta, Hendra Gunawan, Hendrodjasmaro, Rusli, Sudjojono dan Widayat. Karya-karya mereka yang yang dipamerkan adalah milik kolektor atau telah menjadi koleksi museum, misalnya karya-karya Widayat yang merupakan koleksi Museum Widayat.

Dari para maestro kita bisa mengenali aliran lukisannya, yang mereka pilih pasti dengan alasan yang mereka miliki sendiri. Sudjojono misalnya, dikenal memiliki aliaran realis. Perihal aliran ini, Soedjojono memiliki alasannya dia katakan dan ditulis di kain dekat karya yang dipamerkan.

“Apa sebab saya pergi ke realisme? Realisme buat saya real. Kalau Jogja diambil orang, saya mau rebut Jogja secara real. Kalau saya rebut kedaulatan, simbolis? Tidak mau! Tidak nyata!” kata Soedjojono.

Lain halnya dengan Rusli. Karya-karyanya terlihat sederhana, terkadang hanya berupa garis-garis, yang tentu saja diberi warna. Namun, karya Rusli terasa ‘hidup’. Seperti memiliki sesuatu pada karyanya’. Meski jika dirujuk pada jenis aliran yang dikenali di dunia, setidaknya seperti Soedjojono, terasa sulit untuk menempatkan aliran dia. Rusli memang tidak mau dimasukkan dalam aliran-aliran lukisan, sebagaimana dikenal di dunia seni lukis, abstrak, realis, surealis dan seterusnya.

“Jangan ditanya apa nama aliran lukisan saya. Saya lebih suka karya saya disebut individual style, yang tentu saja berbeda dengan pelukis lain,” kata Rusli.

Patung karya Edhi Sunarso yang dipamerkan di Taman Budaya Yogyakarta dengan tema ‘Gelar Karya Maestro,' Foto: Ons Untoro
Seseorang duduk di bongkahan batu sedang istrirahat, patung karya Edhi Sunarso

Karya-karya dari para maestro memang bisa dikenali jenis alirannya, misalnya karya Widayat dikenali sebagai dekoratif. Karya Fadjar Sidik mengambil jenis abstrak dan beberapa karya lain, dan memiliki aliran berbeda. Karya-karya yang dipamerkan merupakan karya lama, misalnya salah satu karya Soedjojono yang berjudul ‘Merancang Serangan Malam’ dibuat tahun 1958. Karya Widayat, yang berjudul ‘Adam Hawa’ dibuat tahun 1958, dan ‘Manusia Kuda' dibuat tahun 1970. Karya Rusli yang berjudul ‘Buah-Buahan” dibuat tahun 1954.

Pameran maestro yang diselenggarakan Taman Budaya Yogyakarta, memang untuk menghargai puncak pencapaian dari sang maestro. Untuk tahun 2012, sang maestro mengambil bidang seni rupa. Tahun-tahun sebelumnya mengambil musik dan sastra. Dari pameran sang maestro, orang menjadi tahu, bahwa di bidang kesenian kita memiliki maestro, atau juga sering disebut sebagai ‘empu’.

Salah satu karya Amri Yahya yang berjudul ‘Di Kedalaman Laut’, dibanding karya-karya dari maestro lainnya, termasuk sebagai karya ‘baru’. Karena karya ini dibuat tahun 2000, dan sekarang menjadi koleksi Museum Amri Yahya. Dari 10 maestro, setidaknya kita bisa mengenali 3 museum milik maestro tersebut: Museum Widayat di Magelang, Museum Affandi di Jalan Laksda Adisucipto, Museum Amri Yahya di Jalan Amri Yahya 1, atau dulu dikenal Gampingan.

Para maestro ini, setidaknya seperti dikatakan Suwarno Wisetrotomo, kurator pameran ini, telah mencapai prestasi puncaknya dan kita pantas menyebutnya sebagai maestro.

Dari ‘Gelar Karya Maestro' ini, setidaknya generasi muda, khususnya para perupa, bisa belajar sejarah seni rupa dari karya-karya para empu tersebut.

3.	Karya Rusli, karyanya yang dipamerkan di Taman Budaya Yogyakarta dengan tema ‘Gelar Karya Maestro, Foto: Ons Untoro
Karya Rusli

Ons Untoro

Artikel Lainnya :


Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta