Adol Welas

Adol Welas

Pepatah Jawa di atas secara harfiah berarti menjual belas kasihan.

Pepatah ini sebenarnya ingin menunjukkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari banyak orang menjual belas kasihan kepada orang lain agar dirinya diberi sesuatu oleh orang lain. Dalam realitas sesungguhnya mungkin memang banyak orang yang perlu ditolong atau dibantu. Hal demikian dilakukan dengan mengingat kenyataan bahwa orang yang bersangkutan memang pantas untuk dibantu.

Akan tetapi pada sisi lain banyak orang menjual belas kasihan bukan karena ia memang patut dibantu. Banyak orang sehat dan kuat serta muda tanpa malu-malu menjual belas kasihan di jalan-jalan dengan menjadi pengemis. Bahkan banyak pula yang sehat wal afiat namun cara berjalannya dibuat pincang, kakinya dibalut perban, dan sebagainya agar kelihatan sebagai orang sakit. Bukan hanya itu. Mimik wajahnya pun sering dibuat sedemikian rupa sehingga ekspresi wajahnya seperti menampilkan latar belakang kehidupannya yang sengsara. Pengekspresian diri yang demikian itu, sekalipun palsu bin munafik, ditempuhnya agar orang lain menaruh belas kasihan kepadanya dan kemudian memberikan sesuatu kepadanya.

Dalam khasanah kebudayaan Jawa istilah adol welas sering dianggap negatif karena hal demikian tidak mencerminkan kemandirian hidup manusia. Tidak mencerminkan daya juangnya dalam menapaki hidup sesuai eksistensinya sebagai manusia yang diberi banyak talenta dan karunia lain. Adol welas sering dianggap sebagai sikap malas, palsu, dan ”njagagake” atau sangat mengharapkan bantuan atau hadiah dari orang lain (tanpa harus bekerja, berusaha, atau bersusah payah). Adol welas pada sisi lain juga menjadi cerminan sikap lain, yakni menjilat, ABS (Asal Bapak Senang), penghormatan kepada orang lain (yang membantu) secara berlebih-lebihan, bahkan kultus, dan lain-lain.

a.sartono




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta