Pangeran Paku Wojo Salah Satu Tokoh Dusun Tulung Pundong, Bantul
Keletakan
Makam Pangeran Paku Wojo secara administrative terletak di Dusun Tulung, Kalurahan Srihardono, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, Provinsi DIY. Lokasi makam Pangeran Paku Wojo dapat dijangkau melalui Jl. Parangtritis Km 17. Pada kilometer tersebut akan ditemukan pertigaan ke arah timur yang mengarah ke Pasar Pundong. Jarak antara pertigaan tersebut dengan Pasar Pundong kurang lebih 3 kilometer. Lokasi makam Pangeran Paku Wojo berada di sisi utara dari Pasar Pundong ini pada jarak sekitar 400 meter.
Kondisi Fisik
Makam Pangeran Paku Wojo berada di tengah areal persawahan. Untuk menuju lokasi ini relatif sulit karena akses jalan ke lokasi bisa dikatakan memang tidak ada. Pematang sawah yang sebenarnya bisa dijadikan sebagai jalan sering tertutup oleh kerimbunan tanaman tebu yang membuat pengunjung kesulitan untuk menitinya.
Tidak adanya akses atau jalan khusus ke lokasi makam mungkin disebabkan oleh karena makam ini sudah relatif jarang dikunjungi orang. Jurukunci untuk makam ini pun bisa dikatakan tidak ada. Untuk dapat mengetahui tentang latar belakang ceritanya pengunjung harus menemui sesepuh Dusun Tulung. Makam ini juga relatif kurang terawat, lebih-lebih setelah peristiwa gempa Bantul, 27 Mei 2006. Gempa tersebut telah turut merusakkan bangunan pagar dan cungkup bagi makam ini. Nisan dari Pangeran Paku Wojo juga tampak patah dan kepala jiratnya terlepas dari badan nisannya.
Kompleks makam ini berada dalam naungan pohon randu alas yang cukup besar, pohon kamboja, dan cemara. Belukar dan semak juga tampak mengitari kompleks makam ini. Dengan demikian, keberadaannya yang demikian sering menimbulkan perasaan seram.
Kompleks makam Pangeran Paku Wojo memiliki ukuran luas kurang lebih 6 m x 7 m. Sedangkan batu nisan dari Pangeran Paku Wojo sendiri dan istrinya terbuat dari batu andesit dalam bentuk atau wujud yang sederhana. Panjang batu nisan keduanya sekitar 125 Cm, lebar 35 Cm, dan tinggi 50 Cm.
Latar Belakang
Pangeran Paku Wojo sering dikenal juga dengan nama Mbah Bathil. Sumber setempat tidak bisa menerangkan sengan memuaskan mengenai asal-usul Pangeran Paku Wojo. Hanya saja disebutkan bahwa Pangeran Paku Wojo merupakan salah seorang tokoh yang memimpin sebuah kelompok. Kelompok mereka ini hidup di Hutan Mentaok sisi selatan. Meskipun demikian, tidak pernah diketahui pada periode atau tahun berapa pangeran Paku Wojo ini hidup. Sumber setempat menyebutkan bahwa Pangeran Paku Wojo kemungkinan besar hidup ketika Mataram atau Mangir belum berdiri. Kehidupan antarkelompok saat itu sering bergesekan, bersaing, dan berkembang menjadi sebuah peperangan. Demikian pun seperti yang dialami oleh kelompok Pangeran Paku Wojo.
Bersambung
a.sartono
Artikel Lainnya :
- Membaca Puisi untuk Mengenang Almarhum(14/01)
- PILIHAN MENU BUKA PUASA(15/08)
- Art for AIDS Persembahan Untuk ODHA(17/02)
- 9 Maret 2010, Kabar Anyar - SEMINAR TATA RUANG DAN PARIWISATA(09/03)
- Malam Jahaman Motinggo Boosje(18/12)
- KAMPUS UGM TAHUN 1956(17/10)
- 18 Oktober 2010, Klangenan - PAK GURU DIBALIK PINTU(17/10)
- 17 Desember 2010, Kabar Anyar - MENYOAL NEGARA DALAM NEGARA KESEJAHTERAAN(17/12)
- 19 Maret 2011, Djogdja Tempo Doeloe - SIARAN PELANTIKAN SULTAN HAMENGKU BUWANA IX(19/03)
- Pigunanipun Basa Krama Alus(12/10)