- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
Bale-dokumentasi-resensi-buku»Ajaran ajaran dalam Naskah Stri Sasana dan Putra Sasana Marti
07 Apr 2010 02:26:00Perpustakaan
Judul : Ajaran-ajaran dalam Naskah Stri Sasana dan Putra Sasana Marti
Penulis : I Made Purna, dkk
Penerbit : Depdikbud, 1993, Jakarta
Bahasa : Bali dan Indonesia
Jumlah halaman : x + 105
Ringkasan isi :
Mendidik anak adalah tugas yang paling mulia yang diamanatkan Tuhan kepada orang tua. Di dalam proses pembentukan dan pembinaan, orang tua tidak cukup hanya memenuhi kebutuhan sehari-hari demi kelangsungan hidup anaknya. Anak membutuhkan perhatian yang lebih mendalam serta pengelolaan yang lebih intensif melalui pendidikan formal mau pun non formal. Dalam masyarakat Hindu Bali, untuk membentuk anak yang suputra biasanya ajaran-ajarannya lebih banyak didapatkan dalam keluarga dan orang tua sebagai narasumber pokok. Naskah kuno Stri Sasana dan Putra Sasana Marti adalah salah satu rujukan yang biasa digunakan untuk pembentukan dan pembinaan watak.
Keluarga, baik keluarga batih (Bali = kuren ) maupun keluarga luas (Bali = pekurenan) merupakan wadah yang sangat penting bagi pembentukan dan pembinaan nilai-nilai dan norma-norma sosial, budaya dan agama pada setiap orang, sebelum mereka terjun ke masyarakat seperti dalam lembaga tradisional Banjar, Subak, Desa Adat, Sekeha-sekeha dan lain-lainnya sesuai peran masing-masing. Rumah tempat tinggal orang Hindu disebut Grhyasutra yang terdiri tiga unsur yaitu unsur keluarga yang telah suci, unsur yang masih hidup dan unsur yang akan lahir. Semua potensi keluarga harus dialokasikan untuk menunjang keluarga yang masih hidup, mengupacarai/mendoakan yang telah tiada dan mempersiapkan bagi yang akan lahir. Dalam ajaran agama Hindu ditegaskan bahwa kehidupan keluarga mengandung tiga pokok dasar pemikiran yang disebut dengan istilah “Tri Hina Karana” sebagai konsep pola hubungan dan “Tri Mandala” sebagai pembagian ruang untuk mewujudkan pola hubungan. Konsep Tri Hina Karana mengandung suatu penjelasan yang sangat esensial (mendalam), bahwa keluarga merupakan lembaga yang memberi jaminan terhadap hubungan yang selaras, harmonis, dan sejahtera antara manusia dengan Tuhan, dengan sesama manusia dan lingkungan.
Salah satu ajaran dari catur asrama (brahmancari, grehasta, wanaprasta dan biksuka) yang banyak diulas dalam naskah Stri Sasana adalah ajaran Grehasta yaitu tingkat kehidupan berumah tangga. Pada tingkat ini ajaran yang penting harus diketahui dan dipegang teguh adalah satyeng graha (kesetiaan suami terhadap istri dan satyeng suami (kesetiaan istri terhadap suami). Agar terjadi jalinan dalam rumah tangga yang penuh kedamaian dan ketenangan sehingga dapat melahirkan putra yang suputra, maka setiap calon pengantin harus mempersiapkan diri jauh hari sebelumnya baik mengenai waktu (hari) pernikahan, mental, ekonomi, kesiapan mendidik keturunan (anak) dan sebagainya.
Dalam rumah tangga anak mempunyai kedudukan yang penting bahkan sering disebut sebagai penyelamat darma keluarga. Naskah kuno “Putra Sasana Marti” menyebutkan untuk membentuk anak yang suputra harus ditanamkan dan dididik tentang tatakrama/sopan santun, disiplin dan tanggung jawab, kerukunan antar anggota keluarga dan nilai-nilai agama Hindu. Dalam proses pendidikan untuk mendapatkan keberhasilan yang baik anak-anak dinasehati agar memahami ajaran yang disebut Panca Siskanina Angaji (lima pedoman belajar), yang meliputi guru (bila guru -- bisa siapa saja asal mampu-- akan mengajarkan ajaran kebenaran, anak harus benar-benar percaya), teleb (rajin dan bersungguh-sungguh), inget (selalu menghafal dan mengingat segala sesuatu yang dipelajari, wiweka (memiliki kemapuan atau usaha /kreatif), laksana (berusaha berbuat sesuai petunjuk guru).
Setiap penganut Hindu di Bali percaya adanya hukum karmapala (adanya buah /akibat dari setiap perbuatannya), konsepsi atman (roh abadi), punarbawa (kelahiran kembali dari jiwa), dan moksa (kebebasan jiwa dari lingkungan kelahiran kembali). Oleh karena itu mereka akan selalu berhati-hati dalam bertindak maupun berucap,menghindari setiap perbuatan tercela dan melaksanakan perintah agama.
Teks : Kusalamani
Artikel Lainnya :
Masjid Kauman tahun 1888 dan 1925(17/10) - PEMENTASAN WAYANG KULIT III KELOMPOK DALANG SUKRO KASIH HADIRKAN KETELADANAN YANG JADI TUMBAL(15/07)
- Mengunjungi Dunia Sepi(11/07)
- PAK KASAN, 38 TAHUN SETIA PADA SATU PROFESI(01/01)
- Endah N Rhesa Berangkat ke Perancis Dengan Bekal Urunan Para Musisi(11/02)
- 30 Desember 2010, Primbon - Watak Dasar Bayi(30/12)
- 28 Agustus 2010, Kabar Anyar - MELEPAS PANAH DI TUJUH BINTANG(28/08)
- NASI MERAH MBAK DIAH(19/07)
- Tembi Juga Menanam Padi Organik(10/12)
- Nasi Goreng Lada Hitam(18/06)