Judul : Serat Sesorahipun Tin Sastrawirya
Penulis : Tin Sastrawirya
Penerbit : N.V. Mardimulyo, 1929, Jogjakarta
Bahasa : Jawa, dengan huruf Jawa
Jumlah halaman : 44
Ringkasan isi :
Buku ini berisi pidato Tin Sastrawirya pada Konggres Perempuan Pertama yang diselenggarakan di Yogyakarta pada bulan Desember 1928. Isinya berkaitan dengan permasalahan perempuan di Indonesia pada umumnya, bagaimana caranya agar perempuan bisa maju dan sejajar dengan laki-laki. Dalam pidatonya Tin kurang setuju adanya kata-kata seperti, “perempuan bila sudah bisa masak itu sudah cukup, perempuan sepandai apapun toh akhirnya masuk dapur juga, laki-laki itu panjang langkahnya bila perempuan sudah direpoti oleh kainnya, perempuan tidak perlu sekolah apalagi sampai tinggi karena nanti tidak akan lali-laki yang mau meminang”. Memang seorang perempuan (istri) harus pandai mengelola rumah tangga, tetapi bukan berarti ia tidak perlu pendidikan. Pendidikan tetap diperlukan agar perempuan dapat mengelola rumah tangga dengan lebih baik, karena hal tersebut bukanlah pekerjaan yang ringan.
Agar dapat mengelola rumah tangga dengan baik perempuan harus mempunyai ilmu tentang cara-cara mengurus rumah tangga, memelihara dan mendidik anak, ilmu kebangsaan, dan ketrampilan-ketrampilan lain yang diperlukan. Hal ini bisa diperoleh antara lain melalui sekolah, sehingga perempuan perlu memiliki kebebasan untuk bersekolah.Bila rumah tangga terkelola dengan baik keluarga akan tenteram, bahagia dan kuat, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kemajuan bangsa dan tanah air.
Dalam hal perkawinan Tin mengkritik tentang perjodohan yang tanpa melibatkan pendapat anak (bisa dikatakan kawin paksa), pernikahan usia muda dan poligami, karena lebih banyak akibat negatifnya daripada akibat positif. Dalam hal adat istiadat hal-hal yang tidak baik harus dihapuskan, misal perempuan yang sudah menikah hanya dikurung dalam rumah, kebiasaan laki-laki (suami) yang suka minum-minuman keras, dan lain-lain. Perempuan adalah mitra kerja yang sejajar dengan laki-laki. Pekerjaan rumah tangga tidak kalah beratnya dengan pekerjaan laki-laki (suami) dalam mencari nafkah. Oleh karena itu harus ada kerja sama yang baik agar berjalan lancar dan baik.
Menurut Tin Konggres Perempuan Indonesia mempunyai kewajiban untuk mengupayakan agar perempuan dan laki-laki memiliki pendidikan yang setara dan pantas, bisa memperbaiki kehidupan dan keperluan perempuan, bisa merubah adat istiadat atau aturan yang menghambat kemajuan.
Teks : Kusalamani
Artikel Lainnya :
- Seni Karawitan Jawa. Ungkapan Keindahan dalam Musik Gamelan(18/04)
- Sastra Bulan Purnama Hadirkan Geguritan di Tembi(27/09)
- JUDUL BUKU(03/02)
- PROFIL ANAK-ANAK JAWA MASA LALU(10/01)
- Lagu Puisi Dari Pedro(11/10)
- Tembi sebagai Pusat Sumber Belajar (01/08)
- Tiga Komposisi Tari dari Made Dyah Agustina di Tembi(08/06)
- Sawung Jabo, Sirkus Barock, Memuaskan Dahaga Penggemarnya(22/11)
- MENIKMATI ROTI TANPA BAHAN PENGAWET DAN DIBUAT SECARA TRADISIONAL DI YOGYAKARTA(04/09)
- KOPI JOSS LIK MAN(22/09)