Bisma (16)
Putri Boyongan yang Tidak Diboyong

Betapa senang hati Dewi Amba, berkat keluhuran budi Dewabrata, ia terbebas sebagai putri boyongan, sehingga dapat menentukan pilihan dan masa depannya sendiri. Kegembiraan itu akan ia kabarkan pertama-tama kepada Prabu Salwa kekasihnya.

Bisma (16) Putri Boyongan yang Tidak Diboyong

Pada malam hari seusai sayembara, Prabu Darmamuka bersuka-ria. Apa yang diharapkan melalui sayembara, untuk mendapatkan menantu yang sakti, dapat terpenuhi. Dewabrata sebagai pemenang sayembara yang datang bersama Citragada dan Wicitrawirya, rupanya telah diatur oleh Sang Hyang Wenang agar mereka bertiga menjadi jodoh bagi ketiga putri Kasi. Berdasarkan urutan saudara paling tua, Dewabrata berpasangan dengan Dewi Amba, Citragada berpasangan dengan Dewi Ambika dan Wicitrawirya dengan Dewi Ambalika.

Ketiga pasang calon pengantin tersebut diberi kesempatan untuk saling mengenal, mengungkapkan perasaan dan isi hatinya. Pertemuan antara Citragada dengan Dewi Ambika dan Wicitrawirya dengan Dewi Ambalika berlangsung penuh kebahagiaan, tapi lain halnya dengan pertemuan antara Dewabrata dan Dewi Amba.

Berhadapan dengan Dewi Amba, Dewabrata menjadi bingung dan serba salah. Tidaklah mungkin Dewabrata menerima Dewi Amba sebagai istrinya, karena ia masih berpegang dengan sumpahnya yaitu hidup wadat. Namun jika menolak, bagaimana caranya? Di satu sisi putra sulung Prabu Sentanu itu tidak ingin menyakiti hati Dewi Amba, namun ia juga tidak mau mengingkari sumpahnya untuk hidup wadat.

Ketika Dewabrata belum mengutarakan apa yang ada di hatinya, Dewi Amba mendahului mengungkapan permohonannya.

“Duuuh.. Raden Dewabrata, ksatria yang baik budi, jika diperkenankan aku mohon raden membebaskan aku dan tidak memboyong ke Hastinapura, karena sesungguhnya aku telah bertunangan dengan Prabu Salwa.”

Mendengar permohonan Dewi Amba, Dewabrata merasa lega, bagai terlepas dari beban berat yang menidihnya. Dengan serta merta Dewabrata mengabulkan permohonan Dewi Amba.

Betapa senang hati Dewi Amba, berkat keluhuran budi Dewabrata, ia terbebas sebagai putri boyongan, sehingga dapat menentukan pilihan dan masa depannya sendiri. Kegembiraan itu akan ia kabarkan pertama-tama kepada Prabu Salwa kekasihnya.

Dugaan Dewi Amba bahwa Prabu Salwa akan gembira mendengar kabar itu, tidaklah benar. Sikap Dewabrata yang dianggap luhur budi itu, bagi Prabu Salwa dirasakan sebagai tamparan seorang ksatria, karena ia sudah dikalahkan dalam arena sayembara. Walaupun ia masih mencintai Dewi Amba, Prabu Salwa tidak mau melanjutkan cintanya.

“Dewi Amba, jika engkau beranggapan bahwa aku masih mencintaimu itu memang benar, karena engkau adalah tunanganku. Namun keadaan kita sekarang sudah lain. Aku tidak butuh belas kasihan orang lain. Dewabratalah yang berhak atas dirimu. Maka dengan berat hati, aku mengharap engkau pergi dari hadapanku dan kembali kepada Dewabrata”.

Dengan hati yang hancur Dewi Amba meninggalkan Prabu Salwa. Ia berjalan tanpa tujuan, menangisi nasibnya. Mengapa semua ini terjadi? Mengapa rama prabu mengadakan sayembara? Mengapa Prabu Salwa gagal memenangkan sayembara? Semakin banyak pertanyaan yang tak terjawab, semakin dalamlah Dewi Amba terhempas dalam keterpurukan.

Herjaka HS



Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net/


Baca Juga Artikel Lainnya :




Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta