Sengkuni, Sang Patih Licik (5)

Pada saat yang paling menentukan itu Kresna, botoh dari Pandawa, membisikkan di telinga Bima bahwa titik kelemahan Patih Sengkuni adalah pada dubur, bagian dari tubuhnya yang tidak terolesi dengan Lenga Tala. Maka segeralah Bima mengincar bagian tubuh Sengkuni yang paling lemah itu.

Badan Sengkuni dirobek-robek oleh Bima, dan disebar ke empat penjuru angin (karya herjaka HS)
Badan Sengkuni dirobek-robek oleh Bima,
dan disebar ke empat penjuru angin (karya herjaka HS)

Kegagalan Sengkuni untuk membunuh kekuatan utama Pandawa yaitu Bima, bukanlah keberhasilan yang tertunda, melainkan merupakan awal dari kegagalan yang susul menyusul. Mulai peristiwa di pesanggrahan Pramanakoti, disusul dengan peristiwa pembakaran di Bale-Sigala-gala, hingga sampai ke pembuangan Pandawa Lima di hutan selama 13 tahun, Sengkuni tidak berhasil membunuh Pandawa Lima.

Sering kali Sengkuni mengumpat, bahwa dewa tidak adil,\. Para Pandawa lebih banyak mendapatkan ‘wahyu’ dan perlindungan dari dewa dibandingkan dengan para Kurawa, sehingga Pandawa menjadi orang-orang sakti yang mampu menyingkirkan penghalang dan terhindar dari segala kemalangan.

Walau menyadari bahwasannya Pandawa selalu dilindungi Dewa, niat Sengkuni untuk mencelakai Pandawa tidaklah padam. Siang malam Sengkuni memutar otak mencari jalan untuk menyingkirkan anak-anak Pandu. Disamping itu Sengkuni juga berusaha meningkatkan kesaktiannya, untuk menanggulangi jika cara tipu muslihat gagal, dapat menggunakan cara lain yaitu kekerasan.

Salah satu usaha yang ditempuh agar dirinya dan Kurawa menjadi sakti dengan cepat tanpa harus melalui laku yang berat adalah dengan merebut ‘Lenga Tala’ dari tangan Abiyasa. Lenga Tala adalah minyak sakti, jika dioleskan pada sekujur tubuh, maka tubuh tersebut tidak dapat dilukai oleh aneka senjata tajam. Pada episode ‘Rebutan Lenga Tala’ Sengkuni berhasil mengolesi sekujur tubuhnya dengan lenga Tala, kecuali bagian dubur.

Walaupun sudah berkali-kali Sengkuni mengatur siasat untuk membunuh Pandawa, hingga menjelang perang Baratayuda, tak satu pun diantara Pandawa Lima yang celaka bahkan sampai mati. Karena terpaksa lah Sengkuni dan Kurawa berhadapan secara ksatria dengan Pandawa Lima pada perang Baratayuda.

Pada perang besar Baratayuda tersebut satu per satu Kurawa gugur di medan perang. Dan tibalah gilirannya Patih Sengkuni menjadi senopati. Dengan kesaktian yang salah satunya didapatkan dari Lenga Tala, Sengkuni penuh percaya diri memimpin peperangan di garis depan. Amukan Sengkuni banyak memakan korban dari pihak Pandawa. Melihat prajurit Pandawa kalang kabut, Bima menghadang Patih Sengkuni.

Jika dibandingkan secara fisik, Sengkuni bukanlah tandingan Bima. Namun pada kenyataannya, Bima tidak dapat mengalahkan Sengkuni. Kuku Pancanaka, pusaka andalan Bima tak kuasa melukai tubuh Sengkuni. Demikian pusaka yang lain, seperti misalnya Gada Rujak Polo, tak mampu melecetkan kulit Sengkuni. Bima kewalahan, ia semakin kehabisan tenaga.

Pada saat yang paling menentukan itu Kresna, botoh dari Pandawa, membisikkan di telinga Bima bahwa titik kelemahan Patih Sengkuni adalah pada dubur, bagian dari tubuhnya yang tidak terolesi dengan Lenga Tala. Maka segeralah Bima mengincar bagian tubuh Sengkuni yang paling lemah itu.

Saatnya tiba, tubuh Sengkuni dalam cengkeraman Bima. Kuku Pancanaka pusaka andalan Bima diarahkan ke dubur Sengkuni. Satu kali ayunan, Sengkuni menjerit kesakitan. Bersamaan dengan jeritan itu, Sengkuni mengakiri hidupnya, gugur di medan perang. Kematian Sengkuni di tangan Bima bukan merupakan akhir dari kejahatannya. Badannya yang di robek-robek oleh Bima dan dilemparkan keempat penjuru mata angin, memberi tanda bahwa watak jahatnya telah ditebarkan ke seluruh tanah air untuk diwarisi oleh anak-cucu bangsa, hingga saat ini.

herjaka HS




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta