Tembi

Berita-budaya»PIDATO KEBUDAYAN UTK KOMUNITAS ASEAN

23 Jun 2011 07:27:00

PIDATO KEBUDAYAN UTK KOMUNITAS ASEANSetiap bulan dan sudah dilakukan hampir selama 4 tahun, ‘Beranda Budaya’ menyelenggarakan diskusi atau pidato kebudayaan. Pada bulan Juni, tepatnya Kamis (16/6) lalu Beranda Budaya mengadakan diskusi yang diisi pidato kebudayaan oleh Dr. Priyambudi Sulistiyanto, dari Flinders Asia Centre, Fliders University, Adelaide, Australia. Judul pidato kebudayaan ‘Menuju Terbentuknya ASEAN 2015: Beberapa Pandangan Kritis”.

Priyambudi, yang ketika di Yogya kuliah di Fakultas Hukum UII, dan kalau pulang ke Yogya tinggal di Ngenthak, Sleman, ia merasa sebagai orang diaspora di Australia. Ia sudah melakukan studi yang lama mengenai perbandingan ekonomi politik tiga Negara ASEAN (Indonesia, Muangthai dan Burma/Myanmar). Selain itu, ia sudah mengunjungi hampir semua negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Karena itu, Priyambudi mempunyai pandangan yang kritis mengenai Kominitas ASEAN 2015.

Dari kunjungannya ke negara-negara Asia Tenggara, termasuk dengan sendirinya negara-negara ASEAN, Priyambudi melihat fakta riil, seperti terdapat sekitar 500 juta penduduk di kawasan Asia Tenggara. Bahasa dan budaya juga berbeda dan beragam. Pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita negara-negaranya juga beragam, dimana Singapura tertinggi sementara Burma dan Laos yang terendah. Bentuk sistem politiknya juga berbeda-beda; ada sistem pertai tunggal di Vietnam dan Laos, monarkhi di Brunei Darussalam, semi demokrasi di Malaysia dan Singapura, hingga elektroral demokrasi presidensial di Indonesia dan Filipina.PIDATO KEBUDAYAN UTK KOMUNITAS ASEAN

“Dari sisi perekonomian dan sosial, mayoritas rakyat Asia Tenggara bekerja dan menggantungkan kehidupan di sektor pertanian. Dari Vietnam, Thailand, Burma, Filipina, Kamboja, Laos dan Indonesia, sebagian besar penduduknya hidup di pedesaan dan sektor pertanian masih menyumbangkan sekitar 20 hingga 40 prosen dalam perekonomian nasional” kata Priyambudi.

Ia melihat, makin lama sumbangan sektor pertanian memang makin menurun dan ini tidak seimbang dengan jumlah penduduknya. Sementara sektor-sektor lain yang berkembang di perkotaan seperti manufaktur, jasa dan keuangan, makin meningkat sumbangannya di perekonomisn nasional.

‘Disini terjadi ketimpangan karena obsesi pembangunan ekonomi dikawasan Asia Tenggara sangat berorientasi di perkotaan dan melayani kebutuhan orang-orang kota. Industri-industri besar didirikan di sekitar perkotaan dimana mendorong banyak orang-orang desa berbondong-bondong pergi ke kota mencari pekePIDATO KEBUDAYAN UTK KOMUNITAS ASEANrjaan apa saja yang tersedia di perkotaan” jelas Priyambudi.

Bagi Priyambudi, untuk melakukanm prakondisi komunitas ASEAN 2015, kegiatan kebudayaan yang menyangkut budaya masing-masing Negara perlu diselenggarakan, atau juga pertukaran budaya. Ini merupakan upaya saling belajar dari masing-masing Negara ASEAN. Misalnya, mahasiswa asing dari Asia Tenggara yang sedang belajar di Yogyakarta, diajak dan diundang diskusi dan tukar pendapat mengenai negaranya masing-masing. Malam kesenian Vietnam, Thailand, Filipina atau Burma. Atau memutar film-film dari Asia Tenggara yang diputar di Yogyakarta.

“Kalau memiliki dana atau mepunyai sponsor, saya kira perlu melakukan kunjungan dari kalangan rakyat biasa, seperti petani, buruh, termasuk mahasiswa ke Negara-negara Asia Tenggara. Selain itu, perlu adanya kajian-kajian ekonomi-politik sektor pedesaan di kawasan Asia Tenggara dimana mengundang organisasi-organisasi petani untuk berpartisipasi dan ikut terlibat dalam mencari upaya-upaya untuk saling bersolidaritas dengan mereka yang berada di kawasan Asia Tenggara” ujar Priyambudi.

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta