Mangan Krupuk-2
(Permainan Anak Tradisional-84)
Permainan atau lomba biasanya dikelompokkan menurut umur. Kelompok umur di bawah 7 tahun menjadi kelompok sendiri, sementara kelompok umur di atasnya juga menjadi kelompok sendiri. Permainan ini biasanya tidak membedakan gender. Untuk kelompok umur yang sama, biasanya diikuti oleh anak laki-laki dan perempuan.
Waktu perlaksanaan lomba permainan makan krupuk dilakukan pada pagi, siang, atau sore hari. Namun di kota-kota bisa jadi dimainkan malam hari, jika lampu penerang memungkinkan. Apalagi dolanan ini tidak banyak membutuhkan tenaga fisik, sehingga tidak menguras tenaga bagi pemain atau pesertanya.
Panitia lomba biasanya membagi peserta dalam babak penyisihan dan final. Masing-masing babak dimainkan secara bertahap sesuai dengan jumlah peserta dan banyaknya peserta setiap tahap. Jika tempatnya luas, maka setiap tahap bisa lebih dari 5 lajur atau 5 pemain. Jika lahan tidak luas, maka biasanya di bawah 5 lajur setiap tahapnya. Maka luas lahan sangat menentukan banyaknya peserta yang bertanding dalam setiap tahapnya.
Lajur, garis start dan finish biasanya dibuat dengan bentangan tali rafia, benang atau sejenisnya. Lebar dibuat besarnya sekitar 75—100 cm dengan panjang lintasan hingga sekitar 10 meter. Atau kadang-kadang tidak dibuat lajur, tetapi langsung jumlah krupuk yang digantung. Misalkan ada 5 pemain dalam setiap tahap, maka di depan anak-anak dengan jarak sekitar 10 meter, digantung 5 krupuk dengan jarak sekitar 1 meter. Sebelumnya tinggi krupuk yang digantung, diukur sesuai dengan ketinggian masing-masing anak, biasanya tepat di atas mulutnya. Jika sudah diukur, maka anak-anak menempatkan diri di garis start.
Setelah mendengar aba-aba, anak-anak segera berlari dengan kedua tangan dipegang di belakang badan. Setelah sampai di bawah krupuk yang digantung (sesuai dengan urutannya masing-masing), maka anak-anak mulai memakan krupuk sedikit demi sedikit. Ada aturan dalam permainan ini, jika krupuk jatuh ke tanah, maka peserta yang bersangkutan dianggap kalah. Lalu, tangan ikut memegang krupuk juga dianggap kalah.
Dalam setiap babak penyisihan, diambil satu pemenang. Pemenang babak penyisihan diambil dari peserta yang pertama kali menghabiskan krupuk. Kemudian antar pemenang dalam babak penyisihan diadu lagi dalam babak final. Ketentuan sama dengan di babak penyisihan. Pada babak final, diambil 3 pemenang yang pertama menghabiskan krupuk.
Permainan makan krupuk jelas melatih anak-anak untuk berani tampil, sekaligus bisa bersosialisasi dengan teman-temannya. Anak-anak dilatih untuk bermain sportif. Ia harus berani mengakui kalah dan menang. Tentu anak yang menang akan senang dan bangga, sementara anak yang kalah harus berani menerima kekalahan. Itulah serunya permainan lomba makan krupuk.
Suwandi
Sumber foto: www.google.co.id
Sumber: Pengamatan dan Pengalaman Pribadi
Artikel Lainnya :
- Tata Cara Paes lan Pranatacara Gagrag Ngayogyakarta(04/01)
- Memilih Hari dan Tanggal(29/09)
- SENSASI KENIKMATAN IKAN LIAR DI PINGGIR TEMPURAN SUNGAI BEDOG DAN PROGO(18/07)
- Saunine, Tidak Asal Bunyi(16/07)
- Sengkuni, Sang Patih Licik (1)(09/11)
- Masangin di Jogja, Apa Pula Itu(01/02)
- 21 Februari 2011, Klangenan - LALU LINTAS DI YOGYA SETELAH ERUPSI MERAPI(21/02)
- TeMBI Is In Da House (On Twitter)(23/08)
- Patung-patung di Malioboro(18/07)
- Brongkos Banyak di Pulosegaran Tembi(11/06)