Pelarian Pangeran Blitar dari Majapahit Berakhir di Sleman

Author:editortembi / Date:16-04-2014 / Pangeran Blitar merupakan salah satu bangsawan Majapahit keturunan Prabu Brawijaya terakhir. Ia melarikan diri dari Majapahit karena waktu itu Majapahit sedang dilanda kerusuhan. Pelariannya ke arah barat disertai oleh istri yang bernama Siti Sundari.

Nisan Pangeran Blitar di dalam cungkup, difoto: Jumat, 10 Januari 2014, foto: a.sartono
Nisan Pangeran Blitar di dalam cungkup

Secara administratif makam Pangeran Blitar berada di Dusun Jitar, Kelurahan Sumberarum, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Lokasi ini dapat dijangkau melalui Perempatan Tugu ke arah barat dengan mengikuti Jl P Diponegoro, Jl Kyai Mojo, dan Jl Godean. Ikuti terus jalan tersebut hingga mendekati Sungai Progo atau timur Jembatan Ngapak. Pada sisi timur dari jembatan ini akan ditemukan pertigaan Pasar Sembuhan. Ambil arah ke kiri (selatan) pada pertigaan tersebut hingga masuk ke Dusun Jitar.

Detail nisan Pangeran Blitar di Jitar, Moyudan, Sleman, difoto: Jumat, 10 Januari 2014, foto: a.sartono
Detail nisan Pangeran Blitar di Jitar, Moyudan, Sleman

Makam Pangeran Blitar berada di sisi timur-selatan dari dusun tersebut. Jalan masuk ke lokasi makam Pangeran Blitar menjadi satu dengan jalan masuk menuju Gua Maria Sendang Jatiningsih.

Makam Pangeran Blitar berada dalam satu cungkup tersendiri di dalam kompleks makam Dusun Jitar. Cungkup makam memiliki pintu masuk di sisi selatan dan arah hadap cungkup ke selatan. Cungkup dilengkapi dengan teras model kuncungan. Teras yang relatif luas ini berfungsi sebagai tempat istirahat atau berteduh para peziarah. Teras ini memiliki pintu terbuka (tanpa daun pintu) .

Ukuran cungkup makam Pangeran Blitar kira-kira 4 m x 5 m. Sedangkan ukuran panjang dari nisan Pangeran Blitar sekitar 165 cm, lebar 65 cm, dan tinggi hingga kepala jiratnya sekitar 55 cm.

Gerbang utama kompleks makam Pangeran Blitar, difoto: Jumat, 10 Januari 2014, foto: a.sartono
Gerbang utama kompleks makam Pangeran Blitar

Nisan Pangeran Blitar terbuat dari potongan batu andesit yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk satu kesatuan nisan yang cukup artistik. Jadi, nisan Pangeran Blitar bukan terbuat dari satu batu andesit yang utuh, namun potongan batuan yang disusun seperti penyusunan batu candi atau puzzle. Batu nisan Pangeran Blitar juga dilengkapi dengan relief-relief tertentu yang membentuk permukaan batu nisannya menjadi lebih artistik.

Menurut sumber setempat Pangeran Blitar merupakan salah satu bangsawan Majapahit keturunan Prabu Brawijaya terakhir. Ia melarikan diri dari Majapahit karena waktu itu Majapahit sedang dilanda kerusuhan. Pelariannya ke arah barat disertai oleh istri yang bernama Siti Sundari, abdi setianya yang bernama Suryo Durgo, dan kuda tunggang kesayangannya yang bernama Aswatama. Selain itu ada pula sahabat yang mengiringi perjalanannya yang bernama Pangeran Lembu Peteng atau sering disebut juga Pangeran Bintara.

Sekalipun disebutkan bahwa Pangeran Lembu Peteng adalah sahabat Pangeran Blitar, namun ada pendapat lain yang menyatakan bahwa Pangeran Lembu Peteng masih mempunyai ikatan tali persaudaraan dengan Pangeran Blitar. Pada akhir hayatnya Pangeran Blitar dimakamkan di makam Dusun Jitar, sementara Pangeran Lembu Peteng atau Pangeran Bintara dimakamkan di Dusun Nguluran, yang hanya berjarak sekitar 200 meter di sisi selatan Dusun Jitar.

Cungkup makam Pangeran Blitar, Moyudan, Sleman, difoto: Jumat, 10 Januari 2014, foto: a.sartono
Cungkup makam Pangeran Blitar dan Yulius, juru kunci

Menurut Yulius Darmo Suseno (92) yang sering mengantarkan peziarah ke makam Pangeran Blitar, penamaan Dusun jitar mungkin berkaitan erat dengan nama Pangeran Blitar itu sendiri. Namun lafal blitar itu dalam perkembangannya diduga berubah menjadi jitar.

Menurut Yulius pula Pangeran Blitar di masa hidupnya merupakan tokoh yang disegani karena kebaikan dan kesaktiannya. Disebutkan pula bahwa Pangeran Blitar memiliki pusaka Gandik Kencana. Pusaka ini dipercayai memiliki tuah yang luar biasa. Bahkan ketika Clash II (1948) dengan Belanda terjadi, Jitar hendak diserang Belanda, namun luput. Hal itu dipercaya karena Jitar dilindungi oleh Pangeran Blitar dengan pusaka saktinya.

Naskah dan foto: A. Sartono

Ensiklopedi Situs

Latest News

  • 19-04-14

    Nungki Kusumastuti D

    Dunia tari adalah nafasnya. Sampai usianya yang ke-56 Nungki Kusumastuti masih aktif menari. Wanita yang dikenal luas sebagai penari Istana Negara... more »
  • 19-04-14

    Hari Keberuntungan O

    Orang Wuku Warigalit mempunyai daya tarik khusus, pandai bergaul serta menyenangkan, namun kurang setia. Agar selamat orang Wuku Warigalit perlu... more »
  • 19-04-14

    Anak-anak Basmallah

    Pengenalan terhadap alam lingkungan dan budaya lokal diharapkan mendekatkan mereka dengan alam budaya dan sekaligus sebagai model pembelajaran alam... more »
  • 19-04-14

    Sembada Wiratama

    Sembada wiratama dapat diartikan sebagai bertindak atau bertingkah laku sesuai dengan omongannya serta berani mengutamakan hal yang benar, adil, dan... more »
  • 17-04-14

    Minangkabau. Dalam C

    Judul : Minangkabau. Dalam Catatan Sejarah yang Tercecer  Penulis : Ampera Salim, Zulkifli  Penerbit : Citra Budaya Indonesia, 2004... more »
  • 17-04-14

    Denmas Bekel 17 Apri

    more »
  • 17-04-14

    Tom Ibnur Gabungkan

    Selama 45 menit, penonton dihibur dengan tari-tarian, antaranya tari piring yang dibawakan dengan gemulai oleh penari kelahiran Padang ini bersama... more »
  • 16-04-14

    Dwi Tunggal Seniman

    Jemek yang dikenal sebagai pantomimer dan Sujud yang dikenal sebagai “kendang tunggal” sanggup menyuguhkan kolaborasi pertunjukan yang jenaka namun... more »
  • 16-04-14

    Pelarian Pangeran Bl

    Pangeran Blitar merupakan salah satu bangsawan Majapahit keturunan Prabu Brawijaya terakhir. Ia melarikan diri dari Majapahit karena waktu itu... more »
  • 16-04-14

    Membaca Puisi Membac

    'Membaca Puisi Membaca Hati’ pada Rabu, 16 April 2014 pukul 19.30 di Tembi Rumah Budaya, selain menampilkan lima penyair, juga diisi lagu puisi oleh... more »