Perempuan Berdiskusi tentang Budaya
Wanita berasal dari kata wan, yang artinya nafsu, sehingga wanita sering diasosiasikan sebagai perangsang atau penggoda nafsu. Sedang perempuan dari kata empu, yang memiliki pemahaman dan pengertian luhur, sebagaimana seorang empu.
Dewi mempresentasikan hasil diskusinya
Sebanyak 16 orang perempuan, yang mewakili beberapa organisasi di Yogyakarta, mengikuti satu diskusi di Hotel @Hom, Gowongan, Yogyakarta, Kamis pagi, 12 Desember 2013, dengan tema ‘Menerapkan Kebijakan Kebudayaan Dalam Pengarusutamaan Gender’. Karena bentuknya berupa diskusi fokus group, maka masing-masing peserta berperan sebagai narasumber, dengan demikian tidak ada narasumber tunggal.
Peserta dibagi dalam tiga kelompok dan masing-masing kelompok diberi satu tema untuk didiskusikan. Dalam konteks pengarusutamaan gender, dibagi tiga tema, ialah isu kebudayaan, politik dan ekonomi. Pengarusutamaan gender, yang sering disingkat PUG menjadi titik tiga arus itu.
Pada kelompok budaya para perempuan ini melakukan identifikasi isu apa saja yang strategis dan memberi bobot pada persoalan perempuan serta pada satu pemahaman yang disebut sebagai pengarusutamaan gender.
Ada satu isu yang menarik, yang dialami oleh perempuan, yakni soal perceraian. Isu ini dipahami sebagai isu kebudayaan, karena menyangkut interaksi antarmanusia dan adanya relasi yang tidak harmonis. Salah satu anggota kelompok melihat dua hal dalam kasus perceraian ini.
“Kita melakukan pendampingan bagi korban perceraian dalam hal ini perempuan, dengan dua tugas utama, pertama mendamaikan atau meminta rujuk kembali, dan yang kedua, menyangkut hak perempuan,” kata salah seorang peserta.
Perempuan, yang menjadi korban perceraian berikut anak-anaknya, acapkali diabaikan hak-haknya. Karena itu pendampingan dilakukan untuk mempertegas hak-hak perempuan pascaperceraian.
Menyangkut kebudayaan, yang selama ini dimengerti hanyalah kesenian, maka dalam diskusi budaya bagi perempuan, akhirnya mereka mendapatkan pemahaman kebudayaan yang lebi luas, tidak seperti selama ini pemahaman kebudayaan hanya seni tradisi.
Peserta diskusi kelompok
“Saya jadi mengerti, bahwa kebudayaan pengertiannya sangat luas dan berhubungan dengan nilai atau makna, bukan hanya kesenian seperti selama ini saya mengerti,” kata salah seorang peserta.
Yang menarik, ada peserta perempuan, yang menjabat sebagai ketua RT, merasa mendapatkan hal baru dengan mengikuti fokus group yang membahas soal kebudayaan.
Menyangkut sebutan mengenai wanita dan perempuan, termasuk ikut dibahas. Selama ini, yang sering digunakan adalah kata wanita, sehingga salah seorang fasiliator, Ratna, menanyakan, perempaun atau wanita?
“Apa bedanya perempuan dan wanita?” tanya salah seorang peserta.
Salah seorang fasilitator menjelaskan bahwa wanita berasal dari kata wan, yang artinya nafsu, sehingga wanita sering diasosiasikan sebagai perangsang atau penggoda nafsu. Sedang perempuan dari kata empu, yang memiliki pemahaman dan pengertian luhur, sebagaimana seorang empu.
“Jadi, dari perspektif budaya, perempuan itu makhluk yang luhur,” ujar fasilitator.
Kata gender memang belum terlalu lama digunakan untuk menandai aktivitas perempuan. Yang awalnya dikenal di Indonesia adalah emansipasi, sosok RA Kartini menjadi salah satu contoh figur. Tetapi kemudian dikenal secara luas apa yang disebut sebagai feminis.
Terhadap istilah feminis, banyak perempuan, terutama perempun bukan aktivis tidak memahami, dan kelompok perempuan lain melihatnya sebagai satu aktivitas perempuan yang meniru Barat. Maka, kemudian diperkenalkan istilah gender, untuk lebih dikenali dan mempunyai dasar kultural.
Pengarusutamaan gender atau yang disebut sebagai gender mainstreaming adalah upaya membangun kegiataan perempuan yang menekankan kepentingan perempuan dan mengajak relasinya untuk saling mengisi, bukan salah satu mendominasi.
Naskah & foto:Ons Untoro
Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya
Baca Juga Artikel Lainnya :
- Membentuk Tata Ruang Kota Yogyakarta nan Humanis(13/12)
- Oleh-oleh Tembi dari 4th Malaysian Composers Concert Series (1), Menyimak Komposisi Musik dari Berbagai Penjuru Dunia(11/12)
- Oleh-oleh Tembi dari 4th Malaysian Composers Concert Series (2), Menyimak Karya Para Komponis Muda Malaysia(10/12)
- Diskusi Musikalisasi Sastra di Taman Budaya Yogya(10/12)
- Oleh-oleh Tembi dari 4th Malaysian Composers Concert Series (1), Ruang Berkreasi bagi Para Komponis Muda di Malaysia(09/12)
- Siswa-siswi IPEKA International School Berwisata Budaya di Tembi(09/12)
- Menjelang 100 Tahun Ismail Marzuki, Gelar karya Monumental Sang Komponis(09/12)
- Bima Dimasak Jadi Bothok(06/12)
- Pameran Seni Grafis Etiket Batik dan Tenun 1930-1990 di Bentara Budaya Yogyakarta(06/12)
- Sri Kresna Marah Karena Dilecehkan Kurawa(04/12)
Radio Kombi [ ON AIR ] Sign Up| Lost Password
What is Kombi?