Rombongan ACICIS Antusias Belanja di Pasar Tradisional
12 Dec 2015Keberhasilan mereka dalam menawar ternyata membawa kebahagiaan tersendiri bagi mereka. Sekalipun selisih yang didapatkan dari tawar-menawar itu hanya Rp 500 namun mereka kelihatan begitu senang.
“Kalian tidak boleh belanja dengan uang milik kalian sendiri. Uang belanja telah tersedia di amplop ini. Daftar barang yang harus dibeli sudah ada di sini. Mengerti ? Kalau mau harga murah harus tawar-menawar. Bergaining. Paham ?” demikian instruksi dari pendamping kepada 12 orang siswa-siswi ACICIS (Australian Consortium for ‘In Country’ Indonesia Studies ) yang berkunjung ke Tembi Rumah Budaya, Kamis, 10 Desember 2015. Untuk kali ini siswa-siswi ACICIS yang datang ke Tembi untuk mengikuti funrace, yakni ontheling jelajah desa, masak masakan tradisional (kue caranggesing), belanja ke pasar tradisional dan memasak opor ayam serta tempe dan tahu.
Ada yang berbeda antara siswa-siswi yang datang ke Tembi Kamis, 10 Desember 2015 dengan sebelumnya. Mereka yang datang kali ini tampak kurang bersemangat bersepeda onthel sehingga ketika baru setengah perjalanan dari keseluruhan rute mereka menyerah. Mereka minta untuk melanjutkan perjalanan ke Pasar Kepek dengan naik bus pariwisata. Sementara sepeda onthel dikembalikan ke Tembi.
Selain itu, mereka juga merasa kerepotan ketika diminta untuk meracik bahan-bahan untuk membuat kue caranggesing. Lebih-lebih ketika diminta membungkus semua bahan itu dengan daun pisang. Cara melipat daun pisang sehingga membentuk wujud bungkusan yang bagus dan rapat bagi mereka adalah persoalan yang tidak mudah untuk ditirukan. Cukup sulit dan membingungkan.
Untuk memasuki rumah penduduk yang digunakan untuk acara memasak kue caranggesing pun mereka bingung. Tidak tahu apa yang harus dilakukan. Apakah dengan mengucapkan salam dulu ataukah dengan melepaskan alas kaki, atau bagaimana. Pada sisi-sisi itulah sebenarnya program yang diselenggarakan oleh ACICIS menemukan relevansi dan signifikansinya. Pembelajaran dan pengenalan langsung dengan mengalami sendiri persinggungan dua budaya terjadi begitu riil. Bukan dalam teori, bukan dalam pelajaran di kelas.
Apa yang dialami dengan belanja di pasar tradisional pun hakikatnya sama dengan pengalaman dan pembelajaran di atas. Mereka yang biasa belanja di mal atau supermarket dengan harga mati yang tidak bisa ditawar menjadi bisa melakukan interaksi aktif dengan pedagang di pasar tradisional dengan melakukan tawar-menawar. Uniknya pula mereka dipaksa untuk berbahasa Indonesia sementara para pedagang di pasar tradisional tidak terlalu ngerti juga dengan bahasa Indonesia. Lebih-lebih bahasa Indonesia yang diucapkan oleh penutur asing yang masih dalam taraf belajar. Nah, bahasa isyarat menjadi penolong komunikasi mereka. Sisi ini menunjukkan titik pentingnya persinggungan dua budaya yang berbeda.
“Mbok landane niku ampun angsal nganyang Mas. Wong landa kok wis dha pinter nganyang. Diajari napa niku ?” (Mbok bulenya itu jangan boleh menawar, Mas. Wong bule kok sudah pada pinter menawar. Apa diajari mereka itu ?) tanya pedagang kepada pendamping.
“Lha nek nyang-nyangan niku rak njur omong-omongan ta Bu. Kersane sami ajar omong.” (Lha kalau tawar-menawar itu kan terus omong-omongan ta Bu. Biar sama-sama belajar omong).
“Lha le dha tuku kok nganggo tangan kiwa. Kedhe ya Mas landa-landane niku?” (Lha membelinya kok menggunakan tangan kiri. Kidal ya Mas bule-bulenya itu ?)
Keberhasilan mereka dalam menawar ternyata membawa kebahagiaan tersendiri bagi mereka. Sekalipun selisih yang didapatkan dari tawar-menawar itu hanya Rp 500 namun mereka kelihatan begitu senang. Hal demikian tentu tidak mereka dapatkan di mal atau supermarket.
Acara mereka kali ini diakhiri dengan memasak opor ayam, tahu, dan tempe. Dalam kegiatan memasak ini mereka begitu antusias. Mungkin faktor lapar dan haus membuat mereka ingin segera dapat mendapatkan hasil dari aktivitas memasak untuk kemudian mereka nikmati bersama. Sama dengan rombongan ACICIS terdahulu, mereka juga tidak melaksanakan acara menangkap belut karena hari telah telanjur siang dan matahari sedang di puncak titik panasnya dalam menerangi bumi Tembi.
Naskah dan foto: a. sartono
EDUKASIBaca Juga
- 16-12-15
Mengenalkan Ular Lewat Lomba Mewarnai di Tembi
Sioux adalah organisasi nirlaba yang bergerak dalam konservasi dan studi tentang ular. Mereka berusaha mengubah persepsi negatif masyarakat tentang... more » - 15-12-15
Wayang Klitik yang Nyaris Musnah
Apa yang disajikan dalam foto ini setidaknya bisa “bercerita” tentang salah satu seni pertunjukan tradisional Jawa. Bagaimanapun apa yang dilakukan... more » - 14-12-15
Babad Pati, Sejarah Pati dari Perspektif Sastra Jawa
Babad Pati aslinya ditulis oleh KM Sosrosumarto dan S Dibyosudiro pada tanggal 1 Januari 1925 di daerah Gemolong, Sragen dan Pati, Semarang, Jawa... more » - 10-12-15
Rekaman Otentik Candi Mendut di Tahun 1903
Buku lawas terbitan tahun 1903 koleksi Perpustakaan Tembi ini bisa menjadi salah satu rujukan untuk mengetahui kondisi Candi Mendut, yang berada di... more » - 08-12-15
Catatan Bung Tomo Tentang Pertempuran Surabaya
Karena terlibat secara langsung, tidak heran apabila Bung Tomo bisa menggambarkan pertempuran Surabaya secara detail. Seperti sebuah peristiwa ketika... more » - 08-12-15
Joglo di Bantul Buatan Tahun 1920 Ini Masih Utuh
Kompleks bangunan rumah joglo milik Raditya Wahyu Kumara ini seluas sekitar 900 m persegi. Luas tanah sekitar 1.960 meter persegi. Rumah ini... more » - 07-12-15
Lampah Kasiswan, Ajaran Budi Pekerti Jawa yang Ditulis oleh Orang Asing
Buku ini tidak dijelaskan bahasa aslinya dan tahun penciptaannya. Namun demikian, terjemahan dalam bahasa Jawa dicetak tahun 1938. Buku terjemahan... more » - 05-12-15
Cablek-Cablek Lemut
Dari sekian abdi/pembantu, abdi yang bertugas cablek-cablek lemut umumnya adalah orang yang memang tidak memiliki kemampuan khusus yang bisa... more » - 05-12-15
Kesatuan Militer Kebanggaan yang Legendaris
Pasukan Siliwangi pada awal berdirinya tidak tampil sebagaimana idealnya sebuah pasukan. Penampilannya sederhana bahkan bisa dikatakan memprihatinkan... more » - 03-12-15
Penari Tarian Bedaya yang Sakral pada Awal Abad ke-20
Tari Bedaya merupakan tari yang disakralkan di lingkungan Keraton Kasultanan Yogyakarta maupun Kasunanan Surakarta. Salah satu jenis Tari Bedaya yang... more »
Artikel Terbaru
- 16-12-15
Gelaran Pasar Keronc
Acara ini istimewa, karena dapat menghadirkan suasana baru dalam keroncong, dari keroncong asli hingga kreasi. Diharapkan acara ini digelar rutin... more » - 16-12-15
Mengenalkan Ular Lew
Sioux adalah organisasi nirlaba yang bergerak dalam konservasi dan studi tentang ular. Mereka berusaha mengubah persepsi negatif masyarakat tentang... more » - 16-12-15
‘Wajah Perempuan’ Di
Sastra Bulan Purnama edisi ke-51 akan diselenggarakan pada Rabu, 23 Desember 2015 pukul 19.30. Satu antologi puisi berjudul “Wajah Perempuan” karya... more » - 15-12-15
Kamus “Baoesastra Dj
Pembuatan aplikasi bahasa Jawa tersebut dimaksudkan untuk menyasar kaum muda supaya lebih mudah belajar bahasa Jawa. Maklum, kebanyakan anak muda... more » - 15-12-15
Wayang Klitik yang N
Apa yang disajikan dalam foto ini setidaknya bisa “bercerita” tentang salah satu seni pertunjukan tradisional Jawa. Bagaimanapun apa yang dilakukan... more » - 14-12-15
Malam ini Pembukaan
Jupri, seorang pelukis dari Pasuruan, Jawa Timur, yang memiliki pengalaman menjadi wartawan media harian, mencoba mengangkat persoalan sosial TKI ke... more » - 14-12-15
Babad Pati, Sejarah
Babad Pati aslinya ditulis oleh KM Sosrosumarto dan S Dibyosudiro pada tanggal 1 Januari 1925 di daerah Gemolong, Sragen dan Pati, Semarang, Jawa... more » - 12-12-15
Pasar Keroncong Kota
“Pasar Keroncong Kota Gede” diselenggarakan Sabtu ini, 12 Desember 2015, pukul 16.00-24.00 WIB. Sesuai dengan nama acara, pertunjukan ini akan... more » - 12-12-15
Sanggar Kummis Terba
Festival Teater Jakarta 2015 sudah berakhir, Sanggar Kummis dari STIE Ahmad Dahlan, Jakarta berhasil menyabet juara pertama kelompok teater terbaik... more » - 12-12-15
Rombongan ACICIS Ant
Keberhasilan mereka dalam menawar ternyata membawa kebahagiaan tersendiri bagi mereka. Sekalipun selisih yang didapatkan dari tawar-menawar itu hanya... more »