Babad Pati, Sejarah Pati dari Perspektif Sastra Jawa

14 Dec 2015

Babad Pati aslinya ditulis oleh KM Sosrosumarto dan S Dibyosudiro pada tanggal 1 Januari 1925 di daerah Gemolong, Sragen dan Pati, Semarang, Jawa Tengah. Sayangnya tidak disebutkan detail, apakah yang dilakukan oleh KM Sosrosumarto dan S Dibyosudiro tersebut hanya sebatas menyalin ulang atau memang penulis asli dari Babad Pati.

Serat Babad Pati adalah salah satu buku koleksi Perpustakaan Tembi Rumah Budaya Yogyakarta yang mengisahkan tentang penguasa daerah Pati, Jawa Tengah, zaman dulu dari sudut pandang karya sastra Jawa. Dikatakan demikian, karena kisah penguasa di daerah Pati zaman dulu itu ditulis dalam bahasa Jawa dalam bentuk tembang macapat.

Serat Babad Pati koleksi Perpustakaan Tembi Rumah Budaya Yogyakarta itu diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) tahun 1980 dalam edisi tulisan Latin. Yanti Darmono adalah pengalihaksara dan penerjemah ke dalam bahasa Indonesia. Pada halaman 9—137 merupakan terjemahan bahasa Indonesia. Sementara halaman 143—255 merupakan alih aksara (transkripsi) tulisan Latin dengan bahasa Jawa. Naskah aslinya beraksara dan berbahasa Jawa.

Babad Pati, menurut keterangan di bagian “Pendahuluan” buku tersebut, aslinya ditulis oleh KM Sosrosumarto dan S Dibyosudiro pada tanggal 1 Januari 1925 di daerah Gemolong, Sragen dan Pati, Semarang, Jawa Tengah. Sayangnya tidak disebutkan detail, apakah yang dilakukan oleh KM Sosrosumarto dan S Dibyosudiro tersebut hanya sebatas menyalin ulang atau memang penulis asli dari Babad Pati. Jika merupakan Babad Pati asli, benarkan baru ditulis tahun 1925?

Yang jelas, Babad Pati mengisahkan penguasa-penguasa Pati di zaman kerajaan dulu. Di daerah itu, menurut Babad Pati tersebut, ada dua penguasa dengan sebutan adipati, yaitu Adipati Yudhapati yang berkuasa di Kadipaten Paranggarudha dan Adipati Puspa Andungjaya yang berkuasa di Kadipaten Carangsoka. Kedua kadipaten tersebut awal mulanya rukun, tetapi akhirnya berseteru, akibat salah satu pengikutnya yang hendak mencuri dua pusaka dari milik kadipaten lawannya. Kisah terus berlanjut hingga perpindahan pemerintahan kadipaten ke lokasi lain dan perubahan nama Kadipaten Pesantenan menjadi Kadipaten Pati.

Masih menurut Babad Pati tersebut, dikisahkan pula bahwa semasa Kerajaan Majapahit, wilayah Kadipaten Pati menjadi bagian dari Kerajaan Majapahit. Adipati Pati (bernama Ki Ageng Tandhanagara) bahkan ikut dalam pisowanan agung yang diadakan oleh Kerajaan Majapahit. Seperti yang tertera dalam Babad Pati terbitan Depdikbud 1980 halaman 206, Pupuh Dhandhanggula (XV) bait 12: “Tan alami Pajajaran kendhih, karatonnya ing satanah Jawa, angalih Majapahite, ingkang jumeneng ratu, Brawijaya ingkang kaping kalih, ya Kasa Pekik wasta, putra Jaka Suruh, kyai Ageng Pathi nama, Raden Tandhanagara sumewa maring, karaton Majalengka”. (Bandingkan, dalam sumber lain tertulis: Raden Tambranagara).

Dalam buku tersebut tidak disebutkan dengan jelas kapan berdirinya Kadipaten Pati, karena kisah ini diungkapkan dari perspektif karya sastra Jawa. Namun berdirinya sebuah daerah dengan jelas dapat dirunut dari sumber sejarah lain yang lebih otentik, misalnya prasasti atau bentuk lainnya. Namun setidaknya, Babad Pati sebagai karya sastra Jawa ini bisa juga menjadi acuan tentang sejarah daerah Pati, walaupun tidak mutlak.

Naskah dan foto: Suwandi

Serat Babad Pati Buku Koleksi Perpustakaan Tembi, sumber foto: Suwandi/Tembi Serat Babad Pati Buku Koleksi Perpustakaan Tembi, sumber foto: Suwandi/Tembi EDUKASI

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 16-12-15

    Gelaran Pasar Keronc

    Acara ini istimewa, karena dapat menghadirkan suasana baru dalam keroncong, dari keroncong asli hingga kreasi. Diharapkan acara ini digelar rutin... more »
  • 16-12-15

    Mengenalkan Ular Lew

    Sioux adalah organisasi nirlaba yang bergerak dalam konservasi dan studi tentang ular. Mereka berusaha mengubah persepsi negatif masyarakat tentang... more »
  • 16-12-15

    ‘Wajah Perempuan’ Di

    Sastra Bulan Purnama edisi ke-51 akan diselenggarakan pada Rabu, 23 Desember 2015 pukul 19.30. Satu antologi puisi berjudul “Wajah Perempuan” karya... more »
  • 15-12-15

    Kamus “Baoesastra Dj

    Pembuatan aplikasi bahasa Jawa tersebut dimaksudkan untuk menyasar kaum muda supaya lebih mudah belajar bahasa Jawa. Maklum, kebanyakan anak muda... more »
  • 15-12-15

    Wayang Klitik yang N

    Apa yang disajikan dalam foto ini setidaknya bisa “bercerita” tentang salah satu seni pertunjukan tradisional Jawa. Bagaimanapun apa yang dilakukan... more »
  • 14-12-15

    Malam ini Pembukaan

    Jupri, seorang pelukis dari Pasuruan, Jawa Timur, yang memiliki pengalaman menjadi wartawan media harian, mencoba mengangkat persoalan sosial TKI ke... more »
  • 14-12-15

    Babad Pati, Sejarah

    Babad Pati aslinya ditulis oleh KM Sosrosumarto dan S Dibyosudiro pada tanggal 1 Januari 1925 di daerah Gemolong, Sragen dan Pati, Semarang, Jawa... more »
  • 12-12-15

    Pasar Keroncong Kota

    “Pasar Keroncong Kota Gede” diselenggarakan Sabtu ini, 12 Desember 2015, pukul 16.00-24.00 WIB. Sesuai dengan nama acara, pertunjukan ini akan... more »
  • 12-12-15

    Sanggar Kummis Terba

    Festival Teater Jakarta 2015 sudah berakhir, Sanggar Kummis dari STIE Ahmad Dahlan, Jakarta berhasil menyabet juara pertama kelompok teater terbaik... more »
  • 12-12-15

    Rombongan ACICIS Ant

    Keberhasilan mereka dalam menawar ternyata membawa kebahagiaan tersendiri bagi mereka. Sekalipun selisih yang didapatkan dari tawar-menawar itu hanya... more »