Menyerap Kembali Semangat Mendidik Kartini
21 Apr 2016 Ada yang berbeda pada pendidikan di zaman RA Kartini dulu dengan zaman sekarang. Dulu, motivasi Kartini mendidik kaumnya di sekitaran tempat tinggalnya didasari oleh keprihatinan atas keterbelakangan pendidikan kaum hawa di kala itu. Maka untuk memajukan kaumnya agar setara, Kartini dengan tulus ikhlas dan tanpa pamrih mengadakan pendidikan seadanya. Namun sepertinya, di saat ini niatan tulus dari lubuk hati untuk memajukan pendidikan sepertinya hanyalah isapan jempol belaka. Semua dilatari dengan pamrih, apalagi ketika semuanya telah diukur dengan uang dan materi.Ketika dunia pendidikan dulu lebih banyak diisi oleh guru-guru yang memang berniat untuk mendidik murid, yang ada di benaknya hanyalah bagaimana cara mendidik murid agar memiliki budi pekerti luhur dan berwawasan maju. Bagi mereka, mendidik murid adalah tujuan utama. Mereka umumnya mempunyai jiwa mendidik. Karena “guru” di kala itu dianggap sebagai orang yang “digugu” dan “ditiru”. Artinya nasihatnya atau omongannya memang benar-benar jadi pegangan, demikian pula tindakannya menjadi panutan. Maka guru, benar-benar bisa menjadi pendidik bagi murid. Artinya mendidik murid untuk berperilaku, berakhlak, dan bermoral baik, serta menjadikan murid cerdas.
Tetapi sepertinya, kebanyakan guru sekarang orientasinya adalah materi. Sangat jarang guru sekarang yang memang benar-benar menjadi guru karena didasari oleh jiwa mendidik. Apalagi pemerintah sendiri sekarang ini lebih mengukur profesi guru dengan materi. Siapa yang lolos sertifikasi berhak mendapatkan tunjangan tambahan. Maka guru sekarang lebih condong mengajar, bukan mendidik. Nyatanya banyak anak sekarang yang pintar, tetapi berperilaku kurang baik. Anak yang berperilaku seperti itu sering disebut kurang ajar, bukan kurang didik.
Atas hal itu, tentunya ajaran Kartini perlu direnungkan kembali, jika ingin memuliakan anak dengan cara mendidik yang benar sesuai dengan hati nurani pendidik. Orang harus berani menyerap kembali semangat ajaran Kartini, salah satunya melalui koleksi di Museum Pendidikan Indonesia (MPI) Universitas Negeri Yogyakarta. Ada beberapa foto tentang Kartini dan semasanya yang sedang mendidik tanpa pamrih. Renungan itu sepertinya pantas dicamkan oleh semua orang Indonesia, terutama para pengajar yang selama ini terdorong menjadi guru karena materi dan uang. Semoga koleksi “Kartini Mendidik” di MPI Yogyakarta menjadi inspirasi bagi semua guru.
Naskah dan foto:Suwandi
EDUKASIBaca Juga
- 22-04-16
Denmas Bekel 22 April 2016
Denmas Bekel 22 April 2016 more » - 20-04-16
Perjalanan Politik Seorang Nasionalis Bernama Ali Sastroamidjojo
Judul : Tonggak-tonggak di Perjalananku Penulis ... more » - 19-04-16
Berita Pasar Besar Medan di Majalah Kajawen Edisi Tahun 1933
Pada masa penjajahan Belanda, pemerintah kolonial juga memperhatikan perkembangan pasar, termasuk yang ada di kota Medan, Sumatera Utara. Ketika itu... more » - 18-04-16
Riwayat Kejayaan Majapahit
Judul : Menuju Puncak Kemegahan (Sejarah Kerajaan Majapahit) Penulis ... more » - 18-04-16
Gedung untuk Para Tuan di Jalan Tuan-tuan di Semarang
Berikut ini adalah foto bangunan yang disebut sebagai Heerenlogement. Terjemahan bebasnya kira-kira rumah/penginapan untuk para tuan. Heeren berarti... more » - 18-04-16
Di Tempat Inilah Sultan Agung Mengalami Kehausan
Situs Watu Ngelak berada di Dusun Puton, Kelurahan Trimulyo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul, Provinsi DIY. Lokasi ini dapat dijangkau melalui Jl.... more » - 15-04-16
Belajar dari Kegigihan Dr Sardjito, Pemilik Hak Paten Obat Ginjal
Nama Dr Sardjito bagi masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya, tentu sudah tidak asing lagi. Karena nama itu, sekarang ini dijadikan nama Rumah Sakit... more » - 14-04-16
Upaya Keras Melestarikan Peninggalan Majapahit
Judul : Upaya Pelestarian Situs Kota Kerajaan Majapahit di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur 1983 – 1995 Penulis :... more » - 13-04-16
Denmas Bekel 13 April 2016
Denmas Bekel 13 April 2016 more » - 12-04-16
Bercermin dari Kehancuran VOC Akibat Korupsi
Memasuki ruang pamer di Museum Perjuangan Yogyakarta, pertama-tama koleksi yang dihadirkan adalah replika kapal layar VOC, hasil rempah-rempah, dan... more »
Artikel Terbaru
- 23-04-16
Rabu Paing Tidak Bai
Pranatamangsa masuk mangsa kasebelas atau disebut Desta. Mangsa Desta ini umurnya 23 hari, mulai 19 April s/d 11 Mei. Musim panen padi dan umbi-... more » - 23-04-16
Supaya Dusun Ayem Te
Merti dapat diartikan menjaga, memelihara, serta membersihkan sebuah wilayah dalam hal ini adalah desa ataupun dusun. Dikarenakan wilayah dusun maka... more » - 23-04-16
Karangan, Makanan Kh
Karangan adalah kuliner lokal yang mungkin hanya bisa ditemukan di Pasar Turi, Sidomulyo, Bambanglipuro, Bantul dan Pasar Ngangkruksari, Parangtritis... more » - 22-04-16
Nyanyian Angsa Versi
Puisi karya WS Rendra “Nyanyian Angsa” secara menarik dipentaskan dalam bentuk pengadeganan versi teater modern oleh Komunitas Sekar Setaman di... more » - 22-04-16
Denmas Bekel 22 Apri
Denmas Bekel 22 April 2016 more » - 21-04-16
Menyerap Kembali Sem
Ada yang berbeda pada pendidikan di zaman RA Kartini dulu dengan zaman sekarang. Dulu, motivasi Kartini mendidik kaumnya di sekitaran tempat... more » - 21-04-16
Puisi, Musik dan Dra
Sastra Bulan Purnama, yang sering disingkat SBP edisi ke-55, yang diberi tajuk ‘Perempuan dan Puisi’ kali ini bertepatan dengan Peringatan Hari... more » - 20-04-16
Perjalanan Politik S
Judul : Tonggak-tonggak di Perjalananku Penulis ... more » - 20-04-16
Buku Baru dari Sang
Seribu hari wafat Kuntara Widyamartana sudah diperingati dengan misa Sabtu, 2 April 2016 lalu di rumahnya, Delanggu. Tapi sebagai seorang ahli Sastra... more » - 19-04-16
Berita Pasar Besar M
Pada masa penjajahan Belanda, pemerintah kolonial juga memperhatikan perkembangan pasar, termasuk yang ada di kota Medan, Sumatera Utara. Ketika itu... more »