Bercermin dari Kehancuran VOC Akibat Korupsi

12 Apr 2016 Memasuki ruang pamer di Museum Perjuangan Yogyakarta, pertama-tama koleksi yang dihadirkan adalah replika kapal layar VOC, hasil rempah-rempah, dan peta penjelajahan bangsa-bangsa Eropa ke berbagai belahan dunia. Koleksi-koleksi itu, membawa pesan, salah satunya, adalah betapa berbahaya korupsi itu.

Sejarah telah membuktikan bahwa Perusahaan Dagang Hindia Timur atau yang lebih dikenal dengan Vereenigde Oost-Indische Compognie (VOC) milik orang-orang Belanda hancur karena korupsi. Padahal perusahaan ini telah menguasai Nusantara selama lebih kurang 2 abad lamanya. Diawali penguasaan atas Banten di akhir abad XVI oleh Cornelis de Houtman tahun 1596. Namun akhirnya pada 31 Desember 1799 VOC dinyatakan bangkrut dan kemudian diambil alih oleh pemerintah Belanda.

Selama kurang lebih 2 abad lamanya itu, VOC menguasai dan memonopoli bisnis rempah-rempah Nusantara. Semua perusahaan negara asing selain Belanda, harus membeli produk-produk lewat VOC. Padahal Nusantara adalah gudangnya rempah-rempah seperti mrica, pala, ketumbar, cengkih, kayu manis, gula, nila, kopi, dan lain sebagainya. Begitu banyaknya hasil pertanian yang dikuasai VOC, maka membuat VOC mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda.

VOC menjadi terlena. Hampir di setiap lini, para pegawainya kemudian melakukan perbuatan-perbuatan penyelewengan dan korupsi. Mereka hidup berfoya-foya (tentu saja disesuikan dengan gaya hidup kala itu). Kehidupan yang bergelimang harta hingga bertahun-tahun itu akhirnya menggerogoti kemajuan perusahaan yang dikelola VOC. Perusahaan itu menjadi pailit di tahun 1799 dan akhirnya dibubarkan oleh pemerintah Belanda serta diambil alih. VOC hanya tinggal nama. Korupsi menjadi salah satu penyebab kebangkrutan VOC.

Kehancuran VOC itu sepertinya bisa menjadi bahwan refleksi atas kondisi bangsa Indonesia saat ini, yang masih terbelenggu dengan korupsi. Sumber daya alam di negara ini, juga anggaran negara, telah menggoda banyak oknum pengelolanya untuk melakukan korupsi dan memperkaya diri sendiri. Jika tidak ada upaya terus-menerus untuk memberantas korupsi, niscaya negeri ini bisa bernasib seperti VOC.

Itulah pesan dari koleksi-koleksi yang ditampilkan di Museum Perjuangan Yogyakarta terkait dengan kehancuran VOC di zaman dulu. Pengunjung diingatkan bahwa koleksi museum bisa untuk pembelajaran sejarah yang akan terus berulang di zaman kini dan yang akan datang. Sejarah diungkapkan agar orang semakin menjadi bijak, bukan sebaliknya untuk mengulangi kesalahan. Tetapi banyak yang tidak pernah belajar dari sejarah, karena dibutakan oleh nafsu.

Naskah dan foto:Suwandi 

Koleksi VOC di Museum Benteng Vredeburg, sumber foto: Suwandi/Tembi Koleksi VOC di Museum Benteng Vredeburg, sumber foto: Suwandi/Tembi Koleksi VOC di Museum Benteng Vredeburg, sumber foto: Suwandi/Tembi Koleksi VOC di Museum Benteng Vredeburg, sumber foto: Suwandi/Tembi Koleksi VOC di Museum Benteng Vredeburg, sumber foto: Suwandi/Tembi EDUKASI

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 16-04-16

    Masuk Mangsa Kasebel

    Pranatamangsa masuk mangsa Kesebelas atau disebut Desta. Mangsa Desta ini umurnya 23 hari, mulai 19 April s/d 11 Mei. Candranya ‘Sotya Sinarawedi’... more »
  • 16-04-16

    Karya Seni Serba Bes

    Pameran lukisan Maman Rahman dan Dwi Martono yang dilaksanakan di Taman Budaya Yogyakarta  (TBY) 14-23 April 2016 menyuguhkan ukuran lukisan... more »
  • 16-04-16

    Baso Oen yang Gurih

    Kualitas baso tak pernah lepas dari kualitas dagingnya. Begitu pun dengan baso di warung Baso Oen di Jalan Parangtritis Km 7, Sewon, Bantul. Melihat... more »
  • 15-04-16

    Panyutra, Sejarah Ka

    Sejarah kampung merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari warga yang menghuninya. Ia menjadi identitas, kebanggan, dan bahkan tali pengikat... more »
  • 15-04-16

    Belajar dari Kegigih

    Nama Dr Sardjito bagi masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya, tentu sudah tidak asing lagi. Karena nama itu, sekarang ini dijadikan nama Rumah Sakit... more »
  • 14-04-16

    Upaya Keras Melestar

    Judul    : Upaya Pelestarian Situs Kota Kerajaan Majapahit di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur 1983 – 1995 Penulis      :... more »
  • 14-04-16

    100 Puisi Yuliani Ku

    Antologi puisi yang diberi judul ‘100 Puisi Yuliani Kumudaswari’ karya Yuliani Kumudaswari, penyair yang tinggal di Sidoarjo, akan di-launching di... more »
  • 14-04-16

    Menu Vegan Serba Seh

    Makan sehat dan nikmat tentu menjadi dambaan semua orang. Nah, untuk bulan April 2016 ini secara khusus Warung Dhahar Pulo Segaran Tembi Rumah Budaya... more »
  • 13-04-16

    Denmas Bekel 13 Apri

    Denmas Bekel 13 April 2016 more »
  • 13-04-16

    Pameran Keramik Tiga

    Pameran keramik di Tirana House yang berakhir pada 5 April lalu bisa dikatakan sebagai penegasan atas lahirnya sarjana perupa. Perupa yang dihasilkan... more »